24

1.8K 277 5
                                    

Tiga bulan kemudian...

Irene menatap jengah seorang pria yang ada dihadapannya, dia sangat muak untuk menatap wajah itu lagi, tapi Irene juga puas karena pria itu sudah berada di tempat yang seharusnya.

"Senang dengan apa yang menimpaku?" ucap pria itu. Tatapannya dipenuhi kebencian yang amat sangat.

Irene tersenyum dengan satu sudut bibirnya.
"Belum, tapi ini cukup memuaskan."

Namgil tertawa terbahak-bahak kemudian rautnya berubah sangat dingin dan tatapannya tajam siap membunuh.
"Kau harusnya kasihan melihat ayahmu dipenjara Joohyun-ah, kenapa kau tega sekali huh?!"

"Tega?" Irene berdecih, "Kau bahkan tidak mengerti arti sebenarnya dari kata itu, jadi berhenti berbicara seolah kau yang paling menderita disini." lanjutnya dengan wajah datar.

"Yaishh shibal." umpat Namgil hampir beranjak dari duduknya.

"Baiklah, ku akui kau menang sekarang, tapi setelah ini jangan harap kau bisa tersenyum bahagia dengan orang cacat itu."

Irene kembali tersenyum.
"Ini bukan perlombaan, kau tidak perlu berjuang untuk menang, karena pada akhirnya kau akan kalah. Iblis sepertimu akan pergi ke neraka."

"Tutup mulutmu jalang! Kau pikir kau suci huh? Kau hanyalah sampah!"

Irene mengangguk dengan wajah sombongnya.
"Benar. Sampah yang sudah kau buang dan kau sia-siakan. Aku sangat bersyukur kau sudah membuangku. Aku bisa pergi dari manusia yang tidak tahu rasa kemanusiaan seperti mu! Apa didalam sana ada cermin? gunakanlah dua puluh tahun ini untuk menatap cermin dan introspeksi diri Tuan Bae yang terhormat." ucap Irene lalu beranjak dari duduknya dan membuat Namgil terdiam.

"Oh satu lagi. Menantumu bukan orang cacat, dia orang yang sangat istimewa dan berbeda denganmu yang sangat menjijikan." lanjut Irene lalu segera pergi dari sana dan tidak menghiraukan teriakan Namgil yang terus mengumpat.

Semua perbuatan pasti ada konsekuensinya, dan ini semata-mata untuk mengingatkan bahwa berbuat baik tidaklah merugikan.

~

Setelah pulang dari menemui ayahnya di penjara, Irene kini pergi ke gedung Gold sky untuk bertemu dengan Seulgi. Ia ingin mengajaknya makan siang bersama seperti yang sering mereka lakukan.

Taksi yang ia tumpangi dengan tepat berhenti didepan gedung tersebut, Irene langsung saja melenggang masuk dan tidak jarang menyapa setiap orang yang ia lihat. Identitas aslinya sebagai istri Seulgi masih belum dipublikasikan, bahkan orang-orang juga belum tahu kalau ternyata Seulgi adalah anak dari Hyera. Hanya beberapa orang dekat saja yang mengetahuinya.

"Irene eonnie!!"

Irene menoleh ke sumber suara dimana terlihat Yeri berlari kearahnya dengan tubuh di penuhi keringat.

"Yerim-ah." manik Irene berbinar.

Yeri tersenyum dengan manis.
"Ingin bertemu dengan Seulgi oppa?"

Irene terkekeh mendengar panggilan itu. Yerim mulai memanggil Seulgi dengan oppa semenjak ia tahu ternyata Seulgi memiliki keistimewaan.

"Ne. Dia belum keluar?" tanya Irene.

"Aku tidak tahu, hehe." kata Yeri dengan cengirannya.

Irene ikut tersenyum.
"Bagaimana jika kau ikut makan siang bersama? Nanti kita ajak Yongsun juga."

Manik Yeri melihat ke atas dan menimang-nimang.

"Boleh. Tapi aku sedang menjaga pola makanku."

"Aigoo.. Gwaencana, kita pesan saja menu diet." kata Irene.

Semicolon || SEULRENE ✔ COMPLETE ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang