15

3K 366 12
                                    

"Maaf mengganggu waktu kalian." ucap Irene lalu menutup pintu itu kembali.

Seulgi yang sedang memijat punggung Sunmi itu dibuat melongo.

"Sudah kan? Pergilah berolahraga agar tubuhmu tidak kaku." kata Seulgi lalu beranjak dari ranjang.

Sunmi hanya tertelungkup lelah, rasanya ia mendapatkan kehidupan kembali setelah diberi pijatan.

"Good night imo.." ucap Seulgi lalu berjalan menuju pintu.

"Eo, gomawo Seulgi-ah." balas Sunmi malas lalu menutup matanya.

Seulgi hanya terkekeh lalu keluar dari kamar itu dan mendapati Irene sedang berdiri diujung lorong sembari menatap sebuah lukisan.

Itu adalah lukisan yang dibuat oleh mendiang Wonwoo. Hyera sengaja meletakkannya disana meskipun itu bukanlah lukisan seorang yang profesional, hanya sebuah lukisan dari seorang anak laki-laki yang memainkan imajinasinya.

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"

Yeppeo." gumam Irene sampai ia tidak sadar ada Seulgi dibelakangnya.

"Kau juga cantik."

"Kapcagiya." Irene terkejut sampai memegangi dadanya.

Seulgi terkekeh lalu menatap lukisan itu juga.

"Aku sudah lancang mengambil kehidupannya." ucap Seulgi membuat Irene menatapnya lekat.

"Jika Wonu tetap ada, mungkin aku tidak ada disini, aku tidak akan dipungut oleh keluarga yang begitu baik ini." lanjut Seulgi lalu membalas tatapan Irene dengan wajah sendunya.

"Eomma bilang semuanya sudah ditakdirkan." kata Irene.

Seulgi terkekeh masih dengan kesedihan diwajahnya.
"Hyera eomma atau Joohyun eomma?"

Irene tertawa kecil.
"Aku rasa semua eomma mengatakan hal itu." ucapnya membuat Seulgi ikut tertawa.
"Kenapa kau disini? Sudah selesai memijat bibi?" tanya Irene.

"Eo." jawab Seulgi setengah terkekeh, "Kajja, kita ke kamarku saja."

"Eung." Irene mengangguk lalu mengikuti kemana Seulgi menarik tangannya pergi.

Ternyata kamar milik Seulgi berada di lorong yang lain. Mereka langsung masuk kedalam sana dan Irene seketika dibuat terpukau dengan apa yang ia lihat.

Meskipun Seulgi sudah lama tidak memakainya, kamar itu terlihat dijaga dan dirawat dengan baik.

Kamar itu sangat berbeda dengan milik Seulgi yang ada di apartemen. Masih dipenuhi dengan buku, hanya saja ada sebuah set komputer, beberapa alat musik, juga video games yang besarnya melebihi tubuh Irene. Kamarnya sangat luas.

"Ii..ini kamar mu?" tanya Irene tidak percaya.

Seulgi mengangguk.
"Aku sangat suka bermain game dan menciptakan lagu, mau mencoba?"

Semicolon || SEULRENE ✔ COMPLETE ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang