PROLOG

954 18 0
                                    

Seorang pria berbadan tegap baru saja memesan sebuah kopi di cafe. Ketika ia hendak keluar, tak sengaja menemukan siluet seseorang yang dia kenal dari kejauhan. Tak mau hanya sekedar penasaran, laki-laki itu segera menghampiri dengan segelas kopi ditangannya.

"Zya?" panggilnya membuat sang punya nama menoleh terkejut.

"P-Pak Rey?"

Wajah Zya terlihat pucat pasi disaat menemukan dosennya sendiri berdiri di depannya. Melihat diamnya Rey, Zya sadar akan tingkahnya saat ini di depan dosennya. Seorang laki-laki yang duduk merapat di sampingnya, merangkul bahu Zya dengan mesra. Karena tak nyaman dilihat sang dosen, Zya segera menyingkirkan tangan itu dari bahunya.

"B-Bapak kok bisa ada disini?" tanyanya sembari berdiri canggung.

Rey mengangkat bahu. "Saya cuma beli kopi. Emangnya nggak boleh?" Raut wajah Rey sedikit sinis.

"Y-ya, boleh sih. Saya cuma nanya." Dalam hati ingin rasanya Zya mengumpat. Dosen yang satu ini memang sering membuat Zya kesal.

"Lagian kamu yang ngapain disini, berdua-dua sama laki-laki yang bukan muhrim." Rey berucap sarkas. Sebagai dosen yang baik tentu dia akan menasihati mahasiswanya tentang kebenaran. Jika dibiarkan maka hal ini akan terulang.

"Pake mepet-mepet segala di depan umum. Mau ngapain kalian?" Zya hendak mengeluarkan suara. Namun, Rey lebih dulu menyela.

Lantas, Zya hanya bisa diam. Malu sekaligus bersalah telah terciduk dosen. Bingung mau taro muka dimana lagi dia.

"Kamu juga. Kamu itu laki-laki, jangan bisanya cuma merusak anak gadis orang. Kalau berani, kalau cinta datengin orangtuanya." Rey berceramah panjang lebar termasuk pada laki-laki yang bersama Zya ini.

"Saya belum siap, Pak," balas si cowok berambut acak-acakan itu dengan tundukan kepala.

Rey mencibir. "Nyali aja belum punya udah mepet-mepetin anak orang." Zya menyembunyikan wajahnya. Malu dilihatin banyak orang di cafe ini.

"Kamu juga Zya, belajar dulu yang bener. Nilai kamu sama saya banyak yang anjlok. Perbaiki dulu akhlak kamu, baru pacar-pacaran," cetus Rey kembali menatap Zya intens.

"Iya, Pak," balas Zya tanpa sedikit pun menatap kedua bola mata Rey. Padahal dalam hati sudah mendumel.

"Udah, putusin tuh pacar kamu. Nggak bener ini cowok."

"Kita nggak pacaran, Pak," jawab si laki-laki.

Rey tersentak kaget. "Nggak pacaran? Ini yang bahaya... bukan siapa-siapa udah berani ngendum-ngendus anak orang. Mau mesum kamu?"

Laki-laki asing itu segera menggeleng panik. "Eng-nggak, Pak!"

Padahal Rey benar-benar lihat laki-laki itu mengendus-endus ke arah leher dan rambut Zya saat gadis itu lengah. Namun, cowok ini tidak mau mengaku.

"Apa? Lo mau mesum ke gue?" Zya saja bahkan tidak sadar laki-laki yang baru dia temui ini sudah berlaku buruk.

Iya, cowok ini baru saja dia temui melalui perkenalan singkat dari temannya. Zya ini jomblo, dia meminta tolong pada teman-temannya untuk mencarikan dia seorang laki-laki kaya dan tampan. Laki-laki yang dia temui ini lumayan sih, tapi dia haus nafsu.

"E-enggak, Zy!"

"Halah! Maling itu nggak pernah ngaku... udah deh mendingan lo pergi sebelum sepatu gue melayang ke muka lo!" ancam Zya berancang-ancang hendak membuka sepatunya.

"A-ampun, ampun..." laki-laki itu lantas segera berlari pergi dari cafe tersebut dengan wajah memerah.

Zya menghela napas kesalnya, kemudian menatap Rey yang masih memperhatikannya.

"Makasih ya, Pak udah ngingetin. Kalau Bapak nggak ada mungkin saya udah dilecehin sama dia." Zya menunduk dalam. Dia benar-benar merasa bersalah.

Rey memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku. "Berteman boleh, asal pergaulan kamu dijaga. Kamu itu masih muda, masa depan kamu masih panjang. Kalau sampai kamu dirusak, kamu akan hancur seumur hidup. Ingat itu."

Zya menganggukk-angguk mengerti. "Iya, Pak. Sekali lagi saya minta maaf."

"Nilai kamu juga perbaiki, ya."

"Iya, Bapak."

"Akhlak kamu juga, biar sedikit waras."











❤️❤️❤️

Selamat datang dilapak story Dosen vs Mahasiswi jilid 2... semoga suka sama prolognya. Kalau suka jangan lupa Vote sama komen ya^^

Follow wattpad author rnaxbby

Dosen vs MahasiswiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang