"Pak Rey!"
Wajah Zya tampak terlihat kesal, dadanya naik turun melihat dua pasangan di depan matanya sedang asyik duduk berduaan di samping penginapan. Jika sesama jenis sih tidak masalah, tapi ini bu Vero, dosen yang seenak jidat mepet-mepet sama suami orang.
"Ih, dicariin dari tadi juga. Malah asik-asikan ngobrol disini!"
Rey dan Vero segera mengalihkan perhatian. Segera berdiri ketika Zya datang bagaikan orang yang mau melabrak.
Wajah Zya mulai tampak memerah, wajar jika dia kesal melihat suaminya malah asyik duduk berdua bersama bu Vero ketika dia butuh bantuan Rey untuk segera membereskan barang.
"Kamu ini nggak sopan ya kalau dosen lagi ngomong," ucap bu Vero ikut-ikutan kesal. Lagi asyik ngobrol sama pak Rey malah diganggu.
"Terserah saya dong, Bu. Pak Rey itu suami saya, wajarlah harus saya jagain 24 jam dari cewek-cewek gatel," balas Zya dengan ucapan pedasnya.
"Kamu ngatain saya?"
"Saya nggak nyebut nama ibu, lho."
"Pak, tegur tuh istrinya."
"Apa? Kamu lebih belain dia?" tanya Zya melirik Rey yang hanya diam saja.
Pria itu menghela nafas berat, kemudian menarik Zya agar tidak membuat keributan disini. "Udah ya, ayo balik."
Sesampainya di penginapan, keduanya terlihat sama-sama diam. Zya yang masih saja kesal, sedangkan Rey mencoba menenangkan pikirannya.
"Bapak habis ngomongin apa sama bu Vero?" Zya langsung menyuguhi Rey dengan pertanyaan seolah sedang mengintrogasinya.
"Nggak terlalu penting," jawab Rey tanpa semangat.
"Kalau nggak terlalu penting, ngapain coba berduaan kayak gitu? Bapak nggak pikirin perasaan saya?"
"Bukan gitu, Zya."
"Bapak mau selingkuh di depan saya?"
"Astaga, Zya! Kamu bisa diam sebentar nggak sih?" Hilang kontrol, hilang kesabaran, Rey tidak sengaja lepas kendali membentak Zya.
Rey langsung terduduk lemas di atas kasur. Kepalanya mendadak pusing, buat membalas ucapan Zya seperti biasanya saja dia tidak mampu.
Melihat keadaan Rey membuat Zya panik sejadi-jadinya, bahkan dia takut ketika untuk pertama kalinya Rey membentak. Dia baru sadar, jika ucapannya barusan sangatlah kelewatan. Sampai-sampai membuat Rey terlihat frustrasi.
"Pak Rey..." Zya ikut duduk di samping Rey. Sesekali mengulum bibirnya karena khawatir melihat Rey memijat pelipisnya sendiri. "Bapak kenapa? Bapak sakit?"
Rey segera mengangkat kepalanya sambil menggeleng pelan. "Saya nggak papa."
Bibir Zya tampak manyun, rasa bersalahnya menjadi-jadi ketika melihat wajah suaminya pucat.
"Tapi Bapak keliatan nggak sehat, kita ke klinik ya," ujar Zya perhatian. Dia mengabaikan bentakan Rey barusan demi memperhatikan kondisi Rey yang terlihat tidak baik-baik saja.
Namun, Rey menggeleng sekali lagi. "Saya nggak papa, Zya. Saya cuma butuh istirahat."
"Yaudah, rebahan dulu." Zya beranjak dari kasur, membiarkan Rey membaringkan tubuhnya disana. Sedangkan Zya berdiri kaku sembari memperhatikan keadaan Rey. Bahkan jantungnya berdetak kencang saking takutnya.
"Maafin saya ya, Pak. Saya terlalu berlebihan, bukan maksud saya mau mengganggu. Tapi saya trauma sama masa lalu saya," ungkap Zya seraya menduduk dalam. Dia mencoba agar Rey mengerti keadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen vs Mahasiswi
FantasiMulutmu harimaumu mungkin ini julukan yang tepat untuk Zya atas mulutnya yang suka asal ceplos. Karena ucapannya yang sok berani, Zya harus terjebak kisah cinta tak biasa dengan dosennya sendiri. Reyden, dosen idola para mahasiswi di kampus. Selalu...