"Pagi, Ma."
Sekitar pukul 7 pagi, Rey sudah rapi dengan setelan jas ala dosen. Dia terlihat segar, wangi dan ceria pagi ini. Sehingga ibunya bisa melihat ada yang sedikit berbeda dari tampilan anaknya.
"Pagi, sayang." Nita, ibu dari Rey balik menyapa. Ibu satu orang anak itu tengah sibuk berkutat di dapur menyiapkan sarapan untuk dirinya dan sang anak. Sedangkan Rey menunggu sarapan di meja pantri.
Hanya 5 menit Rey menunggu, masakan ibunya sudah dihidangkan di atas meja dan siap untuk dimakan. Karena ini hanya sarapan, Nita tidak membuat banyak menu. Hari ini hanya ada sayur, daging, ikan dan nasi tentunya. Tidak lupa masakan andalan ibu satu ini, tempe goreng. Makanan yang tidak pernah disukai Rey, tetapi ibunya selalu memasukkan makanan itu ke dalam bekal Rey.
"Kamu hari ini bukannya ke kantor?" tanya Nita menyiapkan piring dan alat makan lainnya di atas meja makan.
For Your Information, Nita adalah orang tua tunggal. Ia memiliki suami seorang pengusaha kaya raya yang bergerak dibidang kuliner. Namun, saat usia Rey menginjak 20 tahun, ayahnya meninggal dunia akibat kecelakaan maut beberapa tahun silam.
Perusahaan yang dibangun sedang dalam masa naik daun. Suami Nita pernah berpesan padanya untuk mewariskan perusahaan tersebut pada anaknya, Rey. Perusahaan itu tidak boleh dijual dan dikelola oleh orang lain. Maka pada saat Rey masih sibuk dengan dunia perkuliahannya, dia menyeimbangkannya dengan mengurus kantor peninggalan sang ayah. Usia Rey pada saat itu masih tergolong sangat muda. Namun, dia berhasil memajukan kembali perusahaan ayahnya.
Padahal keinginan Rey saat itu hanya ingin menjadi seorang dosen. Namun, mau tidak mau dia harus rela punya dua profesi. Untungnya perusahaan itu dibantu oleh sepupu Rey untuk menjalankannya. Sehingga Rey tidak terlalu kerepotan.
Sedangkan Nita sendiri bekerja sebagai seorang desainer. Ia berhasil membuat brandnya sendiri dalam waktu 1 tahun. Tanpa dia duga, hasilnya sangat diterima oleh masyarakat Indonesia maupun mancanegara. Sehingga brandnya menjadi sangat ternama di berbagai negara.
"Urusan aku udah selesai kemarin, lebih baik ke kampus karena ada beberapa tugas yang harus diselesaiin," balas Rey kemudian meneguk air putih sebelum makan.
Biasanya Rey akan ke kantor hanya jika karyawannya membutuhkan dia. Jika tidak ada urusan yang sangat serius, Rey tidak akan kesana. Dia hanya memantau kantor dari rumah menggunakan alat elektronik yang ada. Dan hari ini sebenarnya Rey tidak ada jadwal mengajar. Hanya saja dia ingat ada beberapa tugas mahasiswa yang harus dia urus.
"Yaudah, duduk dulu sini. Mama pindahin masakannya dulu." Nita sibuk bolak balik dari meja pantri ke meja makan untuk memindahkan masakannya. Rey tentu tidak akan terima jadi, dia turut membantu sang ibu menyiapkan makanan agar ibunya tidak berkali-kali bolak-balik. Bahkan, setelah makan biasanya Rey menawarkan diri untuk mencuci piring. Hitung-hitung cari pahala dan meringankan pekerjaan orang tua.
"Ma, bekal aku banyakin tempenya ya," pinta Rey setelah dia selesai meletakkan piring berisi lauk ke atas meja.
Nita menatapnya serius. "Tumben? Biasanya nolak."
Benar, setiap pagi ucapan yang dilontarkan Rey begini 'Ma, jangan masukin tempe, please,' dan Nita pura-pura tidak mendengarnya. Supaya sang anak terbiasa makan makanan sehat. Namun, sekarang anaknya ini benar-benar berbeda dari sebelumnya.
"Nggak papa, tempe buatan Mama enak." Rey tersenyum meyakinkan.
"Baru tahu kamu?" Rey hanya tertawa. Walaupun geriknya aneh, Nita tetap memasukkan banyak tempe ke dalam bekal makanan anaknya. Ada rasa senang pula di hati ibu satu anak itu, dia berhasil memaksa sang anak memakan makanan yang tidak dia suka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen vs Mahasiswi
FantasyMulutmu harimaumu mungkin ini julukan yang tepat untuk Zya atas mulutnya yang suka asal ceplos. Karena ucapannya yang sok berani, Zya harus terjebak kisah cinta tak biasa dengan dosennya sendiri. Reyden, dosen idola para mahasiswi di kampus. Selalu...