Fritzyara Axyra Adelyn, seorang mahasiswi management bisnis berusia 22 tahun. Tahun ini dia akan memasuki semester akhir. Persiapan untuk lulus tentunya banyak yang harus dilewati. Namun, bagi Zya semuanya dijalani dengan sangat santai. Tidak peduli bahwa nilainya akan jelek.
Mottonya sih begini, "santai, ikuti alurnya, jalani yang ada." simpel dan dapat dipahami.
"Zya, Zya, Zya!" Laura, teman sekelas Zya yang super lemot dan polos memanggil dengan logat bak anak-anak. Gadis berbadan mungil itu memang hobi teriak-teriak bahkan sampai membuat orang-orang gemas akan tingkah lakunya.
"Apaan?" Zya yang asyik bermain ponsel mengalihkan perhatiannya. Dia mendapati Laura sudah berdiri di depannya sembari mengemut permen tangkai.
"Dipanggil pak Rey ke ruangannya," ucap gadis berbando biru bergambar doraemon itu.
Zya menghela nafas lelah, bersamaan dengan tangannya yang menumpu di dagu. "Gue mulu perasaan yang dipanggil? Nggak bosen gitu liat muka gue? Gue sendiri bosen ketemu dosen," cerocos Zya malah sibuk mengeluh. Padahal dia dipanggil karena ada sebabnya. Jika tidak ada sebabnya, mungkin Rey juga tidak akan memanggilnya untuk datang ke ruangannya.
"Jangan begitu, Zy. Ayang lo kangen tuh." Selyn, teman dekat Zya itu cekikikan geli menggoda. Kadang, saking seringnya Zya dipanggil sama Rey teman-teman sekelasnya jadi sering menggoda keduanya.
Zya menatap temannya itu sinis. "Gue gampar mulut lo." Bukannya takut, Selyn semakin menertawakan kesialan Zya. Melihat itu, Zya hanya mampu bersabar.
"Nilai Zy, nilai." Bella ikut-ikutan tertawa cekikikan bersama Selyn.
Zya berdecak lantas berdiri dari bangkunya dengan perasaan malas.
"Gue kesana dulu."
"Semangat, Zy!" Bella dan Selyn mengepalkan kedua tangan di udara. Zya malah membalas dengan satu jari tengah.
Zya berjalan sendirian menuju ruangan Rey sembari mendumel dalam hati. Ini kalau udah dipanggil, biasanya Rey akan mengomelinya soal nilai. Zya sudah mulai bosan dipanggil terus. Bahkan, omelan Rey tak beda jauh dari omelan sebelumnya. Namun, ini juga karena kelakuannya sendiri. Jadi mahasiswi pemalas.
tok! tok! tok!
Zya mengetuk pintu ruangan tersebut. Mendengar sahutan dari dalam, Zya segera membuka pintu dan masuk.
"Permisi, Pak. Bapak manggil saya?" tanyanya mendapati Rey duduk di kursi kebesarannya sedang mengecek tugas-tugas para mahasiswanya.
Rey menoleh sejenak. "Duduk," ucapnya sekilas kemudian menyibukkan diri lagi dengan pekerjaannya.
Zya menurut. "Kenapa ya, Pak?"
Rey lantas mengambil salah satu makalah yang sudah ia asingkan letaknya. Kemudian memberikannya pada sang pemilik.
"Makalah yang kamu bikin salah."
Zya menunduk untuk melihat kertas yang diberikan Rey, lantas ia mengangkat lagi kepalanya sembari mengambil makalah tersebut.
"Salah lagi, Pak?" tanyanya dengan nada mengeluh.
Setiap dia datang kesini, kalau tidak soal nilai pasti kerjaannya yang tidak pernah benar. Dikit-dikit disalahin sama Rey.
"Salahnya tuh dimana sih, Pak? Kenapa setiap saya bikin tugas nggak ada yang bener?" Zya komplen. Dia sudah mulai lelah selalu disuruh membuat ulang tugas-tugasnya. Teman-temannya asyik santai, dia harus mengejar nilai.
Rey berhenti sejenak dalam pekerjaannya, menyatukan kedua tangan yang ia letakkan di atas meja, dan menatap serius mahasiswi di depannya.
"Kamu tanya diri kamu sendiri, Zya. Kenapa tugas kamu selalu salah, nilai kamu anjlok, itu karena cara belajar kamu salah," terang Rey membuat Zya mengulum bibir. Namun, dalam hati masih saja mendumel kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen vs Mahasiswi
FantasyMulutmu harimaumu mungkin ini julukan yang tepat untuk Zya atas mulutnya yang suka asal ceplos. Karena ucapannya yang sok berani, Zya harus terjebak kisah cinta tak biasa dengan dosennya sendiri. Reyden, dosen idola para mahasiswi di kampus. Selalu...