DVM-38

300 4 0
                                    

"Gud morning epriwan!"

Di pagi yang cerah itu, Zya masuk ke dalam kelas dengan senyum cerah yang menghiasi wajahnya. Teman-teman sekelasnya langsung terperangah melihat perubahan ekspresi wajah Zya yang biasanya cenderung bar-bar menjadi begitu sumringah. Mereka saling bertukar pandang, bingung dengan perubahan tiba-tiba ini.

"Mukanya sumringah bener kayak orang habis dikasih jatah." Selyn berkomentar langsung ketika Zya mengambil duduk di sampingnya.

"Otak lo ngeres banget, heran." Zya tak tahan untuk tidak menjitak kepala temannya itu.

"Ngaku lo, iyakan?"

Zya mencebikkan bibirnya kesal. Manusia bernama Selyn ini kepo sekali dengan hidupnya. "Nggak perlu tau."

Selyn jadi semakin penasaran, tapi Zya tidak memberikan penjelasan lebih lanjut. Tidak biasanya dia tebar-tebar senyum manis pagi-pagi begini.

Seiring berjalannya waktu, suasana di kelas pun menjadi lebih santai. Mereka mulai saling bercerita tentang berbagai hal secara random sembari menunggu dosen yang akan mengajar di kelas mereka.

"Nih orang lihat apaan sih daritadi senyum-senyum mulu?" Zya melihat Bella yang duduk di sebelah kirinya dengan tatapan heran. Sejak tadi gadis itu sibuk dengan ponselnya sambil mesem-mesem tidak jelas.

"Gapapa," balas Bella tersenyum manis. Lantas membuat Zya mendelik heran.

"Bella jadian sama Vian," ucap Selyn membocorkan sikap aneh Bella itu.

"Tai lu."

"Beneran, Bel? Kok bisa?"
Tentu saja ekspresi yang diperlihatkan Bella itu tidak biasa. Pasalnya yang dia tahu selama ini Bella dan Alvian ini sering cekcok. Tiba-tiba dia sudah mendengar kabar saja kalau mereka pacaran.

"Namanya juga orang punya perasaan, gimana sih," sewot Bella.

"Nggak nyangka gue. Butuh pajak jadian ini ke Vian."

Sungguh berita yang cukup mengejutkan bagi Zya. Seorang laki-laki yang dulu pernah menyukainya kini beralih hati pada temannya.

"Eh, lo pada udah nyusun skripsi belum sih?" tanya Selyn mengubah topik.

"Jangan tanya gue," kata Zya cuek. Sudah berhari-hari dia pacaran sama laptop, tapi tidak ada satupun ide yang muncul di otaknya untuk menyelesaikan skripsi. Sampai detik ini dia cuma menyelesaikan 7 halaman. Itupun karena di bantu Rey ketika suaminya itu tidak sibuk bekerja.

"Gue dong, udah selesai setengah."

"Cepet amat, Bel. Lo ngejoki ya?!" tanya Zya terkekeh pelan.

"Enak banget tuh congor kalau ngomong."

"Gue di bantu Vian." Sedetik kemudian gadis itu tersenyum malu-malu.

"Jangan-jangan jadiannya karena pengen dibuatin skripsi?"

Ucapannya Zya berhasil membuat kedua temannya melongo.

"Zya kalau ngomong jarang banget di rem." Selyn tertawa kecil.

"remnya blong."

"Pak Rey! Liat bininya minta dikasih jatah!"

"Bentar lagi gue bom mulut lo ya, Bel!

***

Setelah Zya menyelesaikan kuliahnya hari ini, wanita itu segera datang ke ruangan Rey demi menemuinya. Andai Rey tidak menelfonnya, mungkin kali ini dia sudah asyik makan siang bareng Selyn dan Bella.

"Ada apa Bapak manggil-manggil?" Zya segera duduk dihadapan Rey sambil melirik pada pria itu yang lagi sibuk bekerja dengan laptopnya.

"Pak.." Rey melirik Zya tajam.

Dosen vs MahasiswiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang