Hari ini kebetulan libur kuliah. Dosennya pun juga sama karena tanggal merah. Alhasil keduanya terjebak di rumah berduaan. Sungguh hal yang tidak menyenangkan bagi Zya hanya berdua bersama Rey di rumah. Kalau pasangan yang lain mungkin akan sangat senang berduaan saja. Namun, Zya merasa tidak nyaman. Dia lebih baik berangkat kuliah daripada harus di rumah terus.
Pasalnya Rey tidak mengizinkan Zya keluar rumah. Entah kenapa Zya juga tidak tahu. Dia bilang Zya harus tetap di rumah mengurus rumah dan suami. Biasanya ketika hari libur begini, Zya sudah akan berangkat liburan bersama teman-temannya. Namun, setelah menikah dengan Rey, kebebasan Zya mulai terbatas. Dia tidak boleh ini lah, tidak boleh itu lah. Ingin membantah tapi takut dosa. Zya hanya bisa menurut walau terpaksa.
"Bosen banget, Ya Allah." Zya mengeluh capek. Padahal sejak tadi dia hanya duduk di ruang tengah sambil nonton TV. Saking bosannya dia selalu mengganti-ganti channel televisi. Sedangkan Rey sibuk dengan ponselnya.
Dari pagi Zya sudah sibuk bekerja. Mencuci pakaian, membuat sarapan, dan menyapu rumah. Setelah semua pekerjaan beres dia mulai bersantai. Tapi acara bersantai kali ini sangatlah tidak menyenangkan.
"Kamu nggak ada tugas yang bisa diselesaiin?" tanya Rey. Mengalihkan perhatiannya sebentar dari ponsel melihat Zya yang terlihat sangat boring.
"Nggak ada." Zya menjawab dengan suara seperti orang lelah, kepalanya ia sandarkan ke punggung sofa. Lelahnya Zya ini berbeda. Jika orang lain lelah karena banyak bekerja dan bergerak, sedangkan Zya lelah sejak tadi duduk di sofa. Kira-kira sudah 3 jam dia hanya menonton di rumah.
Ditambah mood Zya tidak bagus hari ini. Selyn dan Bella mengirim PAP di group obrolan mereka, keduanya bersenang-senang di pantai tanpa dirinya. Zya jadi sedih.
"Bener?" Rey tidak yakin dengan jawaban Zya.
"Iya."
"Skripsi lancar?"
Kali ini Zya diam. Jujur saja, dia belum menyusun skripsi sedikitpun. Sebab, ada beberapa mata kuliah yang harus mengulang.
"Kebiasaan."
"Tugas yang saya kasih minggu lalu udah dikerjain?"
"Udah."
"Mana coba sini saya cek."
"Harus banget?" Zya melirik malas Rey sekarang ini.
"Kalau ada yang salah, bisa kamu perbaiki lagi hari ini."
Zya malah mengeluh. Seharusnya ia bersyukur punya suami dosen seperti Rey. Dia bisa membimbing Zya dalam tugas-tugas kuliahnya. Jika dia masih salah, maka dia punya kesempatan mengganti yang salah sebelum tugasnya dinilai.
"Cepetan sini."
Zya mengalah, ia bangkit dari sofa kemudian mengambil laptopnya. Tugas itu memang belum dia print. Biasanya menunggu H-1 sebelum tugas dikumpulkan.
Saat Zya kembali duduk di samping Rey, gadis itu mencari tugas yang ia simpan. Kemudian memberikan pada Rey untuk ia periksa.
"Nih."
Rey memeriksa setiap pekerjaan Zya dengan teliti. Pria itu mengangguk-angguk.
"Gimana?" tanya Zya. Ia sudah sangat yakin tugasnya pasti tidak ada yang salah kali ini.
"Bagus. Semuanya udah sempurna," jawab Rey memberi komentar. Membuat Zya tersenyum puas.
Pria itu kemudian meletakkan laptop Zya di atas meja. Lantas menepuk pucuk kepala Zya dengan pelan. Dia mengapresiasi pekerjaan Zya kali ini.
"Gini terus kan enak. Saya jadi nggak repot-repot marahin kamu terus."
Mendapat tepukan di kepalanya, Zya tercengang sejenak. Jantungnya tiba-tiba berdebar tidak normal. Ah, Rey ini bisa saja membuatnya salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen vs Mahasiswi
FantasyMulutmu harimaumu mungkin ini julukan yang tepat untuk Zya atas mulutnya yang suka asal ceplos. Karena ucapannya yang sok berani, Zya harus terjebak kisah cinta tak biasa dengan dosennya sendiri. Reyden, dosen idola para mahasiswi di kampus. Selalu...