-4 CELSIUS

1.1K 187 8
                                    

-4 celsius

Apakah dia bukan manusia? Pikiran itu yang pertama melintas. Taehyun bergeming, dan Beomgyu tetap menahan pergelangan tangan Taehyun meski dia yakin Taehyun hampir meringis karena dingin kulitnya. Vampir tidak pernah merasa dingin, tapi ada kesenangan sendiri waktu dingin itu mengganggu manusia. Seperti sekarang. Wajah Taehyun berubah pucat, rona merah yang segar di pipinya tadi sirna karena mata mereka terkunci satu sama lain. Taehyun tidak berkutik, membiarkan Beomgyu meneliti wajahnya dengan penuh minat. "Duduk?"

Taehyun tidak tahu mengapa, hanya dari nada suaranya dan bahasa tubuhnya, dia menyadari Beomgyu bukan bagian dari penduduk Sierra. Turis? Pelancong iseng? Orang terdampar?

"Tatap aku dan duduk," katanya meski diucapkan pelan, membuat darah Taehyun berdesir. Taehyun terpaku, sedangkan Beomgyu agak mengeryit. "Tetap di sini."

Taehyun hanya mengerjap bingung, seolah-olah Beomgyu berbicara dalam bahasa lain. Beomgyu langsung sadar bahwa Taehyun agak berbeda. Biasanya sihir hipnotisnya mudah mempengaruhi manusia, seperti ular yang tunduk kala mendengar musik dari seruling khusus. Taehyun tidak terusik, justru makin memandang Beomgyu bingung.

Kiwoo muncul dengan selimut dan sweter hangat. "Makanan sudah siap, apakah Tuan mau makan di sini?"

"Apakah aku boleh menumpang salah satu kamar?" tanya Beomgyu seraya memandang Taehyun lurus.

Badai mulai mengamuk di luar, lampu-lampu kembali goyang dan dengan cepat listrik pun padam meninggalkan uap napas mereka dan kehampaan. Kiwoo tidak menyukai kegelapan, dan meski ini belum malam, tetap saja auranya jadi mistis. Beomgyu tidak melepaskan tangan Taehyun seolah mereka perlu berdekatan untuk waktu yang lama.

"Tentu. Badainya akan berlangsung lama. Kiwoo, kau nyalakan perapian dan lampu darurat kita. Aku akan mengantar tamu ini," ujar Taehyun dan Kiwoo menyerahkan barang bawaannya tadi. Taehyun menarik tangannya, mengantarkan Beomgyu.

Ada kamar di lantai dua karena lantai satu lumayan luas, jadi ada baiknya di kamar lantai dua yang punya kamar lebih kecil dan hangat. Taehyun menaruh selimut dan sweter untuk Beomgyu, dilihatnya pria itu melepaskan mantelnya sehingga punggung kokohnya terlihat jelas. Dia mengerang, merenggangkan ototnya sedangkan Taehyun berdiri menunggu.

"Apakah kau penduduk Sierra? Atau kau pelancong?"

"Ya, semacam itu. Aku berasal dari kota yang jauh dan tersesat," katanya seraya berbalik. Ranting pohon willow mengetuk-ngetuk jendela besar kamar.Beomgyu melihat wajah Taehyun yang masih bisa dilihat jelas. "Maaf merepotkanmu. Tapi aku tidak punya uang, mungkin saja... mungkin aku perlu membalas budi dengan sesuatu."

Taehyun agak canggung waktu Beomgyu makin merapat padanya. Badai makin menggila di luar, membuat segalanya putih dan meliuk-liuk dalam pusaran angin yang tebal. Taehyun justru merasa kamar ini jadi berubah panas karena Beomgyu. Dia mendorong dada Beomgyu dan mundur. "Oke, tidak masalah. Maksudku, akan kupikirkan nanti sebaiknya kau isirahat dahulu." Taehyun baru ingat ada luka di tangan Beomgyu, jadi Kiwoo pun mengantarkan makanan dan kembali untuk mengantarkan handuk lain yang lebih hangat dengan satu wadah berceruk dalam untuk membilasnya. Taehyun membantu membersihkan luka Beomgyu, kemudian mengganti pakaian Beomgyu dengan pakaian bersih dan nyaman. Di kamar mandi kamar, mereka sangat dekat sampai wajah Beomgyu seperti akan dengan mudah mendekat pada wajah Taehyun. Posisi mereka ambigu, dan Beomgyu memperlihatkan tulang bahu yang ramping serta dada bidangnya yang menggiurkan.

Hush! Fokus!

Taehyun berdeham, membenahi handuk dan pakaian kotor Beomgyu untuk dibawa lagi oleh Kiwoo yang sangat gesit keluar-masuk kamar dan mematuhi segala perintahnya. Di atas lantai pucat, Taehyun merasa mengecil karena tinggi Beomgyu yang menjulang di dekatnya, padahal tadi di luar dia tidak sadar Beomgyu sebesar dan setinggi ini.

WHEN A COLD HITS US | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang