6 CELSIUS

603 115 4
                                    

6 celsius

Sersan Minseok datang setengah jam lalu dan dia mengurus semua administrasi rumah sakit. "Aku seperti walinya. Ayah Taehyun sudah seperti saudaraku sendiri dan Taehyun seperti putraku sendiri," katanya. Sersan Minseok berbicara dengan dokter dan menyetujui berbagai tindakan yang membutuhkan izin keluarga. Beomgyu hanya menemani dan sesekali menyingkir karena bau darah manusia cukup tercium kuat di rumah sakit.

Pukul 11 malam, Sersan Minseok menguap kecil dan menghubungi rekannya lewat telepon. "Maafkan aku. Taehyun dirawat di rumah sakit dan kritis, aku perlu berjaga di sini. Nanti aku kabari yang lain," katanya. Setelah beres dengan panggilan tadi, dia melirik Beomgyu. "Kau bisa kembali ke penginapan, Nak. Aku akan di sini sampai pagi."

"Kau yakin?" Beomgyu memandang pria tua dengan seragam polisi itu. "Kau bahkan tidak bisa tidur di sini."

"Bukan masalah. Jika pulang, aku juga pasti tetap resah, jadi kau istirahat saja. Nanti pagi kau datang lagi. Kau tinggal di penginapan juga, kan?"

Beomgyu mengangguk. Saat datang tadi, Beomgyu memperkenalkan diri dan menyebutkan dia pegawai yang menumpang di penginapan Taehyun. Sersan Minseok tidak menaruh curiga atau bertanya lebih karena fokusnya hanya pada penanganan Taehyun dan dokter yang terus berbicara padanya. "Baiklah, jaga diri Anda." Beomgyu membungkuk panik dan keluar dari area rumah sakit.

Ming muncul mendadak dari arah kanannya. "Kau pulang?"

"Mengapa kau datang kemari?"

"Bosan. Dan kau tahu? Aku punya kabar mengejutkan."

Mereka berdua memutuskan untuk berjalan karena taksi tidak kunjung lewat dan malam makin pekat. Ming menjejalkan tangan di saku jaket, dan Beomgyu menyeimbangkan langkah mereka jadi bersisian. "Ada vampir lain di penginapan dan kabar buruknya, dia yang mencelakai Taehyun, dan membujuknya di hutan itu."

"Jangan bergurau," katanya. Vampir mudah dikenali oleh mereka. Sebagai bangsawan, Beomgyu punya mata yang menilai dengan akurat apakah seseorang manusia atau vampir, maupun makhluk supernatural lain. "Bagaimana kau yakin?"

"Bekas gigitannya. Polanya. Auranya," katanya serius. Ming berdecak. "Dia sepertinya vampir yang lihai karena berhasil menyembunyikan diri dari kita."

"Untuk apa? Apa hubungannya dengan Taehyun."

Ming mengedikan bahu singkat. "Itu yang sedang aku selidiki. Aku akan membantumu mencaritahu kali ini karena bagaimanapun, dia telah melanggar perbatasan antara wilayah kita dan wilayah manusia, bahkan mendahului kita," jelasnya. Ming menyipitkan mata. "Vampir purba."

Beomgyu mendengus kasar. Harinya buruk karena Taehyun menghilang dan dia menemukan Taehyun di tumpukan salju. Sangat buruk karena Taehyun tak kunjung siuman dan dirawat di IGD. Sekarang Ming menambah sakit kepala. "Cukup untuk hari ini. Aku mau berbaring sebentar." Mereka berhenti di halte bus dan tidak lama bus datang. Beomgyu menggunakan kartu langganan bus Taehyun yang dia dapat beberapa hari lalu saat mereka di kamar Taehyun, sedangkan Ming mengekori dengan bingung. Dia lebih canggung dari siapa pun. Ming lumayan terusik karena manusia lain di sekitarnya. Beomgyu melirik bosan dan memejamkan mata.

*

*

When A Cold Hits Us karya Jay Whistern terpajang cantik di toko buku yang Beomgyu lewati sewaktu hendak ke rumah sakit. Dari tempatnya berdiri, etalase kaca itu memperlihatkan novel tebal dengan cover warna biru tua dengan pemandangan lautan es terpecah. Beomgyu merasa tertarik sehingga dia masuk dan mendekati rak buku di sana.

Gadis muda menyambutnya, merapikan buku lain yang terpajang. "Itu baru datang. Seorang profesor bahasa yang menulisnya dan aku beritahu, itu banyak terjual selama sebulan ini." Dengan dagu, ia menunjuk rak berisikan Top Ten yang ada di sana. Beomgyu mengamati dan menimbang-nimbang novel tebal di tangannya. "Ada acara bedah bukunya akhir minggu ini di perpustakaan kota. Gratis dan kau akan dapat roti bagel lezat."

"Trims." Beomgyu membayar dengan uang tunai kemudian keluar dari toko. Penginapan jadi suram sejak Taehyun tidak ada. Beomgyu ekstra rajin membersihkan meja resepsionis, mengepel, mencuci seprai, merapikan kamar, menyapa hangat para tamu yang ada demi bisa menggantikan Taehyun. Tidak mudah dan Beomgyu salut bagaimana Taehyun menjalaninya selama ini dengan senyum.

Sersan Minseok menyambutnya dan berdiri. "Kau datang lagi. Aku akan izin sebentar untuk mandi, berganti pakaian dan makan. Aku akan ke kantorku sebentar dan di jam makan siang aku akan kemari."

"Tentu saja, gunakan waktumu sebaik mungkin." Aku punya selamanya. Beomgyu tersenyum dan berterima kasih. Sersan Minseok pergi ke parkiran dan mendekati mobil patrolinya. Di kursi tunggu, Beomgyu membuka plastik novel itu dan mengusap cover yang timbul dan halus. Dia tidak pernah tertarik untuk membaca namun lumayan bosan hanya duduk-duduk tanpa bisa melakukan banyak hal. Beomgyu tidak boleh keluyuran karena bau darah agak mengganggu di sini.

Manusia & Vampir.

Beomgyu berdecak. "Menarik." Ia membuka halaman per halaman dengan hati ringan. Sepertinya ceritanya lumayan klise; hubungan manusia miskin dengan vampir pemilik tanah di desa manusia itu. Vampirnya digambarkan keras kepala dan culas. Manusia lumayan menderita dan pekerja keras. Beomgyu membaca baris per baris, matanya dengan lancar membaca setiap kata yang dituangkan penulis itu tanpa ragu. Ia berkelana, membayangkan berada di desa kumuh namun punya tanah pertanian luas, warga yang sering menggunjing atau gunung-gunung yang hijau dari jauh. Beomgyu tidak tahu sudah sebanyak apa dia membaca, sampai rasanya waktu tidak penting lagi.

Manusia itu fana, namun perasaan mereka, kasih mereka, akan menembus ruang dan zaman. Seperti kisah klasik yang sudah ratusan tahun namun masih dibicarakan dari mulut ke mulut. Cinta yang tidak terbalas, cinta penuh dendam, cinta yang dapat menyembuhkan.

Cinta kekal.

Beomgyu tanpa sadar meneteskan air mata, tanpa dia sengaja. Ia mengusap air matanya yang jatuh tanpa bisa dicegah. Sewaktu awal menjadi vampir, ia tidak pernah tahu apa yang salah darinya sampai ia dihukum harus hidup abadi sebagai vampir. Ini kutukan dan anugerah. Hidup yang tidak punya jangka waktu. Namun, apa arti hidup itu jika Beomgyu sendiri tidak punya arah dan teman yang bersamanya? Beomgyu dapat merasakan penderitaan si vampir dalam novel itu seperti dia tengah bercermin.

"Jika aku punya 1000 tahun lagi dan kau punya 10 tahun saja, apakah itu cukup berarti atau hidupku memang sia-sia?"

Beomgyu merasa tertohok sewaktu menyadari hubungan vampir dan si manusia miskin itu yang terkesan tidak masuk akal. Untuk apa vampir memedulikan manusia yang tidak berumur panjang dan untuk apa menyakiti diri dengan perpisahan? Namun ia menyadari itu dan bertanya balik pada dirinya; untuk apa di sini dan bertahan mengharapkan Taehyun sadar? Dia juga manusia kan.

Dia juga punya umur yang terbatas.

Beomgyu menutup novel itu meski belum beres. Matanya terasa terbakar dan dia tidak mau terlihat emosional. When A Cold Hits Us–saat perpisahan di mana dingin yang berarti "perpisahan", "kematian", "hilangnya denyut nadi, atau "kau yang tiada" ternyata memecah kita... apakah aku masih bisa berdiri dan melanjutkan hidupku sebagai vampir? Hidupmu sebatas satu buku, sedangkan aku berjilid-jilid dan tidak berujung.

[]

WHEN A COLD HITS US | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang