5 CELSIUS

635 122 5
                                    

5 celsius

Ming mengajak Beomgyu untuk minum di bar kecil dekat penginapan. Pagi, sore, dan malam. Ming sangat gigih mengajak Beomgyu untuk minum. Beomgyu tidak punya masalah dengan alkohol. Bahkan untuknya, alkohol tidak berefek apa pun hingga ia mempertanyakan betapa lemahnya manusia sampai kehilangan kesadaran karena alkohol.

"Kapan lagi kita bisa duduk dan minum bersama," kata Ming sesampainya mereka di sana dan duduk di meja panjang. Bartender tersenyum dan Ming memesan ale beer untuk mereka berdua.

"Aku masih tidak senang kau di sini," katanya sinis.

Ming tertawa. "Dan?"

"Dan sebaiknya kau pulang. Ayah pasti akan bertanya-tanya mengapa anak kesayangannya membuang-buang waktu di sini." Beomgyu tidak pernah akur dengan saudaranya, entah itu Ming atau kakak keduanya. Sebenarnya, sejak di sini, Beomgyu hampir melupakan mereka. Ia hanya peduli pada ayah, dan meski tidak terang-terangan, ia senang bisa nyaman tanpa membuat keributan di sini. Ming hanya tersenyum mengejek. "Apakah kau senang menggangguku?"

"Jadi kau mengira aku bertahan untuk mengganggumu, Dik?"

Beomgyu menaikkan alisnya bingung. "Jadi? Apa yang membuatmu bertahan?" Sejurus kemudian, matanya melebar sempurna. "Apakah ada hubungannya antara kau dan penyerangan di penginapan tua itu? Apakah itu... kau?"

Ming mengedikan bahu. Pesanan mereka tiba. Ming menyukai rasa beer yang khas tersebut sampai mengeluarkan suara Ah yang dalam. "Apakah aku seceroboh itu?"

"Mengaku."

"Bukan aku," katanya enteng. Ia meneguk lagi minumannya. "Aku bersungguh-sungguh."

Beomgyu tidak yakin. Ming selalu cerdik dan pandai mengelabuinya. Jika kasus ini sampai terdengar ke Alcazar, mereka akan dapat hukuman dari ayah mereka. Beomgyu tidak terlibat tapi tetap akan disalahkan bagaimanapun caranya. "Aku tidak pernah suka denganmu."

"Aku serius! Ini bukan style-ku. Kau juga pasti sadar, hanya vampir ceroboh dan putus asa yang menyerang dengan kemungkinan besar akan didatangi polisi."

Beomgyu mencicipi beer dengan hati berat. Siapa pun itu, pelakunya jelas memang tukang masalah. Beomgyu sangat penasaran, karena kasus itu mengundang publik untuk menyelidiki siapa penyerang dari pemilik penginapan itu.

"Kembali ke topik awal, aku tertarik pada manusia si imut itu."

"Siapa?"

"Pemilik penginapan yang kita tempati. Taehyun? Dia berbeda. Sepertinya dia mulai curiga dengan kita." Ming mulai berdecak, menggoyangkan gelasnya. "Tapi dia menarik, kau tahu. Tipeku."

Beomgyu mendengus kasar. "Kau sudah menikah."

"Dan itu terserah padaku. Jangan ikut campur."

"Tidak boleh. Dia pacarku." Ya, Beomgyu tidak akan pernah membiarkan Taehyun dalam cengkeraman kakaknya yang obsesif ini. Ming boleh dapat kekuasaan atau rasa bangga dari ayahnya, tapi tidak halnya dengan Taehyun. Beomgyu sudah bertekad akan menjaga Taehyun sebisanya. Jika sesuatu melukai Taehyun, meski itu kakaknya, Beomgyu siap melawan balik.

Ming tersenyum, menghabiskan beer dengan cepat. Beomgyu dapat firasat buruk dari aura Ming. Jika menginginkan sesuatu, Ming cenderng akan mendapatkannya meski ada banyak jalan terjal.

"Ini peringatan. Tidak peduli siapa dirimu, aku akan menentangmu."

Ming mencebik. "Wah, aku baru dengar hal seperti dari bibirmu."

"Jangan coba-coba mendekatinya!"

"Tenang..."

"Ming, sialan, aku akan menggorok lehermu."

Bartender menginterupsi mereka karena hendak menawarkan tambahan minuman. Beomgyu mengosongkan gelasnya dan meminta lagi. Matanya menusuk tajam Ming yang coba bersikap santai yang justru memuakkan untuknya.

*

*

"Ke mana dia?"

Sekembalinya ke penginapan, Beomgyu uring-uringan tidak menemukan Taehyun. Ia menuduh kasar pada Ming, yang dibalas dengan tanggapan tidak tahu. "Aku bersamamu, Bodoh!" katanya membela diri.

"Sialan, ke mana dia?"

Kiwoo menyahut, "Tadi dia keluar sendiri dengan mobilnya. Katanya dia akan ke kota." Beomgyu mengeryit. Sendirian? Tanpa disopir olehnya? "Aku juga tidak yakin. Tapi dia juga tidak dapat dihubungi."

"Mengapa mendadak?" Beomgyu menatap keluar. Dari jauh, badai seperti akan menyapu apa pun. Dia khawatir salju akan turun lebih deras padahal sekarang saja sudah membuat suara gaduh di atap. Taehyun bahkan tidak terlihat meyakinkan bisa menyetir, bagaimana dia bisa punya inisiatif untuk pergi seorang diri? "Aku akan menyusulnya?" Pelayan J melemparkan kunci mobilnya untuk dipinjam, Beomgyu menangkap dengan gesit.

Butuh kesabaran untuk mengeluarkan mobil tua itu dari garasi kemudian dikendarai melewati tumpukan salju. Beomgyu menyalakan lampu depan dan memeriksa penghangat mobil yang tidak berfungsi, dengan pintu yang sudah nyaris lepas. Tidak nyaman. Beomgyu berangkat dengan hati cemas.

"Taehyun."

Di tengah salju, Beomgyu sulit mengendus aroma Taehyun. Ia mempertajam instingnya namun sulit menemukan jejak apa pun di udara, hanya ada salju dan udara yang menusuk. Beomgyu melewati perumahan yang sepi, dan kendaraan yang menumpuk di jalanan seperti akan terselimuti salju. Beomgyu tidak pernah merasa setakut ini seumur hidupnya, sampai tangannya dengan tegang mencengkeram roda kemudi dan mulut bergemeletuk resah.

"Taehyun, di mana kau...."

Waktu hanya membuat dadanya terjepit. Taehyun tidak terdeteksi dan pencariannya seperti pencarian sia-sia. Beomgyu lelah terus menatap jalan yang hanya berwarna putih sampai ujung. Ia berhenti ketika melihat satu mobil yang tidak asing di dekat wilayah memasuki hutan yang sekarang nampak horor karena semua ranting sudah rontok. Hanya ada pohon ceking dengan batang seperti akan roboh. Beomgyu turun dari mobil dan menelusuri jejak kaki yang masuk ke hutan.Mobil tadi jelas mobil Taehyun.

"Kang Taehyun!"

Apakah Taehyun sengaja turun dari mobil? Apakah ada sesuatu yang menarik perhatiannya? Damn, ini terlalu dingin untuk manusia mana pun. Taehyun benci dingin dan lembap. Sepatunya akan penuh salju dan tidak nyaman. Ada rasa lengket kurang nyaman dan dia pasti akan mengeluh jika sepanjang jalan menuju penginapan karena sepatu basah dan pakaiannya penuh salju. Beomgyu berjalan cepat, menancapkan kakinya tidak terlalu dalam pada salju dan setengah berlari.

"Taehyun!"

Pohon-pohon dan lebih banyak pohon dengan ranting ringkih yang akan menimpa siapa pun karena sewaktu-waktu bisa terlepas dari batangnya. Beomgyu berteriak lebih keras, hingga memandang sekitar lebih waspada. Beomgyu nyaris menangis karena tekanan cemas menekannya terus menerus. "Taehyun! Kau dengar aku?"

Beomgyu hampir terjungkal kakinya sendiri. Suhu makin turun dan salju berjatuhan lebih banyak. "Taehyun," lirihnya. Matanya melebar sempurna sewaktu menemukan astu tangan menyembul dan dia cepat berjongkok seraya terburu-buru menyingkirkan tumpukan salju yang membentuk gunung di depan mata. "Kau..." Napasnya tertahan di ujung hidung. Taehyun terbaring tidak sadarkan diri. Bibirnya pucat nyaris membiru dengan mata terpejam rapat.

Beomgyu menepuk kasar pipi Taehyun, berusaha menyadarkan. Ia memanggil Taehyun terus menerus sampai matanya seperti akan mengeluarkan tangis. "Hei, sadar." Beomgyu menyentuh leher Taehyun.

Gigitan.

Bumi seperti berhenti. Beomgyu menelusuri bekas gigitan yang lumayan dalam. Tiga atau empat titik, lumayan mencolok. Ia cepat mengangkat Taehyun yang terkubur dalam salju kemudian membawanya kembali ke mobil Pelayan J sembari menahan tangisnya. Separuh dirinya seperti melayang-layang sedangkan kakinya terasa amat berat. "Taehyun, dengar... bangun sekarang..." Serak. Beomgyu hampir ambruk.

[]

WHEN A COLD HITS US | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang