-1 CELSIUS

932 162 7
                                    

Warning!!! 17+

-1 celsius

Beomgyu sulit tidur. Jadi, dia keluar kamar kemudian terkejut mendapati Taehyun kesulitan membawa banyak selimut, hingga hampir terjatuh. Pria itu cepat menahan pinggang Taehyun, mata Taehyun melebar. "Aku bantu, ya."

Taehyun mengangguk cepat kemudian menyerahkan sebagian. Keduanya berjalan bersama di lantai yang dingin. Setidaknya ada lima kamar yang perlu diketuk untuk membagikan ekstra selimut karena malam ini lebih dingin dari biasanya. Setelah beres, Taehyun tersenyum lega. "Nah, kau bisa tidur lagi."

"Aku tidak bisa tidur. Bagaimana denganmu? Apakah kau mau langsung tidur?"

"Hm, masih ada yang aku perlu bereskan di basement."

"Kau tinggal di sana, kan?" Tempo hari, Beomgyu tidak sengaja mendengar dari para pelayan soal tempat tinggal Taehyun di lantai bawah tanah. Apakah di sana cukup hangat? "Aku mau membantu."

Taehyun agak ragu. Tidak pernah ada yang bertamu selain Sam yang memang datang untuk membersihkan, dan kadang membantunya menata rak, atau mencuci. Beomgyu? Taehyun menyipitkan matanya serius. "Kau yakin?"

"Apakah kau diam-diam memelihara hewan buas di sana? Atau ada yang kau sembunyikan?" tanyanya dengan senyum usil. "Tentu saja yakin."

Taehyun membimbing Beomgyu untuk menuruni tangga meliuk menuju ruang bawah. Cahayanya remang-remang dengan dinding yang tua. Beomgyu tidak percaya bos penginapan justru tingga di bagian rumah yang terangsingkan bahkan seperti gudang terbengkalai. Ia sempat menghalau sarang laba-laba kemudian mengikuti Taehyun yang tidak terganggu. Ruang bawah tanah lumayan hangat dengan dominasi warna kayu pekat. Bagian ruang tengah tertata rapi, bahkan seperti di perpustakaan kuno karena banyak rak-rak besar buku. Bagian dapur agak tersembunyi, begitupun kamar mandi. Kamarnya sempit namun nyaman dan terawat rapi. Taehyun meminta bantuan Beomgyu untuk membersihkan rak di dekat ruang tengah karena di sana ada banyak selimut yang masih terbungkus untuk dibawa ke atas nanti.

"Kau lapar?"

Beomgyu memandangi leher Taehyun. Banget! Dia menjilati bibir bawahnya dan tersenyum. "Ya! Jadi kau mau memasak?" Taehyun ragu. Apakah ada yang bisa dimasaknya di tengah malam? Mereka memutuskan untuk makan ramen. Meja makan Taehyun bercat putih dan tua. Mereka duduk berhadapan, dengan Taehyun menyajikan sepanci mi lezat yang terlihat berkilau mengundang nafsu makan. Beomgyu bersorak senang, begitupun Taehyun yang merasa perutnya keroncongan. Beomgyu menyeruput mi, Taehyun menuangkan jus apel untuk mereka berdua dan bersulang bersama.

"Tadinya aku pikir tempat ini berantakan dan penuh sarang laba-laba. Kau tahu, ruang bawah tanah yang tidak terurus. Tapi ini bagus, lumayan seperti rumah." Beomgyu menatap pua sekitar dan menyeruput mi kembali.

"Hm, dan aku lebih nyaman di sini."

"Di mana keluarga besarmu?"

"Tidak ada. Ayah dan ibu hanya punya diri mereka masing-masing. Aku diberi warisan penginapan ini setelah mereka meninggal," jelasnya. Taehyun tersenyum dan menyantap potongan sosis gorengnya. "Aku bersyukur karena tempat ini yang membuatku terus semangat. Bertemu para tamu, serta bekerja dengan staf yang sudah seperti keluarga, aku merasa hidup."

Beomgyu tidak pernah melihat emosi senyata ini. Binar terang di mata seseorang, senyum yang awet atau ekspresinya yang senang begitu lepas. Taehyun sangat "hidup" sampai Beomgyu yakin detak jantungnya bisa terdengar juga. Taehyun bersinar seperti satu cahaya di tengah salju yang pekat menumpuk. Jiwa Taehyun sangat terang sampai Beomgyu pikir, apakah Taehyun akan mengutuknya jika tahu dia adalah vampir?

Beomgyu melamun, sampai Taehyun menggodanya, "Hei, makan lagi. Ayo, kita masih punya banyak," kekehnya.

Beomgyu tersenyum dan mengangguk. Rasa hangat ini baru. Beomgyu tidak tahu bagaimana nyamannya bersama manusia tanpa memandangnya sebagai santapan enak. Taehyun terlihat enak. Tapi jelas, Beomgyu memandangnya berbeda sekarang. Debaran... jika dia bisa berdebar, hanya untuk Taehyun sekarang.

Taehyun tersenyum tipis. Dia menunduk untuk menyeruput kuahnya dan mulai menuangkan jus lagi.

*

*

Mereka lanjut membenahi ruang baca Taehyun, menyortir novel dan buku klasik yang sekiranya bisa ditaruh di ruang tunggu dekat resepsionis. Taehyun duduk dengan resah, menata buku-buku dengan jam terus bergulir hampir pukul dua dini hari. Sesekali dia menguap, kemudian terkantuk-kantuk. Beomgyu tetap segar, dan menemaninya tanpa letih. Dia juga yang menumpuk buku-buku yang akan dibawa, kemudian memandangi Taehyun. "Sebaiknya kau tidur."

"Hm, sebentar lagi." Di lemari kayu terbawah, ada tumpukan buku dan majalah lama yang sepertinya akan disumbangkan saja. Sierra punya sistem pembuangan sampai yang rumit terlebih di musim dingin, jadi lebih baik majalahnya disumbangkan toh masih layak baca dan menarik. Taehyun memeriksa satu per satu, dan Beomgyu bergabung dengannya.

"Aku bantu."

Taehyun bergeser sedikit di posisi duduknya dan mengangguk.

Bahu mereka bergesekkan, dan Beomgyu bertatapan dengan Taehyun. Beomgyu tersenyum, tangannya bergerak untuk mengambil majalah dengan sampul usang, dan dia terus berkata bahwa menarik sekali ada banyak harta karun di sini. Taehyun ikut semangat, mengusir kantuknya hingga mereka terus mengobrol hangat.

Taehyun menepuk bahu Beomgyu, sesekali tertawa karena ocehan Beomgyu. Mereka saling bertukar senyum, dan Beomgyu menaruh buku di tangannya agar dapat menghapus jarak mereka. "Kau tampan, Kang Taehyun."

"Kau juga. Banyak yang tampan...."

"Ssh, di mataku kau yang paling tampan." Manusia pertama yang membuatku merasa dicintai. Beomgyu menangkup wajah Taehyun kemudian mendekatkan wajah mereka. Taehyun melebarkan matanya sedangkan Beomgyu terus tersenyum miring. Bibir mereka hanya bersentuhan seperkian detik, tapi dada Taehyun meledak-ledak riuh, sampai dia khawatir Beomgyu dapat mendengar detak jantungnya yang lebih heboh daripada pesta tahun baru di Sierra. Taehyun merona, kemudian menatap Beomgyu dengan matanya yang jernih.

Beomgyu merengkuh wajah Taehyun lagi, kemudian berhati-hati menekan bibirnya di atas permukaan bibir Taehyun yang manis. Dia melumatnya pelan, seraya mempelajari bagaimana tekstur lembut dan halus bibir Taehyun sekarang favoritnya. Dia menahan tengkuk belakang Taehyun sedangkan Taehyun menutup matanya dan merina ciuman demi ciuman yang terus diberikan Beomgyu. Pipinya makin panas dan serbuan napas Beomgyu membelai wajahnya hangat, hingga dia terus merasa terbuai. Taehyun belum pernah dicium, sampai dia terasa seperti di atas awan.

Beomgyu tidak tahu bagaimana manusia sangat menarik. Bibir Taehyun yang segar, kulit panas berpijar, bahkan suara detak jantung yang samar-samar. Berdetak. Membiusnya. Beomgyu memiringkan wajah dan memperdalam ciuman mereka hingga Taehyun melenguh samar, kemudian balas mengalungkan tangan di sekitar leher Beomgyu. Beomgyu menarik Taehyun naik ke atas kedua pahanya tanpa melepaskan bibir mereka. Tangannya yang besar dengan posesif menahan pinggang Taehyun.

[]

WHEN A COLD HITS US | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang