12 CELSIUS

485 99 4
                                    

12 celsius

"Beomgyu."

Hidung Taehyun tergelitik. Aroma sup ayam menyeruak sampai matanya terbuka hati-hati. Taehyun terbangun sangat kaget, kemudian menatap sekitar. Kamar itu mungil didominasi material kayu pekat. Ia menatap turun ke hidungnya yang terasa sakit, kemudian menatap sekitar setengah ragu.

"Kau sudah sadar?" Suara familier. Disusul langkap berat yang Taehyun kenali. Beomgyu muncul seraya membawakan sepanci sup yang ditaruh hati-hati di meja tidak jauh dari ranjang Taehyun tempati. Ia mengusap wajahnya. "Aku khawatir sekali."

"Beomgyu?" Taehyun mengucek mata.

"Ya?"

Taehyun tercekat, kemudian menatap sekitar lagi. "Di mana..."

"Vila keluargaku. Tempat ini yang terdekat, aku sangat khawatir tadi. Kau langsung pingsan begitu saja. Cuaca di sini sangat ekstrem ya?" tanyanya mirip berceloteh sendiri. Namun, Taehyun lega sampai matanya agak berkaca-kaca. Beomgyu muncul mengenakan mantel, rambutnya agak berantakan namun masih tampan. Ia menatap Taehyun sangat perhatian. Beomgyu mendekat, berhati-hati. "Makanlah. Kau pasti lemas menempuh perjalanan sangat jauh."

"Maaf."

"Uh?"

Taehyun meneguhkan suara. "Maafkan aku, Beomgyu. Kesalahpahaman ini, aku sangat jahat padamu," katanya sendu. Ia bangkit, namun Beomgyu refleks mundur begitu cepat. Taehyun terkejut. "Beomgyu."

"Jangan dipikirkan. Hm, makan saja." Ia buru-buru keluar kamar. Taehyun masih mematung, namun akhirnya meraih mangkuk, menuangkan sup buatan Beomgyu yang ternyata sangat lezat dan gurih. Ia duduk dan makan dengan serius. Beomgyu hanya menunggu di dekat pintu tanpa berbicara apa pun. Atmosfer begitu tegang dan Taehyun masih tidak mengerti mengapa Beomgyu bereaksi segamblang tadi. Apakah dia membenciku? Apakah dia tetap kukuh menjaga jarak sekarang? Taehyun tidak habis pikir. Ia menyendok sup dan merasa perutnya hangat, nyaman.

*

*

Sepanjang sore, Beomgyu tidak terlihat di mana pun. Taehyun menelisir ruangan demi ruangan, mendapati ada perpustakaan di sana dan tertidur nyenyak. Saat hari sangat gelap, ia bangun dan merenggangkan ototnya yang pegal. Setengah mengantuk, ia menengok jendela. Salju menutupi jalanan dan uap tebal menutupi separuh jendela. Ia memutuskan untuk keluar ruangan dan aroma makanan kembali menggodanya.

Beomgyu menyuruhnya bergabung di ruang makan. Ada daging panggang bumbu barbekyu, pasta, sup jagung dan beberapa roti yang baru dipanggang. Beomgyu juga menyiapkan ayam bumbu jika Taehyun merasa kurang kenyang. "Semoga kau suka," katanya dan mundur perlahan.

"Beomgyu? Mengapa tidak bergabung saja?" tanyanya cepat, mendongak ke arah Beomgyu yang sudah ingin undur diri saja. "Maksudku, ini terlalu banyak dan kau bisa bergabung."

"Aku... aku tidak apa-apa."

"Aku memaksa, Beomgyu," katanya tegas. "Kumohon."

"Aku tidak merasa nyaman."

Taehyun tertegun. "Oh... apakah ada hubungannya dengan aku yang ada di sini..." Taehyun merasa lehernya meremang saat Beomgyu menjilat bibir kemudian menatapnya ragu. "Maafkan aku. Ini membuatku tidak nyaman, maksudku situasi kita. Aku sangat menyesal." Ia bangkit lagi dan membungkuk dalam. "Kumohon, maafkan aku."

"Taehyun, kau salah paham."

"Kumohon, aku tahu aku berbicara sangat lancang padamu. Aku juga tidak mengerti mengapa aku sebodoh itu," katanya tercekat. Taehyun menatap lantai kayu di bawah kakinya yang telanjang, perlahan ia melihat kaki pucat Beomgyu mendekat padanya. Beomgyu menyentuh bahunya, membuat Taehyun mendongak perlahan. "Beomgyu, jangan menghindariku."

WHEN A COLD HITS US | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang