13 celsius
Badai salju belum mereda. Berdasarkan laporan prakiraan cuaca, mungkin badai akan berlangsung semalaman dan berhenti di besok siang. Beomgyu membungkus tubuh Taehyun dengan berlapis-lapis selimut. Pemanas ruangan pun sengaja dinyalakan meski Beomgyu tidak terbiasa. Ia menatap Taehyun, melihat Taehyun tetap bergeming mirip manusia salju besar karena selimut. "Sudah nyaman sekarang?"
"Ya." Dari celah selimut, tangan Taehyun cepat meremas tangan Beomgyu. "Jangan ke mana-mana, aku takut."
Beomgyu sempat ragu, namun mengangguk. "Apakah ada sesuatu yang kau butuhkan?" Dilihatnya, Taehyun menggeleng. "Baik, aku akan duduk di sana..."
"Tetap di sini."
"Jadi sekarang kau jadi lebih menuntut, ya?"
Taehyun mengerling usil dan tersenyum. "Bagaimana rasanya tinggal di sini? Maksudku, di penginapan saja sudah merepotkan karena salju yang turun tidak berhenti. Di sini pasti lebih repot lagi," tuturnya. Beomgyu hanya menunduk, jempolnya mengusap garis tangan Taehyun yang hangat. "Apakah keluargamu tinggal dekat sini?"
"Mereka hidup di istana. Agak jauh dari sini. Tapi aku tidak ingin kau bertemu mereka. Terlalu berbahaya."
"Jadi kau benar-benar pangeran, ya?" katanya pelan. "Aku tidak percaya itu, tapi sekarang semua jadi masuk akal. Apakah kau terbiasa hidup di sana? Apakah menyenangkan menjadi pangeran? Aku tidak tahu banyak dongeng, tapi yang kutahu, pangeran selalu punya apa saja dan dihormati."
Beomgyu tersenyum. "Menurutku, lebih menyengangkan bersamamu, Tae."
Taehyun mendengus dan tersenyum miring. Ia menggerakan jemarinya agar lebih erat menggengam tangan Beomgyu yang kaku. Ia tidak tahu banyak soal istana, atau kerajaan atau pangeran, atau pangeran vampir. Menurutnya, seperti kisah fiksi saja; tidak begitu nyata. Namun, Beomgyu senyata ia bernapas, dan Taehyun merasa gemuruh dadanya makin kencang. Ia kadang gugup, kadang kikuk, dan kadang selalu ingin Beomgyu terus perhatian hanya padanya. Wajarkah? "Aku tersanjung, seorang pangeran menemaniku sepanjang badai salju."
"Aku bisa menemanimu sepanjang yang kau mau. Asalkan, kau aman."
"Aku aman bersamamu."
Beomgyu menatap turun, kemudian mendekatkan tangan Taehyun ke dekat bibirnya. Ia mendaratkan ciuman lembut di punggung tangan Taehyun dan menatap Taehyun lekat. "Untuk sementara, kita di sini saja ya. Aku masih punya stok makanan dan kurasa dalam beberapa hari kau baik-baik saja. Tapi, penginapanmu bagaimana?"
"Hm, mereka akan mengerti. Kita masih terjebak di sini, aku tidak punya pilihan. Terlalu berbahaya kan di luar?"
Beomgyu mengangguk tegas.
"Bagaimana wujud mereka? Apakah setampan dirimu? Apakah mereka benar-benar takut sinar matahari?" Wajah polos Taehyun sangat lucu, dan dia berbinar seperti baru menemukan sesuatu yang menyentil nalurinya. "Apakah mereka akan tahu aku manusia secepat itu?"
"Mereka terlihat... wajar."
"Ah,begitu."
Beomgyu meringsut mendekat. "Pokoknya, mau setampan apa pun vampir lain, kau hanya harus fokus padaku, ya." Ia berniat bercanda tapi Taehyun justru menanggapinya dengan ekspresi serius yang imut, jadi ia terkekeh ringan. "Hanya aku yang boleh kau perhatikan. Meski aku seperti ini, maksudku aku mungkin berbeda dengan standar ideal pacarmu–"
"Kata siapa?" cetusnya. "Kau ganteng, kok. Aku suka. Wajahmu tampan banget, aku sangat suka. Suaramu juga bagus, aku naksir." Taehyun terus berceloteh. "Menurutku, kau sempurna." Ia membubuhkan senyuman sampai Beomgyu seakan bisa berdebar tak karuan di tempatnya sekarang.
Beomgyu terpana beberapa detik dan ikut tersenyum.
*
*
Di tempat tidur, Taehyun memperhatikan Beomgyu yang sibuk mengunci jendela karena amukan angin terus saja membuat derak kencang. Tengah malam salju makin tebal sampai seluruh ruangan seakan ikut membeku. Taehyun enggan beranjak karena takut ia mati kedinginan. Beomgyu terus sibuk untuk memastikan vila ini tidak ambruk karena badai atau sekadar berhasil diterobos oleh badai tanpa henti. Taehyun menggigil singkat dan membungkus dirinya mirip buntalan besar, kemudian Beomgyu bergabung. Bibirnya pucat, matanya agak sendu dan dia berbicara sangat cepat. "Aku harus memeriksa lorong bawah, aku khawatir di sana akan ada generator yang rusak. Kau tidak apa-apa di sini sendirian?"
"Ya. Cepatlah kembali."
Beomgyu mengangguk cepat, membawa lentera kecil untuk berjaga-jaga takut padam listrik, sementara lampu emegensi berada di dekat nakas Taehyun. "Aku akan segera kembali." Segera setelah pintu kamar tertutup, Taehyun digelayuti rasa takut dengan atmosfer yang agak horor di sekitarnya. Suara jendela makin keras, dan dia tidak dapat bergerak leluasa karena dingin yang menyebar. Tunggu Beomgyu. Beomgyu pasti akan cepat kembali.Taehyun jarang merasa takut sampai ke tulang, atau merasa resah tidak karuan layaknya akan dikejar hantu. Tapi dia di sini dan membayangkan (tanpa bisa dicegah) bagaimana jika ada segrup vampir yang masuk, brutal dan hendak memburunya? Taehyun mengusap tengkuknya dan giginya terus bergemeletuk.
"Aku kembali." Pintu menyeruak dan Beomgyu masuk kamar seraya menutup pintu kembali. "Di bawah aman, tapi ada beberapa kerusakan kecil. Aku sudah memperbaikinya." Ia bergabung ke dekat Taehyun. "Tubuhku sangat dingin, kau mungkin tidak nyaman..."
Tanpa aba-aba, Taehyun sudah bergelayut manja dan mendekap Beomgyu dari samping. "Aku hanya butuh kau." Beomgyu bisa merasakan pijar hangat kulit Taehyun atau embusan napasnya di dekat tubuhnya. Beomgyu mengusap wajah Taehyun singkat, kemudian mencium kening Taehyun. "Dingin, Beomgyu."
"Aku akan ambilkan selimut lagi ya."
"Tidak, aku mau dirimu saja." Ia mendekap lebih erat. "Ini agak hangat." Beomgyu mengutuk bagaimana tubuhnya tidak bisa menyesuaikan suhu untuk Taehyun. Ia ingin Taehyun hangat dan nyaman. Namun, kulitnya dingin seperti tepian es dan dia kaku karena harum darah Taehyun tercium dekat hidungnya. Ia menekan giginya ke bibir kuat-kuat dan merengkuh tubuh mungil Taehyun lebih rapat padanya.
"Ceritakan soal di sini. Apa pun itu, buat aku tetap terjaga."
"Um? Kau suka cerita apa?"
"Apa saja. Suaramu bagus, Beomgyu, semua orang pasti nyaman mendengarkan kau cerita meski itu omong kosong," katanya.
"Tidak banyak yang bisa aku ceritakan. Tapi keluargaku, vampir Sergia, sudah hidup ribuan tahun dan mereka sebenarnya kelompok yang besar. Kau tahu? Kakak-kakakku ingin sekali menjadi raja, tapi ayahku belum mempercayai mereka. Vampir dewasa seperti kami terus berlomba-lomba untuk menampilkan diri sebagai bangsawan terhormat. Aku suka pesta, aku suka dihormati, tapi menurutku kebebasan itu lebih menyenangkan. Aku sudah sering berkelana ke banyak tempat, mencicipi makanan di sana, berkenalan dengan banyak orang. Aku kenal tukang pukul, penjual lilin, pemilik vila kecil, atau bahkan penggembala domba. Aku pernah dijamu dengan baik satu keluarga petani yang ternyata kesulitan ekonomi. Namun aku berikan dia emas, dan aku dengar anaknya jadi saudagar sekarang. Aku tidak.. tahu, tapi hidup ini selama apa pun aku jalani, pasti penuh kejutan."
Ia mencium kening Taehyun lagi, berharap ada sisa kehangatan yang tersisa darinya. "Dan bertemu denganmu satu kejutan yang menyenangkan dan aku syukuri. Aku tidak pernah tahu ternyata satu orang bisa membuat duniaku jungkir balik tak menentu. Taehyun, kau tertidur?"
Taehyun mengerang dan menggeleng. "Terus ceritakan."
"Oh ya, aku juga pernah tinggal di perbukitan, berburu siang malam. Aku juga pernah punya satu kuda jantan yang aku ajak berkeliling kota, aku pernah naik kapal perompak dan aku pernah ditunjuk jadi pembaca peta. Tapi sebanyak apa pun pengalaman itu, aku justru di sini." Ia tertawa renyah. "Takdir membawaku padamu, Taehyun."
Taehyun mengerang lagi dan mendongak kecil. "Apakah itu takdir yang kau syukuri?"
"Sangat," bisiknya lalu merengkuh bibir Taehyun yang membuka. Beomgyu memejamkan matanya seraya mencium hati-hati bibir Taehyun yang sedingin es, kemudian melumatnya lembut. Taehyun merintih ringan namun membalas pangutan bibir Beomgyu seraya merapatkan lagi wajah mereka. Dua menit. Beomgyu menarik wajahnya seraya masih mencecap rasa bibir Taehyun yang tertinggal di permukaan bibirnya. Beomgyu mengusap wajah pucat Taehyun, seraya memiringkan wajahnya kembali.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN A COLD HITS US | beomtae ✔
FanficBeratus-ratus tahun silam, kaum vampir dan manusia hidup berdampingan dengan rukun. Hingga bencana datang, kedua kaum itu mulai berselisih dan memicu perang. Manusia yang selamat membangun peradaban baru. Hidup dalam kelompok dan prinsip mereka. Di...