3 CELSIUS

692 135 5
                                    

3 celsius

Beomgyu terlihat sibuk menurunkan beberapa barang dan membawanya ke gudang. Kiwoo membantunya pula sedangkan Taehyun mendekati beberapa pengunjung yang mengatakan kamar mereka kurang hangat. Ia mengecek alat penghangat, kemudian memberitahu mereka jika ada sesuatu, telepon selalu terhubung ke meja resepsionis. Taehyun pun tersenyum setelah mereka berterima kasih.

"Maaf, bisa membantuku juga?"

Oh itu si pengunjung baru. Taehyun tidak berbicara dengannya karena orang itu cukup pendiam. Pria dengan tinggi badan menjulang, otot yang bertonjolan meski mengenakan pakaian rapat.

"Baik," kata Taehyun karena yang lain masih sibuk mengisi gudang persediaan. Taehyun mengekori sosok itu.

"Namaku Ming," katanya sedikit menoleh dan tersenyum.

Taehyun mengangguk dan mengikutinya masuk ke kamar. Ming menutup pintu di belakang Taehyun seraya mendongak. "Dari siang tadi lampunya tidak menyala, aku khawatir ada konsleting listrik jika memaksakan."

Taehyun izin sebentar untuk mengambil stok bohlam terbaru, kemudian membawa tangga dengan dua penyangga sehingga ia dapat naik dengan stabil. Taehyun memang tidak punya pengetahuan khusus soal pelistrikan, tapi biasanya, hal seperti ini karena bohlam yang sudah tua. Jadi dia akan menggantinya.

Ming mendongak memegangi tangga Taehyun. "Kau yakin bisa memperbaikinya?"

"Ini mudah."

"Baiklah."

Ming menutup pintu lagi sehingga kegelatan menyelimuti kamar itu. Satu-satunya cahaya yaitu senter kecil yang terjepit di mulut Taehyun, kemudian mengarahkan ke dudukan lampu di atas kepalanya. Ming menggeram pelan di bawah, taringnya menyembul karena aroma harum darah Taehyun. Desir angin membuatnya lapar, membawa aroma itu mengelilingi ruangan itu. Tangannya siap mendorong tangga Taehyun, namun Taehyun berseru, "Coba kau nyalakan sekarang!"

Ming mengulur waktu, berjalan lambat kemudian tangannya menekan saklar. Ming diketahui punya kemampuan sihir memanipulasi, jadi lampu itu tetap tidak menyala. "Wah, sepertinya ada kerusakan parah."

"Hm, ini lumayan aneh." Taehyun tercenung, masih di puncak tangga.

"Apakah ada yang bisa aku lakukan?"

Taehyun berpikir sejenak, kemudian kaki-kakinya menuruni tangga dengan hati-hati. Sinar senter itu tidak banyak membantu karena dia hampir tergelincir. "Aku akan ambil stok lampu lain dan memanggil Kiwoo. Sebentar." Taehyun berjalan menuju pintu namun ketika ia meraih gagangnya dan memutarnya, pintu itu tidak membuka. Sesuatu macet. "Kenapa..."

"Kau mau pergi?"

Taehyun langsung terlonjak karena hawa dingin menjalari tengkuknya dan suara Ming sangat dekat. "Ya... ya, apakah kau menguncinya? Ini agak sulit dibuka," katanya berusaha tenang. Ming tertawa rendah, kemudian meraih knop pintu itu, namun Taehyun berjengit karena kulit mereka bersentuhan dan Ming sangat dingin sampai membuat Taehyun tidak bisa bereaksi apa pun.

"Kau takut? Takut gelap? Takut padaku?"

Suara ribut terdengar dari luar kemudian Beomgyu cepat muncul mendobrak pintu dengan wajah pias. "Taehyun! Kau di sini!" pekiknya dan menarik Taehyun dalam dekapannya. Beomgyu bertukar pandang dengan Ming yang masih tersembunyi dalam kegelapan dan menyeringai. "Aku... aku mencarimu."

Taehyun meneguk ludahnya dan menempel ke dada Beomgyu. "Yah, ada masalah dengan lampunya..."

"Sebaiknya kau tidak pergi sendirian. Di sini berbahaya."

"Berbahaya?" Taehyun mendongak, dan melihat langsung wajah Beomgyu yang terlihat tidak senang. Ia memandang ke arah Ming yang justru menatap Beomgyu tanpa berkedip. Mereka saling mengenal?

"Aku akan mengurusnya," tukas Beomgyu dan meminta Taehyun untuk kembali bergabung dengan yang lain di antai bawah dekat meja Kiwoo. Taehyun hanya menurut, sedangkan Beomgyu enggan menatap atau berkata apa pun lagi, seperti mati-matian menahan amarahnya agar tidak meledak-ledak.

*

*

Sersan Minseok mengenal keluarga Kang sejak kepindahannya ke Sierra. Kira-kira puluhan tahun lalu saat kakek Taehyun masih hidup dan mereka bertetangga. Saat orang tua Taehyun meninggal, Sersan ada di barisan depan untuk mengucapkan belasungkawa.

"Aku rindu tempat ini. Bagaimana semuanya?" Hari ini ia sengaja berkunjung. Kasus misterius itu masih ditangani dan dia butuh jalan-jalan sehabis makan siang. Dilihatnya, Taehyun menyambutnya dan mendekapnya. "Kau baik?"

"Hm, baik. Bagaimana denganmu, Sir?"

"Baik, hanya kurang tidur."

Taehyun mempersilakannya untuk duduk dan menawarkan kopi. Sersan Minseok berteman akrab dengan ayah Taehyun dan punya jadwal mendaki tiap tiga bulan sekali. Taehyun sudah dianggap seperti putranya sendiri dan mereka suka merayakan Natal bersama di kediaman Sersan dengan banyak hadiah dan kue.

"Jadi pekerjaan sedang padat? Ah, waktu aku ke kota tadi, aku lihat banyak garis polisi di penginapan tua itu."

"Kebetulan aku berjaga di sana," jawabnya lantas menyeruput kopinya. "Si pemilik tewas tidak lama setelah aku memeriksa ke sana. Saat ini masih dalam penyelidikan. Semua baik di sini, kan?" tanyanya dan memperhatikan lobi penginapan itu. "Semua aman?"

"Ya, aman. Jangan khawatir. Aku berharap kasusnya segera usai, kau pasti tidak pulang, kan."

"Ya."

"Astaga, kau harus jaga kesehatan. Aku akan membungkus makanan hangat untuk kau bawa dan makan dengan teman-temanmu." Pelayan J langsung mengangguk waktu Taehyun memanggilnya dan menyuruhnya mengisi kotak-kotak bekal untuk Sersan Minseok.

"Tae, kau sangat baik," katanya tersenyum. "Tapi, aku baik-baik saja."

"Tetap saja, kau jangan sampai sakit, Sir."

Kotak bekal itu ditumpuk hingga empat tingkat dan dibungkus rapi, lengkap dengan termos berisikan air hangat dan teh ceup untuk diminum di sana.

"Sebenarnya aku datang untuk memperingatkan agar kau dan yang lain berhati-hati. Mungkin hewan liar tengah dalam masa berburu, atau bahkan vampir." Sersan terlihat serius dan garis wajahnya makin kentara. "Aku takut sesuatu yang uruk terjadi. Tapi kalian akan saling menjaga, kan?"

"Tidak usah cemas. Vampir? Katamu?"

"Ya. Ada banyak isu miring bahwa vampir tengah melewati perbatasan utama. Mungkin ini hal langka dan tidak masuk akal, tapi tidak ada salahnya berjaga." Pria itu berdeham. "Mungkin ini terdengar seperti dongeng bagimu, tapi vampir itu nyata." Sersan sudah sering melihat kematian tidak wajar; leher terkoyak, wajah yang histeris, mata yang melebar kosong atau bekas gigitan dalam yang tidak mungkin disebabkan oleh hewan buas. Vampir terasa dekat. "Sebaiknya aku pamit," katanya dan bangkit.

Taehyun mengobrol sampai mereka keluar dan berdiri di dekat mobil patrolinya. Taehyun merapatkan sarung tangannya dan melihat sersan masuk. "Hati-hati! Menyetir dengan aman, ya!" Mobil itu pun pergi dari depan penginapan jadi Taehyun tergopoh-gopoh melewati tumpukan salju dan sampai di teras depan. Vampir punya fisik rupawan yang tidak wajar; bibir pucat, mata hitam yang menyorot tajam, hidung mancung, rahang tegas, dengan suara mengalun. Mereka seperti... iblis berwujud tampan atau cantik. Kulitnya dingin dan tidak ada detak jantung. Kau akan tahu saat melihatnya dan aku mau kau berjanji untuk berhati-hati, Tae.

Tepat saat Taehyun memikirkan itu, pintu terbuka dan Beomgyu menyuruhnya masuk. "Sangat dingin di luar! Kau bisa membeku!" katanya.

Taehyun terpana. Wajah rupawan. Suara merdu. Tatapan dalam.

Beomgyu mengeryit karena Taehyun hanya mematung menatapnya. "Hei, ayo! Cepatlah!" katanya gemas dan menarik Taehyun. Kulit dingin. Beomgyu menarik Taehyun agar merapat ke depan tubuhnya, sementara ia menutup lagi pintu di belakang punggung Taehyun. Tidak ada detak jantung. Kosong. Senyap. Taehyun terdiam.

[]

WHEN A COLD HITS US | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang