10 CELSIUS

535 107 2
                                    

10 celsius

Alcazar mempunyai penjara bawah tanah. Di sana, vampir-vampir pembangkang dikerangkeng sesuai dengan keputusan raja. Beberapa dari mereka sudah tidak tahu apakah sudah bertahun-tahun bahkan puluhan tahun terus terkurung di balik teralis besi, beberapa sudah lupa identitas mereka dan hanya menunggu sampai diberikan makan oleh petugas layaknya mereka hanya binatang.

Di bawah sangat lembap minim penerangan, namun suasananya tenang karena jauh dari kebisingan dunia luar, termasuk ocehan vampir lain yang lebih muda dan bersemangat.

Beomgyu muncul, berjalan gontai setelah melewati perbatasan, keluarga Sergia punya kemampuan manipulasi sehingga para penjaga lyput akan kepulangan pangeran. Sementara itu, penjaga penjara menyambutnya. Mata mereka melebar kaget, mendapati Beomgyu duduk di satu kursi dan wajah terlipat.

"Yang Mulia! Anda kembali! Raja sangat merindukanmu!"

Beomgyu mengibaskan tangannya jengah. "Hmm."

"Mari kami antarkan..."

Mata pria itu terlihat letih, garis wajah yang muram, dan dia nyaris tidak mendengarkan lagi. "Biarkan aku... berada di sini sebentar," katanya. Penjaga itu langsung patuh dan menawarkan yang lain, yang jelas Beomgyu tolak. Ia hanya ingin menjauh sejenak dari dunia dan tidak ingin diperhatian, atau kembali menemui ayahnya. Cukup berada di sini dan bersembunyi.

"Aku naksir manusia."

Penjaga itu terbatuk cepat. "Maaf? Yang Mulia?"

"Aku naksir manusia," tekannya, kemudian melirik jengah. Senyumannya terlihat payah. "Apakah aku akan dihukum? Apakah aku akan dipenjara karenanya? Aku tidak masalah, tapi dia membenciku seperti aku baru membunuh orang yang dia sayangi dengan tanganku sendiri." Beomgyu menatap turun kedua tangannya dan mengepalkan tangan. Kebencian di mata Taehyun, bibirnya yang membentuk garis sinis, bahkan hardikannya. Monster. Beomgyu tidak pernah merasa sama lagi. "Tapi aku tetap naksir dan ini sinting."

"Yang Mulia, jika saya bisa membantu...."

"Sudahlah." Beomgyu bangkit, menyeret kakinya. Ia menepuk bahu penjaga itu dan menaiki anak tangga menuju menara. Penjaga itu hendak mengekori, tapi Beomgyu membalas akan segera menemui ayahnya. Beomgyu tidak tahu langkah kakinya menuju kemari, tapi dia tidak merasa ini benar-benar pulang.

"Pangeran!"

Kakak keduanya terlihat kaget, mendekatinya beserta yang lain. Beomgyu hanya menggeleng lemah dan meninggalkan mereka yang masih dipenuhi banyak pertanyaan. Ming belum kembali, Beomgyu di sini. Apa yang terjadi? Beomgyu mengabaikan mereka, terus berjalan hingga ke ruangan besar milik ayahnya.

"Kau.. mau jadi manusia lagi? Pernyataan gila apakah itu?" Ayahnya terlihat geram dan menatapnya lurus. Beomgyu duduk, bahunya merosot dan dia tidak terlihat bersemangat. Tidak bergairah. "Jawab aku, Beomgyu. Apa yang kau lakukan selama ini jauh dari sini?! Kepalamu itu sudah terbentur keras ya, Nak?"

*

*

Taehyun menaruh sekopnya. Ia menatap gundukan salju, dan mendapati Kiwoo turut mengangkat sekopnya. Salju paling parah di bulan ini. Taehyun hampir merasakan membeku di dalam penginapan karena perapian mereka yang tidak cukup hangat, dan pengunjung mengeluh soal akses masuk mobil yang sulit karena salju di mana-mana. Taehyun memaksakan diri untuk menyekop lagi. Mobil pengeruk salju belum sampai dan tumpukan salju ini tidak bisa menyingkir dengan sendirinya.

Ming ikut bekerja di sebelah, dengan cepat menyekop lebih banyak. "Ini akan berlangsung seharian."

"Kau benar. Aku butuh lebih banyak pasukan." Taehyun memanggil staf lain, dan meminta mereka ikut membantu. Ia fokus di sebelah barat bersama Kiwoo. Yang lain mengikuti dan mengambil tempat yang mendekati pelataran. Taehyun mengusap lehernya. Giginya bergemeletuk dan napasnya membuat uap menerpa wajah.

Tiga jam berlalu. Semua orang lelah dan mendapatkan cokelat panas terlezat dari Pelayan J. Taehyun mengusap wajahnya dan melihat Ming mendekat. "Aku khawatir badainya akan datang dan lebih besar dari yang kemarin."

"Aku tahu, tapi kita tidak bisa berbuat banyak."

Ming mengangguk dan menarik kursi ke dekat Taehyun. Ia duduk begitu serius. "Semoga tidak ada kerusakan atau apa."

"Ya, kuharap." Taehyun melepas sarung tangannya dan tangannya mengeras, beku. Ia menggosoknya cepat dan mulai meniupi perlahan. Pelayan J menyerahkan cokelat panas sehingga panas dari cangkir tersalurkan ke tangannya. Senyumannya mengembang tipis.

"Beomgyu sudah kembali ke rumah kami."

Taehyun melebarkan mata. "Benarkah? Jadi dia di sana?"

"Ya. Aku pun akan kembali." Ming tersenyum. "Senang mengenalmu."

"Eh? Secepat itu?" katanya. Taehyun melipat bibirnya. "Kalian banyak membantuku, jika ada yang kalian butuhkan dan jika kalian datang lagi, jangan pernah sungkan padaku."

"Kau sangat baik. Aku paham mengapa Beomgyu sangat mengagumimu."

Semburat hangat menyeruak di pipi Taehyun. Pemuda itu kikuk sejenak. "Ini bukan apa-apa," katanya. "Jika kau bertemu dengannya, sampaikan permintaan maafku." Taehyun merasa kalut. Ia menyesap ringan cokelatnya dan menaruh cangkirnya hati-hati. "Aku benar-benar berharap aku bisa mengatakannya langsung, tapi melihat situasinya, sepertinya kemungkinannya sangat kecil." Taehyun merintih. "Aku paham itu."

Ming menepuk bahunya ringan dan izin untuk masuk ke penginapan. Hari mulai sore, mereka berhenti dan kembali masuk untuk menunggu makan malam yang akan tersaji. Taehyun berjalan pelan. Semuanya seperti kembali ke awal; penginapan yang ramai, dirinya yang sibuk dan tidak ada Beomgyu. Taehyun sadar semuanya sudah membaik, tapi sesuatu seperti menganga di jiwanya. Persis seperti saat dia kehiangan kedua orang tuanya. People come and go. Taehyun duduk di satu kursi. Pandangan mata kosong dan selera makan yang melayang-layang. Pelayan J menyediakan sup jagung kental dan roti hangat buatan tangannya sendiri. Taehyun hanya menatapnya dan menyantap ala kadarnya.

"Apakah kau sakit?"

Taehyun makan lebih sedikit dan pamit dari ruang makan. Ia kembali ke basement tempat tinggalnya lalu mengurung diri bertumpuk bersama selimut. Matanya panas seperti baru tersengat dan hatinya hampa. Ia melihat tempat-tempat di ruangan itu ketika Beomgyu di sini. Tawanya, ocehan riangnya, binar matanya, garis senyumannya. Taehyun masih ingat seperti baru kemarin. "Semua orang melupakanmu seolah kau tidak pernah ada, Beomgyu." Tapi Taehyun tidak bisa seperti mereka. Beomgyu pernah di sini, dan mereka berdua dengan menyenangkan. Taehyun menatap nanar, kemudian air matanya jatuh tanpa dapat dicegah.

Maafkan aku. Maaf. Maaf, Beomgyu. Aku rindu.

[]

WHEN A COLD HITS US | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang