2 CELSIUS

742 136 1
                                    

2 celsius

Perjalanan ke kota lumayan sulit. Taehyun memandang keluar jendela mobil, karena di luar dugaan ternyata orang-orang sama sibuknya. Tidak peduli dengan cuaca buruk atau salju yang makin tebal, mereka membuat jalanan macet karena mobil yang terus memadati jalanan utama ke kota. Taehyun tidak menyetir, dan hanya mengerang karena seharusnya mereka sudah sampai di toko-toko langganannya.

Stok selimut makin menipis karena pengunjung meminta ekstra terus menerus. Mereka juga harus belanja kebutuhan memasak sarapan dan makan malam, dan beberapa lampu sudah usang jadi perlu diganti. Jika diskon, mereka akan membeli lemari barang karena yang di gudang makin tua dan rapuh. Pemanas di beberapa kamar juga rusak dan daripada diperbaiki yang butuh dana tidak sedikit, Taehyun ingin membeli yang baru.

Beomgyu menyetir dengan tenang, seperti biasa. Namun, matanya menyipit kala mobil mereka melewati beberapa penginapan setelah dapat celah untuk lewat jalan pintas. "Ada apa itu?"

"Terlihat ramai."

Taehyun dapat melihat polisi mengatur lalu lintas di sana, dengan garis kuning memanjang. Beberapa orang berkerumun namun Taehyun tidak ingin melongok lebih jauh.

"Kecelakaan?"

"Mungkin saja." Sierra punya alam dan cuaca ekstrem. Kecelakaan seperti longsor atau kecelakaan mobil lumrah di sini. Hanya saja, dengan beberapa polisi di sana, Taehyun jadi sedikit bertanya-tanya. Terlebih, daerah penginapan ini jarang dikunjungi oleh banyak pelancong dan bukan pesaingnya. Taehyun duduk sementara ia meminta Beomgyu menyalakan pemanas di mobil mereka.

"Kurasa kita akan sampai sebentar lagi," kata Beomgyu mengecek GPS di mobil. "Kau masih kedinginan? Atau mau membeli cokelat hangat?"

"Hm, aku baik-baik saja. Aku malah ingin cepat beres."

Beomgyu mengangguk. Tubuhnya kebal akan dingin, jadi bukan masalah untuknya. Sementara, Taehyun tidak kuat dingin. Giginya bergemeletuk dengan tangan terus mengusap lengannya, mencari-cari kehangatan. Beomgyu tidak tega sehingga satu tangan memegang setir sedangkan satu tangan berusaha melepas mantelnya, kemudian dia berikan ke Taehyun. "Nih, pakai."

"Eh? Nanti kau kedinginan, Beomgyu. Aku tidak apa-apa," tolaknya halus.

"Aku tidak masalah. Aku tidak mau kau kedinginan." Ia mengerling kecil dan kembali memegangi kemudi dengan kedua tangan. Taehyun sempat ragu, sampai akhirnya ia mengenakan mantel Beomgyu yang harum. Ini lebih baik. Taehyun bernapas pelan, mengecek ponselnya dan bersabar sampai mobil mereka tiba di toko elektronik.

Jauh dari penginapan seperti ini, Beomgyu merasa dirinya bebas dan tenang. Jika Ming bisa mengetahui keberadaannya, maka ayahnya juga tahu kan dia ada di kota penuh manusia ini? Apakah ayah akan menyusul juga? Beomgyu tidak mau membayangkan sepasukan pengawal raja mendatangi kota dan jelas itu akan mengundang keributan. Para leluhur manusia akan dapat mengendus bagaimana bangsa vampir melewati batas mereka. Ia dan Ming mungkin dapat lolos dari radar mereka, tapi ayahnya? Dengan kedatangan yang menghebohkan? Mustahil. Beomgyu gugup, merasa tidak nyaman karena terus dibayangi kekhawatiran bahwa entah nanti sore, besok atau lusa, ayah akan muncul dan menyeretnya kembali ke Alcazar. Untuk pertama kali, Beomgyu yakin tidak ingin tinggal di istana itu dan terjebak di sana.

"Ayo turun, Gyu. Mengapa melamun?" Taehyun mengguncang tangannya setelah mobil mereka berhasil terparkir di depan halaman toko berlampu kuning cerah. "Saljunya makin tebal. Hati-hati agar kau tidak tergelincir."

*

*

"Beres," kata Beomgyu puas karena berhasil menata tumpukan belanjaan mereka. Ia menutup bagasi dengan bunyi keras, kemudian mendekati Taehyun yang mendekap tubuhnya sembari memasukkan beberapa nota pembelian ke tasnya. "Kita akan ke mana?"

"Pulang. Aku takut ada badai salju. Kalau bisa, kita lewat jalan tadi."

"Tapi tempat itu agak... mencurigakan," sahut Beomgyu. Mereka masuk lagi ke mobil, menutup pintu rapat dan mengenakan sabuk pengaman. Beomgyu menepuk-nepuk salju di kepala dan bahunya, dan beralih menepuk salju yang ada di belakang punggung Taehyun seraya mengusap rambut Taehyun. "Di sana banyak polisi."

"Yah, tapi itu jalan pulang tercepat. Kiwoo akan panik jika kita tidak muncul untuk makan malam karena aku sudah bilang, kita akan bergegas pulang," jawabnya.

Rencana tinggal rencana. Waktu Beomgyu membelokkan setir ke arah tersebut, mobil justru memadati tempat itu hingga macet. Sesenti pun tidak bergerak, seperti bukan hanya mereka yang ingin pulang cepat. Salju makin berjatuhan dengan deras, membuat kaca depan menjadi lebih buram karena terus bertumpukan. Beomgyu menyalakan penghangat lagi dan membungkus tubuh Taehyun dengan mantelnya. "Dingin?"

"Sedikit," jawab Taehyun dengan bibir pucat.

"Ini buruk."

Taehyun memandang keluar ke area panjang gedung penginapan yang masih dikerumuni orang. Ia tidak suka jika ada keramaian seperti itu, pasti ada yang tidak beres. "Aku sempat dengar dari Kiwoo kalau ada serangan hewan buas. Apakah di sini tempatnya?"

"Hewan buas? Seperti apa?" tanya Beomgyu bingung.

"Entahlah. lDi musim dingin ini semuanya minim makanan. Hutan mungkin sepi, jadi mereka butuh makanan dan pergi ke pemukiman. Menurutmu bagaimana?" tanya Taehyun dengan mata membuat. "Apakah itu memungkinkan?"

"Mungkin." Beomgyu mengatupkan rahangnya.

"Apakah vampir itu benar-benar ada?"

Beomgyu mendadak kaku, kemudian menatap Taehyun yang terlihat seperti mengoceh sendiri. Apakah vampir ada? Apakah matahari akan muncul besok? Apakah salju ini akan terus menahan mereka? Apakah Beomgyu takut Taehyun tahu fakta soal dia sebenarnya vampir? Beomgyu menunggu dengan serius. "Menurutmu?"

"Aku banyak berpikir akhir-akhir ini dan setelah terus memikirkannya, mungkin saja mereka ada. Memang terdengar seperti dongeng, tapi kita kan hanya manusia yang tinggal di dekat sini saja sementara alam itu sangat luas. Sierra sangat luas, dan aku tidak tahu persis apa saja yang tersembuyi di hutan, perbukitan, kaki gunung, lembah atau rumah-rumah tidak berpenghuni. Jadi mungkin."

"Menurutmu, bagaimana wujud mereka?"

"Mungkin seperti monster? Gigi tajam dan taring yang mencuat? Mereka haus akan darah dan tidak punya perasaan, kan?"

Beomgyu terdiam mendengar jawaban spontan Taehyun. "Monster?"

Taehyun mengangguk. "Mereka pembunuh," katanya seraya mengalihkan pandangan. "Aku penasaran, apakah mereka memang selalu butuh darah manusia untuk tetap bertahan? Apakah mereka abadi karena itu kutukan semata? Ataukah mereka begitu dingin sampai tidak merasa kasihan akan manusia?"

"Taehyun."

"Ya?"

"Kau takut akan vampir?"

Taehyun mencebik, kemudian mengangkat kedua bahu. "Aku akan tahu kalau aku bertemu langsung dengan mereka." Ia tetap enggan menatap Beomgyu. "Jadi, aku belum tahu." Beomgyu ingin angkat suara; berkata jujur dan mengutarakan semua rahasianya. Namun ia urungkan. Bagaimana jika Taehyun justru lari dan tidak pernah mau melihatnya lagi. Taehyun memandang vampir sebagai monster; dirinya monster.

"Kau? Beomgyu? Apakah kau takut akan vampir?" Ia menolehkan wajah dan menatap lurus.

"Aku... tidak tahu."

Taehyun melipat bibirnya. Mobil mereka tetap tertahan di sana hingga berpuluh-puluh menit dan polisi mulai mengatur jalanan agar bisa setidaknya bergerak maju sedikit karena tidak ada yang tahu apakah badai salju akan benar-benar datang atau tidak. Terlalu berbahaya tetap ada di luar seperti ini.

"Taehyun."

"Ya?"

"Apakah aku terlihat menakutkan untukmu?"

[]

Happy new year, gaes :D semoga tahun ini penuh kebahagiaan untuk kita semua <3

WHEN A COLD HITS US | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang