16 CELSIUS

410 74 0
                                    

16 celsius

"Sebentar."

Tuk. Tuk. Tuk. Taehyun buru-buru menjejalkan kakinya ke sandal tidur seraya mengikat jubat tidurnya. Di lantai bawah dekat meja resepsionis sangat sepi karena Kiwoo izin pulang lebih cepat dan lampunya lebih redup agar daya listrik tidak mubazir. Taehyun mengecek lewat lubang transparan di pintu lalu membuka pintu depan hari-hati. Suara nyaring terdengar dari engsel yang sudah agak berkarat. Kret. Kret. "Ya?"

Sosok bertudung hitam itu menunduk. "Izinkan saya menginap di sini malam ini. Di luar sangat dingin, saya... saya tidak tahan."

Taehyun berdebat dalam hati. Semua kamar sudah penuh dan tidak mungkin ia mengizinkan orang asing tidur di basement bersamanya. Jadi ia cepat melirik sofa dekat meja penerima tamu, kemudian memandangi sosok asing itu. "Tidak ada kamar kosong, mohon maaf. Tapi aku bisa pinjam kau kantong tidur atau kau bisa tidur di sofa, apakah kau keberatan?"

Taehyun sering dengar ada gelandangan yang ke sana-kemari menembus badai demi dapat cokelat hangat dan tempat bermalam gratis. Ia merasa agak curiga, namun badai tengah mengamuk kacau di luar dan hati kecilnya merasa tidak tega membiarkan orang ini keluyuran padahal cuaca sangat buruk. Ia mundur sedikit. "Jika kau tidak keberatan saja, aku juga masih ada sup hangat yang bisa kau makan."

"Kau baik sekali." Sosok itu mendongak. Separuh wajahnya rusak sedangkan giginya agak menghitam mengerikan. Ia tersenyum yang seolah tidak pas di wajah. Pakaiannya hitam dari atas hingga ujung kaki, dan dia menatap Taehyun dengan tatapan yang memicing telak. "Tentu saja, aku takkan menolak."

"Baik, silakan." Taehyun tidak mengantuk lagi jadi mungkin ia akan mengurus buku tamu dahulu sembari membuat laporan di dekat meja, sembari mengawasi si orang asing ini beberapa jam sampai Pelayan J tiba dini hari nanti untuk menata minuman dan membersihkan pantry. Taehyun berjalan ke ruang penyimpanan; mengambil selimut dan bantal ekstra. Karena sepakat akan tidur di sofa, Taehyun tidak jadi membawakan kantong tidur. Ia bergegas ke dapur, mengambil mangkuk porselen dan memanaskan sup di atas kompor. Setelah cukup hangat, ia menuangkan hati-hati dengan sendok sup besar, lalu membawanya ke dekat sofa. Sosok itu duduk manis dan menerimanya. Ia menatap Taehyun, senyumnya bertengger awet. "Terima kasih."

Taehyun mengangguk. "Aku akan ada di sana jika kau butuh sesuatu," katanya menunjuk meja panjang. "Selamat malam."

"Ke mana pasangan yang punya penginapan ini? Apakah kau keluarganya?"

"Oh, mereka orang tuaku, sebenarnya. Mereka sudah meninggal," katanya pelan. "Penginapan ini diwariskan padaku."

"Semoga kau berumur panjang."

Taehyun tersenyum canggung, mempersilakan gelandangan tadi untuk makan. Bulu tengkuknya meremang tidak enak, sedangkan ia coba abaikan dan mulai membuka loker di sana. Ada tumpukan buku, kalkulator serta pena untuk mengecek semuanya. Taehyun menarik kursi, lalu mengenakan kacamata baca. Sesekali saja ia mengecek gelandangan tadi yang beres menghabiskan sup sampai tidak tersisa setetes pun, lalu meringkuk tidur dalam selimut.

*

*

Taehyun mendengus. "Sialan." Mobil ini makin menjengkelkan dan ada benarnya saran dari Sam untuk menggantinya. Serius, sudah sering sekali dia mogok. Taehyun mendengus kasar lagi sewaktu memutar kunci mobil dan suara mesin hanya menderu lemah dan mati. Menderu lemah lagi dan mati. Begitu terus sampai kesabaran Taehyun menipis. Taehyun berusaha meraih ponselnya namun dayanya mati. Sempurna sekali. Ia baru saja dari kota untuk membawa stok makanan yang sempat tersendat karena truk pengangkut tidak bisa masuk ke wilayah penginapan akibat jalan rusak dan salju yang menumpuk di jalanan sampai mobil-mobil pun sulit bergerak. Saljunya sangat banyak, jadi butuh banyak orang dan seharian penuh untuk mengeruk semuanya sampai jalanan bersih lagi. Taehyun tidak punya pilihan dan semua orang sibuk karena pengunjung yang makin membludak.

"Sialan." Ia menendang dalam mobil dan menyadarkan tubuh di jok lemas. Seharian ini ia sudah lelah karena mengisi bagasinya dengan banyak bahan makanan untuk beberapa hari ke depan, dan energinya mesti terkuras lagi karena mobil rongsokan ini. Ia harus beli mobil baru. Setelah menenangkan diri, Taehyun memantapkan hati dan mulai memutar kuncinya algi. Suara perlahan mulai terdengar lagi, pelan-pelan dan semakin nyaring hingga berfungsi sebagaimana adanya. Taehyun tersenyum senang dan mulai keluar dari area parkiran supermarket itu untuk pulang.

Beomgyu akan menemuinya besok malam dan Taehyun dapat anggur bagus dengan harga miring tadi. Mereka akan kencan makan malam romantis. Dada Taehyun bergemuruh semangat karenanya. Beomgyu jarang terlihat karena sibuk, dan sesekali harus pulang juga jadi waktu mereka semakin sedikit. Besok malam Taehyun akan mencurahkan semua rasa rindunya akan kekasihnya dan Taehyun takkan membiarkan Beomgyu pergi lagi. Pokoknya, Beomgyu harus terus menemaninya semalaman penuh. Pipi Taehyun bersemu membayangkannya.

"Shit."

Anak rusa melintas sangat cepat, membuat Taehyun buru-buru mengerem sampai dadanya tersentak maju. Beberapa anak rusa lain berlarian lagi di jalanan, hingga Taehyun membuka jendela dan meneriaki mereka untuk cepat menyingkir. Ia tidak tahu ada banyak rusa dekat sini apalagi rusa liar itu bisa sangat galak dan menyerang mobil siapa saja yang melintas. Taehyun melanjutkan perjalanan, masih waswas. Bukan hanya takut diserang, ia pun khawatir akan menabrak mereka. Rusa yang malang. Taehyun mengembuskan napas berat dan kembali menyetir sangat fokus. Di tikungan curam, ia memelankan lajunya dan berhati-hati sembari mengawasi sekitar. Di tikungan lain, ia berusaha lebih pelan dan mengatur kecepatannya. Jalanan sangat lizin dan berkabut sampai Taehyun perlu menyalakan lampu depan mobil.

"Parah sekali sih," keluhnya. Ia berusaha tetap fokus pada jalan, sebisa mungkin tidak terburu-buru. Napasnya tertahan, sangat lamban. "Awas!" Segerombolan rusa naik ke atas kap mobilnya sangat cepat dan tergesa-gesa. Mobilnya hilang keseimbangan hingga berbelok ke tepian pembatas jalan. Taehyun berusaha menginjak rem, namun mobilnya sudah meluncur begitu saja, menembus pembatas dengan sangat cepat tidak terkendali. Taehyun melebarkan matanya, mobilnya sudah meluncur turun, membentur banyak ranting pohon, bebatuan dan banyak lagi pepohonan yang mengarah ke jurang yang berkabut tebal. Taehyun menabrak banyak dahan, serta angin menampar wajahnya sangat keras sampai air matanya turun. Tuhan. Astaga. Bagaimana ini. Taehyun tidak melihat titik ujung dari jurang tersebut, dan rasanya tiap detik nyawanya hampir saja terlempar keluar. "Astaga. Bagaimana...." Mobil terus berguncang-guncang dan barang-barang di belakang berhamburan ke kursi di dekatnya.

Aku belum menikah! Aku tidak mau mati sekarang!

Taehyun meremas roda kemudi, dan tiap detik adrenalinnya seperti terpompa lebih keras. Ia merasa pipinya berdarah karena sabetan dahan dari luar, sedangkan buku tangannya mulai memutih dan napasnya kian tercekat. Ada vampir di tempat tersembunyi. Ada vampir di bawah jembatan. Ada vampir di rumah yang kosong. Ada vampir....

Mobilnya menabrak batu lebih besar dan berhenti. Taehyun terdorong keras hingga perutnya menabrak depan mobil dan terasa sangat sakit. Ia bernapas keras, tergesa-gesa. Satu wajah terlihat dari dalam kabut, membuatnya panik. Ia berusaha menghentakkan sabuk pengamannya namun macet sedangkan wajahnya kian menegang. Sosok gelap itu makin mendekat.

[]

WHEN A COLD HITS US | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang