11 CELSIUS

555 105 5
                                    

11 celsius

Pengunjung datang dan pergi. Gerigi roda-roda koper memenuhi bagian penerimaan tamu, membuat Kiwoo makin kewalahan. Taehyun menyambut pengunjung yang baru datang dan tersenyum. Beberapa staf membantu membawakan mereka makanan dan selimut hangat. Pelayan J siap dengan makanan untuk nanti malam; ada kalkun panggang, sup krim daging dan lobak kukus bumbu andalannya. Dia juga menyiapkan pai ayam suwir lezat. Taehyun membantu pengunjung yang datang bersama rombongan keluarga seraya mengantarkan sampai ke kamar pesanan mereka.

"Semoga hari kalian menyenangkan."

Pagi-siang selalu jadi waktu tersibuk. Sore-malam menjadi waktu agak lenggang namun ada banyak hal yang harus dibereskan. Taehyun membuat laporan harian, memakai kacamata bacanya sembari mencetak beberapa lembar salinan hasil kerja dan menempelkan menu terbaru agar pengunjung bisa memilih mau disiapkan makanan apa di meja mereka. Semua biaya sudah termasuk dalam pesanan sewa kamar mereka, jadi tinggal duduk manis dan makan penuh nikmat.

"Aku akan pergi selama tiga hari," umum Taehyun sewaktu semua staf dikumpulkan sehabis mengurus pengunjung terakhir untuk check-in. "Tidak akan lama kok. Aku sebenarnya berat meninggalkan kalian di high season begini, tapi ini penting untukku."

Pelayan J mengangguk, mengelap piring porselen lebar di tangannya. Dari balik konter, tubuhnya tinggi menjuang. "Tidak perlu khawatir. Kau bisa pergi dan kembali, semua akan aman."

"Benarkah?"

Staf lain mengangguk kompak. Taehyun tersenyum simpul pada mereka, lalu mulai mengisi kopernya. Tidak banyak yang ia bawa, tapi pakaian double serta sweter hangat adalah yang utama. Ia juga membawa ekstra kaus kaki dan kaus lengan panjang. Jam empat sore, taksi sudah menunggunya. "Aku berangkat."

Kiwoo mendekapnya seraya berbisk, "Hati-hati." Ia mundur dan tersenyum penuh makna. Mereka mengantarkan Taehyun sampai ke taksi, lalu melambaikan tangan singkat. Hari yang panjang akan dimulai.

*

*

Ayah Beomgyu menatap tajam. Matanya seruncing pisau, dan dia mengetukan ujung jari resah. "Jadi... maksudmu..."

"Aku mau pindah dari sini."

"Aku paham, kau jadi banyak berulah tapi kau terlihat tidak baik, Nak," katanya. Ayah Beomgyu berdecak, sangat terganggu. "Kau bahkan tidak pernah meminta izinku jika kau hendak melakukan sesuatu. Apa yang mengusikmu sekarang?" tanyanya syarat akan nada introgasi.

"Aku... aku hanya tidak ingin kau mengirimkan yang lain untuk menjemputku." Beomgyu mendongak. Sebaris raut lelah tercetak di wajah tampannya yang biasanya segar dan ekspresif. Dia layu, seperti bunga anyelir yang tidak pernah terkena hujan dan terus merunduk tanpa minat. "Itu saja. Aku merasa cukup terus dibuntuti."

Pria tua itu bergeser dari kursi besarnya. Pangeran termuda selalu punya banyak permintaan; Beomgyu selalu punya lebih banyak. "Sebenarnya, apa yang kau cari? Apa yang mau kau lakukan? Mengapa harus pergi dari Alcazar di saat aku menyiapkan semuanya untukmu?"

"Aku... ingin mencari sesuatu."

"Dan?"

"Ramuan pengubah."

Kerutan muncul di dahi raja. Pengubah? Benda absurd apa itu? "Aku tidak paham," akunya jujur. Ia berdecak singkat. "Aku tidak paham mengapa kau mau repot untuk mencari itu." Semakin otaknya didesak berpikir, semakin buntu pula jalan pikirannya.

Beomgyu berdeham panjang. "Aku mau jadi manusia."

"Hah?"

"Iya, manusia," sambung Beomgyu singkat. "Aku mau mencoba."

WHEN A COLD HITS US | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang