"Good girl. Kemarilah", Lucas merentangkan kedua tangannya, mengundangku untuk datang ke dalam pelukannya. "Ayo, ikutlah denganku", ia bangun dari duduknya kemudian menarik tanganku, memaksaku mengikuti langkah panjangnya. Kami berjalan menuju lift yang membawa kami menuju lantai teratas dari club ini.
Ruangan itu begitu besar dengan pencahayaan yang temaram dan suasana maskulin. Ruangan apa ini?, tanpa sadar aku mengatakannya dengan lantang.
"Ini kamar keduaku.", apa? dia tinggal disini? di dalam club malam ini?
Mataku terbelalak menatapnya, namun tidak ada satu katapun yang keluar dari mulutku, aku hanya menggigit bagian bawah bibirku agar tidak mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan bodoh. Namun kemudian sesuatu yang kuat menabrakanku ke dinding dan menciumku dengan membabi buta, Lucas.
Dia menciumku seperti besok akan kiamat, dia bahkan tidak membiarkan jeda pada dirinya sendiri untuk menarik nafas, aku tidak terbiasa dengan ciuman yang tergesa-gesa seperti ini. Lucas terus menggodaku, lidahnya mencoba menerobos masuk, namun aku menolaknya, aku mencoba berpaling dari ciumannya. Tapi kesempatan itu malah digunakannya untuk menciumi leherku dan menggigit kecil telingaku. Dan hal itu membuat pertahananku runtuh, aku memalingkan kembali wajahku padanya dan memaksanya menciumku. Aku merasakan ia menggeram dalam ciuman kami yang dalam kemudian ia menggigit gemas bibir bawahku. Keadaan semakin tidak terkendali saat kurasakan tangan kanannya mulai meraba bagian dalam pahaku. Oh no! not over there!, "stop Luke.", aku mencoba menghentikannya disela-sela ciuman kami.
"Lucas....", aku berhasil mendorongnya menjauh, "stop Lucas..stop", nafas kami saling memburu.
Mata Lucas menunjukkan bahwa ia tersinggung dengan penolakkanku. Ya, dia selalu benci penolakan, "You are all mine, remember?", dia mendekatkan dirinya padaku, aku menatapnya dalam, "Slow down Lucas, slow down. Can you?", Lucas hanya mencium keningku dan sejak itu aku tahu dia sangat tulus mencintaiku. Jadi tidak bisakah Aku membalas ketulusannya?
***
Tiffany terus menatapku, aku tidak fokus pada kuliah hari ini. Lucas sangat marah padaku atas permintaan yang aku ajukan padanya. Aku tahu itu tidak mudah baginya, tapi aku tidak ingin mengecewakan ayah. Aku tidak ingin, setidaknya aku belum siap jika Lucas memiliki otoritas penuh atas diriku, atas tubuhku. Maka aku ingin menahannya hingga usiaku genap 20 tahun. Aku akan tetap virgin hingga usiaku genap 20 tahun. Bersabar atau kehilanganku, itu yang aku tawarkan padanya. Aku tahu dia tulus mencintaiku, maka dari itu aku percaya dia akan mampu menungguku siap. Waktu setahun bukanlah sesuatu yang berat bukan?
Ya, tidak berat untukku. Namun berbeda untuk Lucas ia terus uring-uringan beberapa minggu ini. Dia mencoba memaksaku beberapa kali, tapi Lucas harus tahu aku adalah orang yang konsisten dengan ucapanku.
Tapi malam ini dia sangat aneh, dia kembali mengajakku ke clubnya. Namun sepertinya kecurigaanku itu tidak beralasan karena nyatanya Lucas hanya mengajakku untuk makan dan sedikit minum.
"Minumlah ini.", Lucas menyodorkan padaku segelas minuman yang entah apa nama minuman itu namun sepertinya minuman beralkohol.
Aku menatapnya curiga, "kau tahu aku tidak minum alkohol Lucas."
"Ini wine, cobalah. Kau tidak akan mabuk jika hanya mencicipinya bukan?"
Baiklah, pikirku. Aku tidak ingin ia terus-terusan mendesakku sepanjang malam, "Baiklah, aku akan mencicipinya.", lalu aku meminumnya sedikit, "hhm, bagaimana rasanya bisa seenak ini? baiklah, kurasa minum segelas tidak akan membuatku mabuk bukan.", dan habislah segelas wine yang diberikan Lucas.
"See, kau baik-baik saja kan?", Lucas menatap Elle, mencoba menelisik reaksinya atas wine tadi. Ia yakin, dalam beberapa menit gadis itu akan mabuk.
Elle mengangguk,"Yeah, i'm good. Tapi kurasa aku harus pulang sekarang."
"Kau bilang kau akan menginap?", protes Lucas kecewa. Ia berharap dengan keadaan Elle yang mabuk maka ia bisa mendapat apa yang diinginkannya akhir-akhir ini.
"Kau yang membuatku harus membatalkan janjiku. Jika aku tidak minum mungkin aku akan menginap Lucas. Sudahlah, aku pulang dulu.", Elle beranjak dari duduknya.
"Aku akan mengantarkanmu!", kata Lucas tegas, ia tidak akan bisa dibantah pikir Elle maka disinilah dia, di dalam mobil Lucas.
Mereka sudah sampai di depan apartemen Elle. "Bye babe.", kemudian ia memegangi kepala Lucas dengan kedua tangannya lalu ia menciumnya lembut, " ich liebe dich.",sejak kapan aku mencintai laki-laki ini. Lucas Adam Hoffmann, kekasihku.
"I know.", aku tersenyum mendengar jawabannya, "Dasar laki-laki sombong!", kemudian aku kembali mengecup bibirnya.
Lucas menutup matanya dan menarik nafas frustasi, "apakah kau ingin terus menggodaku?", aku mengusap lembut alis matanya yang terukir indah di wajahnya, kutatap mata biru keabuan yang menggoda itu, "Let me taste you..", ucapku tidak sadar. Mungkin pengaruh wine yang tadi kuminum.
Mata Lucas terbelalak lalu melembut, bukan ini yang diinginkannya, "Tidak Elle, sebaiknya jangan. Kau hanya akan semakin menyiksaku. Aku tidak akan bisa menerima setengah bagian, jika aku sudah memulainya maka aku harus mendapatkan semuanya. Aku sangat egois Elle, kau harus tahu itu."
"Aku melakukan ini karena aku tahu kau tersiksa atas permintaanku, so..let me give you this. Sebagai gantinya let's do anything you wants tapi kau harus menjagaku agar tetap virgin.", Lucas semakin tidak percaya dengan segala hal yang baru saja didengarnya, "Go inside! You're drunk babe."
Jadi ini rasanya ditolak, "Baiklah, tapi jika kau berubah pikiran kau bisa menghubungiku.", akupun membuka pintu dan keluar dari mobil Lucas.
***
next👉
KAMU SEDANG MEMBACA
His Shadow (Completed)
RandomTidak lagi... pikirku seketika setelah menyadari siapa yang ada dihadapanku. Bagaimana mungkin aku terjebak di lubang yang sama, bahkan kali ini lubang itu lebih dalam dan gelap. Dan mungkin tidak akan ada yang dapat menolongku kali ini. - Elle Kisa...