Bab1. Luciana

83 7 0
                                    


"Permisi.. permisi,"
Aku terus mengetuk pintu gubuk dengan was-was dan sesekali melihat sekeliling.

"Permisi.. kumohon buka pintunya. Tolong aku", Pintaku kepada sang pemilik gubuk yang entah memang ada orang atau tidak didalamnya.

Setelah beberapa saat hening, terdengar suara dari dalam gubuk ini. Pintu dibuka dan berdiri lah seorang wanita paruh baya tidak muda dan belum terlalu tua.

"Bibi syukurlah ada orang di rumah ini,kumohon biarkan aku masuk. Tolong aku". Aku berkata kepada sang pemilik rumah. Dia melihat ku dari bawah sampai atas.

"Kau siapa? Dari mana? Lihat bajumu robek dimana-mana, itu artinya kau berlarian dihutan. Apa kau dikejar seseorang? Apa kau penjahat?". Semburnya menanyaiku dengan banyak pertanyaan. Aku mengerjap.

"Aku bukan penjahat, sungguh aku hanya seorang pelayan yang dijual oleh majikannya. Aku kabur", Jawabku sedih mengingat apa yang telah menimpaku.

Sesaat tidak ada jawaban dari wanita itu. Mulutnya bergerak menggumamkan sesuatu yang tidak bisa kudengar.

"Baik masuklah. Dingin sekali diluar sini".

Tanpa kuduga dia mempersilahkan aku memasuki rumahnya.

"Duduklah dulu, aku akan mengambil kan kain dan air untukmu".

Aku melihat sekeliling. Rumah ini sangat terawat, terlihat lebih bagus dari dalam. Ada perapian kecil diseberang tempatku duduk. Banyak toples-toples berisi serbuk berjejer rapi dirak dan meja-meja, daun-daun yang sengaja dikeringkan, bunga dan beberapa alat pengobatan lainya. Sepertinya dia adalah seorang dokter atau bisa dibilang tabib.

Bibi itu kembali membawa segelas air hangat dan selimut yang kugunakan untuk menghangatkan kaki ku.

"Sekarang coba jelaskan apa yang terjadi padamu",pintanya.

Aku meneguk air sekilas, lalu mulai bercerita.

"Aku adalah pelayan biasa dirumah seorang Earl yang tidak terlalu kaya. Dia menjualku karena tidak bisa membayar hutang, aku melarikan diri saat hendak dibawa pergi, sungguh aku bukan orang jahat". Jelasku.

"Hmm.. Jadi kau adalah pelayan bangsawan,lalu kemana tujuanmu sekarang?"

"Aku tidak memiliki tujuan, aku tidak tau harus kemana". Aku memang tidak memiliki tujuan sama sekali.

"Aku tidak memiliki kerabat. Aku yatim piatu,ayah ibukku meninggal saat aku masih kecil," jelasku lagi saat melihat kebingungan diwajahnya.

Bibi itu diam, terlihat sedang berpikir.

"Apakah bibi butuh seorang pelayan? Aku bisa bekerja disini bi. Aku bisa membersihkan rumah, memasak, mencuci dan lainnya. Bibi tidak perlu memberi upah kepadaku, aku hanya butuh tempat tinggal". Ucapku pada akhirnya.

Bibi itu sedikit terkejut, "Apa kau yakin dengan ucapanmu?"

"Iya bi, aku sangat yakin", kataku bersungguh-sungguh.

"Baiklah. Aku memang sangat membutuhkan bantuan sekarang, mengingat banyak sekali pesanan obat yang harus segera kubuat". Kata bibi itu seraya melihat sekeliling.

"Apakah bibi seorang dokter?"

"Bisa dibilang begitu, tapi orang-orang disini lebih awam dengan sebutan tabib, tabib yang bisa sedikit sihir." Katanya sambil terkekeh.

Aku sedikit terkejut, sihir? penyihir? Apakah dia sedang bercanda. Apakah dia penyihir jahat?

"Jangan terkejut begitu. Aku bukan penyihir jahat, aku hanya melakukan sihir jika dalam keadaan terdesak".

"Aku belajar sihir di wilayah kota kerajaan Vanburg, asal kau tahu guruku adalah seorang vampire". Imbuhnya dengan bangga.

Ya, kerajaan Vanburg adalah kerajaan vampire. Kerajaan itu berada jauh disebelah selatan hutan ini. Sejak dahulu, Kerajaan Vanburg tidak memiliki hubungan yang terlalu baik dengan kerajaan Rainburg, Kerajaan Manusia, wilayah tempat tinggalku.

"Bukankah itu tempat berbahaya bi, bagaimana manusia bisa pergi melewati batas kerajaan ini?". Tanyaku

"Tantu saja aku tidak melewati perbatasan resmi. Aku punya kenalan, dan asal kau tau tidak semua vampire itu jahat. Ngomong-ngomong siapa namamu?".

Aku sedikit nyengir. Sudah lama kami mengobrol sampai lupa berkenalan.

"Namaku Luciana, bibi bisa memanggilku Luci." Aku tersenyum.

"Namaku Rosmeri, jangan memanggilku bibi. Panggil saja aku nenek, aku sudah terbiasa dengan panggilan itu. Sekarang beristirahat lah, kau akan mulai membatuku besok, disana itu adalah kamarmu mulai sekarang."

Dia menunjuk sebuah pintu kayu sederhana dibelakang ruang tamu ini. Aku beranjak dari kursi dan berkata,
"Terimakasih nek, terimakasih sudah menolong dan memberikan aku tempat untuk tinggal," kataku sungguh-sungguh.

"Iya iya, sudah cepat tidur sana ini sudah malam", sahutnya.

Aku memasuki kamar yang ditunjuk oleh nenek. Kamar ini sederhana dan nyaman. Hanya ada satu tempat tidur kecil, meja dan lemari pakaian disudut ruangan. Aku membaringkan tubuhku. Berusaha mengenyahkan ingatanku mengenai apa yang terjadi seharian ini. Aku sangat lelah.

Aku berdoa dalam diam. Aku berharap menemukan kehidupan baru yang aman dan nyaman bersama nenek.


~~~~~

LUCIANA ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang