Bab28. Luciana

33 2 0
                                    

Bersantai didalam kamar, aku menyibukkan diri dengan membaca beberapa buku tentang pengobatan, aku ingin semakin mahir dalam bidang medis.

Sebenarnya aku masih belum percaya bisa berhasil menciptakan penawar racun bunga Azul. Ya, itulah nama asli dari bungan biru. Eve berkata, hanya para vampire murni yang mengetahui tentang bunga itu.

Eve sudah kembali. Dia bilang belum ada keputusan pasti mengenai persoalan para manusia yang membuat senjata mematikan bagi kaum vampire.
Setelah dibangun perbatasan, perselisihan diantara kaum manusia dan vampire seharusnya sudah selesai. Kami sudah memiliki wilayah masing-masing dan urusan masing-masing. Maka dari itu, kasus ini sedikit mengejutkan para petinggi vampire murni.

Eve juga berkata, bahwa mungkin akan ada pertumpahan darah jika para manusia sampai menyerang terlebih dahulu.
Menurutku, para manusia hanya mempertahankan wilayah mereka dari para penyusup, tapi entahlah aku juga tidak tau.

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana para manusia bisa mendapatkan bunga Azul yang hanya tumbuh di wilayah para vampire. Bukan tanpa alasan Raja Carlos meminta wilayah bagian selatan, karena hanya disinilah bunga Azul bisa tumbuh.

Menurut penjelasan Eve, Raja Carlos tidak ingin para manusia sampai mengetahui keberadaan dan kebenaran tentang bunga Azul. Dan jika yang Eve katanya benar, mau tidak mau aku juga harus turut serta jika sewaktu-waktu terjadi perang.

Tetapi bagaimana? aku tidak bisa bertarung sama sekali.

Baiklah ini sedikit menggangguku.

Perkataan Stefan ada benarnya, mulai sekarang aku harus bisa menjaga diriku sendiri, aku tidak bisa terus mengandalkan orang lain. Mengandalkan dirinya.

Seketika aku teringat, bukankah dia mau mengajariku bertarung waktu itu.
Aku harus menagih janjinya, tidak peduli dengan keadaan canggung diantara kita berdua akibat pesta beberapa hari yang lalu.

Berjalan keluar kamar aku sedikit ragu dengan niat ku ini. Aku takut jika dia menolakku, tapi juga tidak ada salahnya mencoba.

Mengetuk pintu kamarnya perlahan, aku tidak mendengar ada suara dari dalam. Apa dia sedang pergi?

"Mecariku?"

Stefan berjalan dari arah depan. Dia memandangku datar tanpa ekspresi seperti biasanya.

"Iya, aku .."

"Apa yang kau mau?", Stefan memotong kalimatku

Ternyata benar, dia masih kesal

"Ajari aku bertarung"
Kataku terus terang tanpa mencoba basa-basi terlebih dahulu.

"Baiklah", dia setuju

Tunggu dulu, dia benar-benar mau?

Tapi, bukanya berjalan menuju ke gudang senjata, Stefan malah membuka pintu kamarnya. Dia masuk lalu hendak menutup pintu, saat menyadari aku masih berdiri ditempat dia terdiam sejenak,

"Aku akan berganti, tunggulah sebentar atau kamu ingin ikut masuk?"

Wajahku memanas mendengar perkataan Stefan. Aku tau dia sedang bercanda, tapi kenapa efeknya membuatku malu seperti ini.
Jika masih bisa merona, mungkin wajahku sudah semerah tomat sekarang.

"A-aku.. tidak, tentu saja tidak", aku segera pergi meninggalkannya,

Aku menjadi salah tingkah hanya karena candaan Stefan. Sebenarnya aku juga sering bercanda dengan William, tapi jika bersama Stefan kenapa efeknya berbeda.

Tunggu dulu, apa aku tertarik padanya?

Tidak, ini pasti hanya perasaan yang datang sesaat. Aku hanya terbawa perasaan, mungkin karena dia yang menyelamatkan hidupku, aku menjadi merasa berhutang budi padanya.

LUCIANA ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang