Bab41. Luciana

15 2 0
                                    

Terik matahari menyiramiku dengan cahayanya yang pasti akan terasa hangat jika aku masih bisa merasakannya. Aku berada dihalaman belakang bersama Lizi dan beberapa pelayan lainnya. Kami sedang memanen bunga Azul yang sudah berbunga lebat disini. Rencananya, aku akan membabat habis semua tanaman segera setelah kami mengumpulkan bunganya.

Aku dan Lizi langsung menjemur semua bunga yang kami dapatkan dan pelayan lainnya sudah selesai membereskan sisa tanamannya. Aku pikir kami sudah tidak membutuhkannya lagi, selain itu aku juga takut jika ada manusia yang menyusup mengambil bunga Azul dari sini, meskipun itu terdengar mustahil tapi apapun bisa terjadi, bukan?

Berjalan menuju dapur, aku mencuci tanganku dari sisa-sisa tanah. Sejenak aku merenung, dapur ini sangat bersih tidak seperti beberapa bulan yang lalu saat aku masih hamil. Saat itu dapur dipenuhi bahan makanan dan akan selalu ada pelayan yang memasak sesuatu untukku, sepertinya aku merindukan masa-masa itu.

Keluar dari dapur aku mulai berjalan menuju kamar. Pikiranku masih melayang pada saat Stefan menemaniku berjalan-jalan dihutan, memetik buah apel. Akankah masa itu bisa terulang kembali? Masih bisakah aku hamil? tanyaku pada diri sendiri.

Tanpa kusadari, tanganku terangkat menyentuh perutku sendiri. Aku tidak mungkin bisa hamil sekarang, aku adalah vampire.

Saat aku melewati perpustakaan, aku sedikit terkejut berpapasan dengan Stefan yang hendak keluar dari sana. Dia mengerutkan keningnya melihatku, "Sesuatu menyakiti perutmu?" dia membuka suara.

Aku sedikit bingung, dan setelah kusadari tanganku masih memegangi perut sejak tadi. "Tidak ada", jawabku seadanya

Kami mulai berjalan beriringan, tak ada pembicaraan lagi di antara kami. Setelah kepulangan Stefan, aku penasaran sebenarnya apa yang dia lakukan di Manor house tempat dia tinggal dulu.

"Apa yang kau pikirkan, Luciana", Stefan bersuara lagi, dan entah mengapa mendengarnya menyebut namaku selalu saja berhasil membuatku sedikit merinding.

"Tidak ada, hanya saja.. " aku tidak melanjutkan Kalimatku.

"Hanya saja?"

Aku menoleh memandang Stefan yang kini sedang melihatku dengan alisnya yang terangkat menunggu jawabanku.

"Aku penasaran, apa yang kau lakukan beberapa hari kemarin?", Tanyaku pada akhirnya.

Bukannya menjawab, dia malah tersenyum sekilas lalu berhenti didepan kamarku. Jujur saja aku sangat penasaran mengenai segala hal yang berhubungan dengan Stefan. Aku ingin mengenalnya lebih dalam lagi. Aku ingin mengetahui segala hal tentang dirinya. Apa yang dia suka, apa yang tidak dia suka. Segalanya.

"Kita mengobrol disini atau ditempat lain?", Stefan balik bertanya dan aku hanya mengangkat bahu sebagai jawaban.

"Baiklah, ambil jubahmu. Aku akan menunggumu di gerbang belakang"

Setelah mengatakannya, Stefan berjalan pergi begitu saja meninggalkan aku yang masih berdiri ditempatku. Perlahan senyum merekah diwajahku. Sepertinya aku mendapatkan kesempatan bagus untuk mengobrol banyak dengan Stefan.

Aku segera memasuki kamar, mengganti gaunku yang sedikit kotor dengan gaun baru berwarna hijau muda dilemari, tak lupa dengan jubah yang akan kupakai untuk menghalau sinar matahari.
Setelah menyisir rambut, aku segera berjalan menuju gerbang belakang.

Disana dia telah menungguku. Bersandar disalah satu pilar,dia terlihat menawan dengan setelan hitam dibalik jubah hitamnya.
Aku berjalan mendekatinya. Dia tersenyum samar melihatku datang.

"Kau siap?", Ucapnya setelah aku berada disisinya, dan aku menganggukan kepala sebagai jawaban.

Kami mulai berjalan keluar dari gerbang Manor house menuju hutan yang sepi. Berjalan diantara jalan setapak yang berada ditengah hutan. Semilir angin menerpa wajahku, menerbangkan helaian rambutku kesana kemari. Belum ada pembicaraan diantara kami. Jujur saja aku merasa sedikit canggung, dan senang. Baru beberapa saat lalu aku merindukan saat Stefan menemaniku jalan-jalan seperti ini, dan sekarang kami melakukannya lagi.

LUCIANA ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang