Bab17. Luciana

26 3 0
                                    

"Kalian berdua yakin dengan hal ini?".

Eve menanggapi fakta yang baru saja aku dan William dapatkan, dia membenarkan bahwa bunga biru itu adalah kelemahan kaum kami, bunga itu hanya tumbuh di wilayah kerajaan vampire dan jumlahnya sudah terbatas.

Ada kemungkinan bahwa manusia sudah berhasil menyusup ke wilayah vampire mencari bunga biru dan menanamnya sendiri, tapi bagaimana para manusia bisa menyusup kesini mengingat keahlian para vampire. Pendengaran dan penciuman kami sangat tajam, pasti dengan mudah bagi para penjaga perbatasan mengetahui jika ada penyusup.

"Kami cukup yakin Eve, tidak ada salahnya jika kita membuat penawar dan mencobanya pada para vampire yang telah terinfeksi". William menjawab.

"Apa kau bisa membuat penawarnya luci? Atau kita membutuhkan bantuan Rose?". Eve bertanya kepadaku.

"Memang kemampuanku tidak sebanding dengan nenek tapi aku harus mencobanya sendiri, karena lebih baik jangan melewati perbatasan dulu sebelum aku berhasil membuat penawarnya, Eve. Jangan sampai ada lebih banyak vampire yang terinfeksi racun ini".

"Selain itu, ada buku nenek yang cukup lengkap berisi tentang cara membuat penawar racun. Aku pasti bisa membuatnya, meskipun dibuku ini tidak tertulis tentang racun bunga biru, nenek pernah berkata padaku bahwa kita harus melawan racun dengan racun itu sendiri." Aku menambahkan.

"Artinya kita harus mencari bunga biru terlebih dahulu", Eve menyimpulkan, "Sekarang kalian ikuti aku", dia beranjak berdiri.

Kami berjalan melewati lorong menuju sebuah ruangan yang berada di lantai satu. Eve membuka pintu ruangan itu dan seketika cahaya matahari yang menembus kaca jendela besar menyinari kami. Ruangan ini cukup luas, cukup terang karena ada jendela kaca raksasa tak ber-tirai.

"Ruangan ini biasanya kugunakan untuk melukis tapi sekarang ini akan menjadi ruangan penelitian untukmu, Luci. Sepertinya kau memiliki potensi dan kau harus mengembangkannya", Eve tersenyu padaku

Aku menatap Eve tak percaya. Dia memberiku sebuah ruangan yang bisa kugunakan meneliti tentang racun.

"Terimakasih Eve". Aku tersenyum tulus

"Baiklah kita mulai sekarang. Will kau akan pergi bersama Luci kehutan untuk mencari bunga biru. Aku akan menyuruh beberapa pelayan untuk membeli perlengkapan yang kalian butuhkan".

"Tapi dimana Stefan?". William bertanya tidak kepada siapapun.

"Dia pergi ke perbatasan tadi sebelum kalian menemuiku, Stefan belum tau kalau para prajurit itu terinfeksi racun". Eve menjawab William.

Dimanapun Stefan sekarang, kami harus segera bertindak. Aku dan William berangkat ke hutan sesaat setelah mencatat bahan-bahan yang kami butuhkan. Aku menulis semua bahan yang tertulis pada buku nenek.

Kami berdua harus memakai jubah untuk sedikit menghindari matahari yang bersinar cerah pagi ini. William memutuskan untuk berpencar agar menghemat waktu.

Aku bertugas mencari bahan-bahan seperti rempah yang menjadi campuran penawar racun, William bertugas mencari bunga biru karena dia sudah pernah melihatnya. Kami mulai melakukan pencarian di hutan bagian timur, menurutnya disini ditumbuhi banyak tanaman obat.

Setelah semua dirasa cukup kami kembali ke manor house. Keranjangku sudah penuh dengan tanaman dan akar-akar berkhasiat, William sudah mendapatkan 3 tangkai bunga biru, dia juga menangkap beberapa ekor kelinci untuk diambil darahnya.

Hari sudah berganti malam tidak terasa aku menelusuri hutan seharian. Setelah sampai kami langsung memasuki rungan tadi dan betapa terkejutnya aku, Eve sudah menata ruangan ini persis seperti ruangan pasien milik nenek, hanya saja lebih luas. Obor-obor menyala disetiap sisi dinding dan lilin di beberapa sudut ruangan.

Ada dua buah ranjang berukuran sedang ditengah ruangan, rak berisi toples-toples obat, alat-alat bedah dan gulungan perban diatas meja, tidak lupa beberapa buku yang menjadi panduanku untuk membuat penangkal racun.

Aku tersenyum melihat ruang baruku. Aku pasti akan sering menghabiskan waktuku disini.

Kami mulai bergerak. Menurut pengetahuan Eve, ada dua cara untuk mengambil sari-sari bunga biru ini. Mengeringkannya lalu menumbuk lembut bunga ini hingga menjadi serbuk atau merendamnya dengan air mendidih. Aku memilih cara kedua karena itu yang paling mungkin untuk dilakuan sekarang.

Aku mengamati bunga ini, kelopaknya berwarna biru terang, bentuknya bulat dan sedikit unik. Aku rasa belum pernah melihatnya.

Eve dan William membantuku menyiapkan beberapa bahan. Aku mencari efek racun yang sama seperti yang menimpa para prajurit vampire, lalu mencontoh penawar racunnya dengan ditambah sari dari bunga biru.

Ada satu hal yang menggangguku, Jika memang bunga ini adalah kelemahan para vampire, mengapa aku tidak terpengaruh saat itu.

"Waktu itu, nenek memakai serbuk bunga ini sebagai campuran untuk ramuan mantra pemindah padaku, tapi kenapa aku tidak keracunan?", aku bertanya tidak kepada siapapun, aku hanya merasa heran.

"Apakah bunga ini benar-benar kelemahan kita?", William dan Eve memandangku,

"Sepertinya semua tergantung pada bahan apa saja yang dicampurkan pada bunga ini". Eve menyahut. Mungkin dia benar.

Akhirnya semua selesai dan kami bersiap-siap untuk pergi ke perbatasan. Setelah berganti dengan baju yang sediki lebih ringan aku bergegas kembali ke ruang pasien. Kuambil kantung-kantung darah yang telah disiapkan oleh Lizi, lalu kucampur dengan penawar rancun buatanku, tak lupa kami juga meminumnya untuk berjaga-jaga.

William membawa sebilah pedang begitu juga dengan Eve, lalu dia memberiku sabuk belati yang langsung kupasang pada pinggangku.

Kami berjalan menuju istal kuda, di sana hanya ada Kasi dan Nigel, Stefan pasti membawa Ash.

Aku berkuda bersama William lalu dengan segera kami bergerak menembus hutan. Hari masih belum pagi tapi kami harus segera sampai di perbatasan.




~~~~~

LUCIANA ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang