Bab8. Luciana

39 4 0
                                    

Duduk disofa yang berada disudut kamar, aku terus merasakan hal-hal aneh yang terjadi pada tubuhku. Sulit untuk merasa tenang, sejak tadi aku mendengar suara-suara yang entah datang dari mana.
Suara seperti langkah kaki, orang bercanda dan sesekali tertawa, lebih dari tiga orang. Apa mereka adalah anggota keluarga yang lain, atau para pelayan, entahlah aku tidak tau.

Suara ketukan pintu membuyarkan konsentrasiku. Aku terkejut sampai kepalaku terasa berdenyut, beranjak berdiri dari sofa sambil memegangi kepala aku menyahut, "Iya silahkan masuk".

"Selamat malam miss Alexander. Saya membawakan anda makanan", dia adalah gadis yang kemarin ada dikamar ku.

"Iya kau boleh meletakkannya dimeja, sebenarnya aku bisa memasak makananku sendiri, kau hanya perlu menunjukkan dimana letak dapur".

"Tidak perlu miss, Itu tugas saya dan para pelayan lainya tapi jika anda ingin tau dimana dapurnya saya bisa tunjukan",

"Kau harus tunjukkan padaku kapan-kapan, oh iya siapa namamu?". Aku memang belum mengetahui nama gadis ini.

"Nama saya Elizabeth miss, anda bisa memanggil saya Lizi", dia tersenyum malu.

"Hmm.. enak sekali masakanmu tapi sepertinya aku masih tidak enak badan, rasanya sedikit mual", Aku mencicipi sup kentang yang dibawakan Lizi.

"Itu karena anda sudah bukan manusia miss, tapi Lama kelamaan anda pasti terbiasa. Miss Eve yang meminta saya untuk memastikan nutrisi bayi anda terpenuhi, jadi saya akan sering mengantarkan makanan", Lizi menjelaskan.

"Begitukah. Ngomong-ngomong, bagaimana kau bisa memasak masakan manusia? Bukankah kamu vampire?".

"Saya dulu juga manusia miss. Karena sebuah tragedi saya berubah menjadi vampire",  dia sedikit murung.
Aku merasa menyesal sudah menanyakan itu padanya, sepertinya itu bukan tragedi yang baik, ah tentu saja tidak akupun juga begitu.

"Oh maafkan aku Lizi, aku tidak bermaksud",sesal ku.

"Tidak apa-apa miss, dan mengenai dapur manor house ini berada di lantai 1, Jika anda ingin kesana, anda bisa turun melewati tangga belakang diujung kanan lorong depan kamar anda. Tangganya berada disebelah perpustakaan."

Aku menyimak penjelasan Lizi. Aku pasti akan kesana nanti.

**

Ini sudah tengah malam tapi aku belum tidur,apa aku benar-benar sudah tidak memerlukan tidur sekarang? Apakah aku akan baik-baik saja mengingat aku sedang mengandung?

Kuputuskan untuk keluar kamar, mungkin jalan-jalan sebentar di manor house ini tidak ada salahnya.
Aku mengikat rambut lalu meraih piring kecil berisi buah anggur untuk kubawa. Bahkan aku masih terus makan meskipun sudah menjadi vampire.

Berdiri didepan kamar aku menjadi sedikit bimbang. Harus ke kanan atau ke kiri, ada dua buah pintu tidak jauh dari kamarku. Ukuran pintunya sama dan kamarku berada ditengah-tengah kedua ruangan tersebut.
Lorong ini sedikit gelap, hanya ada cahaya lilin yang menjadi sumber penerangan. Aku memutuskan untuk ke arah kanan, setelah melewati ruang disebelah kanan kamarku, aku menemukan pintu lain, pintu ganda yang sangat besar.

Aku tidak yakin bisa membuka pintu ini atau tidak, tapi aku sangat penasaran apa yang ada didalamnya.
Kucoba untuk mendorong pintu ganda ini dan ternyata bisa, tidak terlalu berat seperti kelihatannya.
Terpesona, itulah yang kurasakan saat memasukinya, ini adalah perpustakaan, sangat besar, ada ratusan buku yang berjejer rapi dirak-rak kayu, sofa berbentuk persegi dan sebuah meja batu ditengah nya. Aku melangkah mendekati jendela dan seketika cahaya rembulan menyiramiku.

Aku mengambil lilin yang ada dimeja lalu berjalan ke arah rak buku. Perpustakaan ini bersih dan terawat.
Sebuah buku bersampul coklat menarik perhatian ku, buku tidak terlalu tebal yang berjudul "Sejarah Vanburg".

Aku harus tahu sedikit mengenai kerajaan ini karena sekarang aku adalah bagian dari kerjaan Vanburg, bukan Rainburg.

Aku masih sedikit tidak percaya semua ini terjadi begitu cepat.

Kuletakan lilin dilantai, tidak lupa dengan piring berisi anggur yang sengaja kubawa. Rasanya lebih seru jika membaca dilantai.
Aku mulai membaca.
"Kerajaan Vanburg didirikan oleh seorang Raja Vampire berdarah murni. Dia adalah Raja pertama, setelah dia mati akibat perang melawan manusia kepemimpinannya lalu diteruskan oleh keturunan sang Raja"

Tunggu dulu, vampire kan tidak bisa memiliki anak lalu bagaimana bisa memiliki keturunan? Aku semakin penasaran.

Pintu terbuka saat aku masih berkutat dengan buku ini, aku menoleh dan Stefan berjalan masuk dengan membawa beberapa buku ditangannya. Dia mendekati rak lalu menyusun buku-buku yang dia bawa.
Dia terlihat sangat menawan dalam balutan baju serba hitamnya. Ditambah lagi mata biru langitnya yang seolah bersinar didalam kegelapan.

"Kenapa kamu duduk dilantai?". Tanyanya memecah lamunanku.

"A-aku lebih suka membaca seperti ini." Jawab ku sedikit terbatah.

Ada sesuatu yang seolah kurasakan saat mendengar dia berbicara. Suaranya yang pelan namun berenergi membuatku sedikit terusik setiap kali mendengarnya.

Oh tidak dia mendekat ke arahku,

"Kamu akan kedinginan jika duduk dilantai. Apa tidak dingin?", Stefan berlutut di hadapanku.

"Tidak, tidak dingin", butuh beberapa saat untuk menjawab pertanyaan Stefan.

Tapi memang benar, aku tidak merasa dingin sejak tadi atau bahkan sejak aku berubah menjadi vampire.

Dia beranjak berdiri lalu mengulurkan tangannya padaku "Berdirilah, kau bisa sakit nanti".

Aku masih mematung ditempat. Terus memandangi bibirnya yang bergerak ketika sedang berbicara.

"Luciana", panggilnya menyadarkan ku,

Aku meraih tangannya dan berusaha bangkit, tapi tiba-tiba aku merasakan sakit di bagian perut. Kulepaskan tanganya lalu beralih memegang perutku sambil sedikit meringis kesakitan, dengan sigap Stefan menangkap tubuhku yang hendak jatuh ke belakang. Dia mendekat mengikis jarak diantara kami. Sangat dekat, aku bahkan bisa melihat betapa pucat kulitnya.

"Luciana kau baik-baik saja?", dia bertanya tapi aku hanya terdiam memandang nya. Seketika rasa sakit ini hilang entah kemana.

Aku hanya bisa mengangguk. Entah mengapa, caranya memanggil namaku membuatku sedikit merinding mendengarnya. Dia mengambil buku dari ditanganku lalu meletakkan buku itu dirak.

"Kita ke kamar saja", ucapnya

Stefan mendekat lagi hingga tak ada jarak sedikit pun diantara kami. Dia menggendong ku didepan tubuhnya, lengannya berada dipunggung dan dibawah pahaku.
Aku berusaha menyembunyikan wajahku yang sangat dekat dengan wajahnya. Aku tidak pernah sedekat ini dengan seorang pria.

Keluar dari perpustakaan ada Lizi yang sedang membawa nampan ditanganya, dia sedikit terkejut melihatku bersama Stefan.

"Miss.."

"Dia tidak apa-apa", Stefan menjawab lizi lalu berjalan melewatinya begitu saja.

Sekelebat aku melihat senyum diwajah lizi sebelum dia membungkuk.

Stefan membuka pintu kamarku menggunakan sikunya lalu melangkah masuk, lalu menutup kembali pintu menggunakan kakinya.

Tunggu dulu, kenapa harus ditutup?

Dia berjalan menuju tempat tidur lalu menurunkanku diranjang, untuk sesaat waktu seolah berhenti mengizinkanku untuk melihat keindahan dimata Stefan.

Dia menjauh dan berdiri disebelah tempat tidurku, "Jika kau membutuhkan sesuatu. Kamarku berada disebelah kanan kamarmu".

Setelah mengatakannya dia berjalan menuju pintu lalu menghilang. Aku masih terpaku diam ditempat, bahkan aku tidak menjawab perkataan terakhirnya.

Aku terus merenung kembali membayangkan apa yang baru saja terjadi. Sisa malamku hanya ditemani dengan pertanyaan-pertanyaan yang melintas dikepalaku .

Apa yang kurasakan ini?

~~~~~~

LUCIANA ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang