Bab24.Luciana

26 2 0
                                    

"Bagaimana kalau yang ini?"

Lizi memandangku dengan salah satu tangannya berada didagu, dia tampak sedang berpikir sembari berjalan mengelilingiku. Matanya terus memandangku dari atas sampai bawah dan mengerutkan keningnya.

"Hmm.. ini bagus, kulit anda terlihat sangat indah miss", Lizi akhirnya menjawab.

"Ayolah Lizi, ini sudah gaun ke 3 dan kau terus saja berkata bagus" , aku sedikit mengeluh mendengar penilaian Lizi.

Kami sedang berada di kamarku. Lizi membawakan gaun-gaun untukku, dia membantuku mempersiapkan diri untuk menghadiri pesta beberapa hari lagi, tak lupa dia mengajariku bagaimana harus bersikap seolahnya bangsawan, mengajari cara memberi hormat, bahkan juga cara berdansa.
Meskipun dulunya Lizi adalah manusia, tapi dia sudah hidup lama menjadi vampire, dan karena dia hidup dilingkungan bangsawan, jadi mau tidak mau Lizi harus bisa tata krama seorang bangsawan.

Aku sudah mencoba 4 gaun yang dibawakan Lizi, semuanya indah dan elegan. Ada satu gaun yang menarik perhatianku, gaun berwarna hitam yang tidak terlalu besar, memiliki lengan yang rendah, sedikit terbuka dibagian bahu, dan ada hiasan batu permata dibeberapa bagian. Aku menyukainya, tidak terlalu mewah dan masih pantas dipakai untuk menghadiri undangan pesta istana.

"Aku pakai yang ini saja", kataku

"Pilihan yang bagus miss, warnanya akan cocok dengan warna rambut anda", lizi setuju

"Baik, sekarang coba kita mulai miss",

Aku mencoba hal-hal yang Lizi ajarkan.
Dia berkata, bahuku harus tegap saat berjalan dan kepalaku harus lurus menghadap ke depan. Berjalan dengan pelan dan anggun, meletakkan kaki kanan beberapa inci dibelakang kaki kiri, lalu menekuk sedikit lutut sambil memegangi ujung gaunku saat memberi salam hormat. Aku berusaha melakukannya dengan baik dan se-anggun mungkin. Jujur ini sangat sulit, karena biasanya aku harus bergerak cepat dan gesit saat menjadi pelayan. Sangat berbanding terbalik dengan sekarang.

Pelajaran dansanya tidak terlalu sulit, karena Lizi hanya mengajariku cara-cara yang sederhana, menurutnya, paling tidak aku harus bisa sedikit ketika Stefan mengajakku berdansa nanti.Gerakannya pelan tapi pasti, tidak ada alunan musik yang mengiringi tapi aku seolah bisa mendengarkan musik dansa sekarang. Aku menghayal, membayangkan bagaimana rasanya berdansa bersama Stefan.
Akankan Stefan mengajakku berdansa? Aku tidah tau.

Setelah Lizi meninggalkan kamarku, aku memutuskan untuk ke perpustakaan mencari beberapa buku untuk dibaca, dan mecari buku yang mungkin berguna di ruang pasienku.
Aku masih penasaran, kira-kira siapa yang telah membuat racun itu. Bagaimana para manusia bisa mendapatkan bunga yang hanya tumbuh di wilayah para vampire, atau jangan-jangan ada penghianat diantara kaum kami.
Aku segera melupakan asumsiku yang sedikit berbahaya ini, mana mungkin ada yang ingin membahayakan kaumnya sendiri bukan?
Sebaiknya aku membicarakan hal ini dengan Eve saja nanti.

Beberapa buku tentang tumbuhan dan penyakit sudah kudapatkan, aku segera menuju lantai satu. Saat menuruni tangga, ada yang masuk melalui pintu depan, ternyata itu adalah William. Mereka sudah kembali, tapi dimana Stefan?

"Hai Luciana", sapa William dengan senyum samar diwajahnya.

"Hai, kau sudah kembali rupanya", aku berjalan menghampirinya sambari sesekali melihat ke arah pintu.

"Stefan di halaman belakang, dia masih memastikan Ash nyaman didalam istalnya",
Aku tersenyum kikuk menanggapi William. Sebenarnya apakah dia bisa membaca pikiran, batinku.

"Mau langsung beristirahat will?", tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Sebenarnya aku tidak terlalu lelah, tapi aku akan istirahat sebentar dikamar", dia berjalan pergi.Tanpa kuduga, tanganya membelai kepalaku dengan lembut. Aku hanya diam mematung mencerna tindakan William.
Aku menoleh, melihatnya berjalan pergi menaiki tangga, dia berjalan santai sembari bersiul pelan.

"Apa yang kau lihat?",

Aku sedikit terkejut mendengar suara seorang pria dibelakangku,

Stefan.
Dia memandangku dengan wajah datarnya dan mata biru laut yang selalu memikat.

"Tidak ada", aku menjawab,  "kamu sudah kembali?"

"Ya",  jawabnya singkat

Stefan meraih buku di tanganku, lalu berjalan mendahuluiku menuju ruang pasien. Dia membuka pintu lalu masuk, aku mengikutinya lalu menutup pintu kembali.

"Pekerjaanmu belum selesai?", Stefan bertanya

"Sudah, aku dibantu Lizi dan yang lain kemarin",

"Maaf aku tidak bisa membantu", katanya pelan.

"Tidak apa-apa",
Aku merasa sedikit tersipu hanya karena pertanyaan sederhana dari Stefan,

"Kamu tidak istirahat?", tanyaku berusaha menyembunyikan perasaanku.

"Iya aku akan istirahat",

Stefan menghampiri ku setelah meletakkan buku diatas meja, dia tersenyum singkat lalu membelai kepalaku dengan lembut.
Aku memandangnya tak percaya, ini seperti yang dilakukan William tadi. Ada apa dengan mereka berdua? Apa telah terjadi sesuatu diperbatasan?

"William benar, hanya dengan melihatmu rasanya beban hilang begitu saja",

Suara Stefan menggema di seluruh ruangan, mungkin jika aku masih manusia, wajahku pasti sangat merona. Aku meringankan beban mereka?
Tapi memang mereka berdua sedikit berbeda, William yang biasanya cerita sedikit lesu tadi.
Apakah mereka lelah karena tugas yang mereka miliki?
Aku segera merapikan buku yang kubawa ke rak kecil ada di ruangan ini, lalu berjalan keluar menuju kamarku.

~~~~~

LUCIANA ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang