Bab35. Luciana

32 2 0
                                    

Berjalan mondar-mandir di dalam kamar, aku merasa khawatir dengan keadaan Stefan. Sudah 2 hari semenjak aku mengobati luka pada bahunya. Aku tidak tau dia sudah pulih atau belum karena dia belum keluar kamar sama sekali.

Menggeram frustasi aku menghempaskan tubuhku ke atas tempat tidur. Haruskah aku pergi ke kamarnya?, Batinku. Sepertinya iya, aku harus melihat kondisinya.
Setelah mengganti gaun tidurku dengan gaun baru dilemari, aku menuju kamarnya yang berada tak jauh dari kamarku.
Berdiri di depan pintu kamarnya, aku berusaha menenangkan diri. Perbincangan kami terakhir kali membuatku sedikit gugup untuk bertemu dengannya.

Bersamaan saat aku ingin mengetuk pintu, Stefan lebih dulu membukanya. Membuatku sedikit terkejut, begitupun dirinya.
Stefan terlihat lebih segar, dan aroma ini, sepertinya dia baru saja mandi. Dia tak terlalu pucat seperti terakhir kali aku melihatnya. Sepertinya dia sudah pulih.

Aku hanya terdiam melihatnya, dan dia mengangkat alisnya menungguku berbicara.

"Kamu sudah pulih?", Tanyaku pada akhirnya, setelah beberapa saat hanya diam terpaku melihatnya.

"Ya", jawabnya

Kuamati dirinya, dia sudah bersiap dengan jubah dan sebilah pedang tersampir pada pinggangnya. Dia akan pergi.

"Kamu akan ke perbatasan lagi?",

Dia hanya mengangguk sebagai jawaban. Aku sedikit merenung, dia akan pergi, itu artinya aku akan sendiri lagi dirumah sebesar ini-sebenarnya tidak sendirian tapi tanpa Stefan aku pasti merasa kesepian.
Menghela nafas sesaat, aku ikut mengangguk lalu berjalan mundur sedikit menjauh dari pintu kamarnya agar Stefan bisa segera berangkat.
Dia mulai berjalan di lorong menuju pintu depan. Aku berbalik dan berjalan sedikit lunglai ke arah kamar.

Aku pasti akan sangat bosan setelah ini,

"Kamu mau ikut?",

Suara Stefan menggema disepanjang lorong, membuatku berhenti melangkah lalu dengan segera berbalik menghadapnya lagi.
Aku melesat cepat ke arahnya, "bolehkah?", Aku balik bertanya dengan senyum diwajahku, mendongak melihat langsung dikedua matanya, sesaat aku tersadar bahwa Stefan begitu tinggi.

Dia mengangguk pelan sebagai jawaban, dan itu membuatku tersenyum lebih lebar lagi.
"Tunggu disini aku akan berganti dengan sangat cepat",

Stefan segera menggenggam tanganku saat aku hendak berbalik menuju kamar, "ambil saja jubahmu, kau tidak perlu berganti" ucapnya.
Aku melihat diriku sendiri, gaun berwarna biru tua yang kupakai ini sepanjang mata kaki. Aku pasti kesulitan bergerak nanti saat diperbatasan.

"Kau tidak akan melakukan apapun disana, kau tidak perlu berganti", lanjutnya

Aku menuruti kata Stefan, lalu kami segera berjalan menuju halaman belakang.
Hanya ada Ash di istal, itu berarti kami akan menungganginya bersama.
Stefan mulai memasang pelana pada tubuh Ash, sedangkan aku diam memperhatikan setiap gerakan yang dia lakukan.

Stefan menoleh memandangku, "aku akan duduk di belakang mu",

Aku mengangguk, dia membantuku naik lalu segera ikut duduk dibelakangku. Kedua tangannya yang memegang tali kekang melingkari tubuhku, tubuhnya yang dingin menabrak punggungku.
Aku memejamkan mata sesaat, menghela nafas pelan aku terus berusaha agar tetap terlihat tenang. Berdekatan dengannya selalu saja membuatku sangat gugup.

Stefan menyentakkan kekang Ash sekali lalu Ash segera berlari menembus hutan. Angin menerbangkan helaian rambutku yang sengaja tak kuikat.
Tak ada perbincangan diantara kami, hanya larut dalam pikiran masing-masing. Hari ini cuaca tidak terlalu panas, kami tidak perlu memasang tudung jubah kami untuk menghalau sinar matahari.

LUCIANA ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang