Chapter 15

257 32 1
                                    

"Akhhh.." Lenguhnya, ia terus menyembunyikan raut wajah kesakitan nya. Meski begitu, Mingyu tiba tiba mencemaskan nya. "Jungkook.." Pekiknya. Jungkook pun terjatuh dengan nafasnya yang terengah-engah. Mingyu langsung turun tangan menolongnya. "Jungkook, Gwaenchana?" Ujar Mingyu cemas.

"Aku baik baik saja Mingyu.." Ucap Jungkook dengan terbata menahan sakit.

...

Hospital Busan

Kini Jungkook berada di ruangan dokter Woon Bin. "Jadi bagaimana dok, apa penyakit jantung ku semakin parah?" Tanya Jungkook dengan tatapan sayup. Woo Bin membaca surat hasil pemeriksaan itu dengan raut wajah yang tidak menyenangkan. Sepertinya kabar buruk akan dikatakannya kepada Jungkook.

"Pukulan bola itu sepertinya sangat keras Jungkook sii, dan membuat jantungmu semakin berkontraksi dan sedikit ada luka bengkak pada jantungmu. Jika tidak segera melakukan oprasi, itu akan berakibat buruk. Bahkan kau bisa meninggal." Jelas Woo Bin. Jungkook berkaca kaca saat Woo bin memberitahunya, ia pikir dengan mengabaikannya keadaan jadi lebih baik. Justru malah bertambah buruk.

"Tapi.. aku selalu mengkonsumsi obat yang kau beri, bukannya ada perubahan menjadi lebih baik?" Ujar Jungkook dengan nada gemetar, ia berusaha untuk menahan air matanya agar tidak menetes.

"Jungkook sii, sepertinya kau tidak mengkonsumsi obat yang kuberi atau kau minum obat lain?" Tanya Woo Bin. "Obat lain? Itu tidak mungkin.. sebentar.. " Dercak Jungkook sembari merogoh tasnya, dan ia menunjukkan tabung berisikan kapsul obat itu. Woo bin langsung menuangkan sebutir kapsul itu, dan meneliti nya.

"Jungkook sii, apa kau tidak pernah memperhatikan obat mu? Ini sangat berbeda dari obat yang ku berikan padamu, dan ini.. ini bukan obat tapi semacam gula, tapi bukan gula. Ini yang membuat jantung mu semakin lemah." Ucap Woo Bin.

"Mwo? Bagaimana mungkin? Jadi selama ini yang ku minum.. " Pekik Jungkook. Seketika tubuhnya melemas, ia sangat takut, takut mati dan tidak bisa menjadi Idol. Yang ia inginkan sebelum ia mati, setidaknya ia bisa menghibur banyak orang seperti hyungnya.

...

Dikemudian hari, dengan ceria Jungkook berangkat ke sekolah barunya. Sudah sekitar sepuluh hari ia berkenalan dengan sekolah barunya. Ia sangat senang dikelilingi teman teman temannya yang baik dan ramah kepadanya. Ia juga memiliki sahabat baru, bernama Jeno.

Saat tiba didepan gerbang, Jungkook menjumpai Jeno yang baru turun dari mobil mewahnya. "Jeno ya!!!" Panggil Jungkook dari seberang dengan melambaikan tangannya. Namja bernama Jeno itu menoleh, dan membalas lambaian tangan Jungkook.

Dengan langkah kecil dan raut wajahnya yang mungil ia menyeberangi jalan menghampiri Jeno. Namun, tanpa ia sadari sebuah mobil menuju kearahnya, mobil itu seolah dikendalikan secara sengaja oleh seseorang dan sengaja akan ditujukan ke Jungkook.

Jeno melihatnya, matanya tercengang melihat mobil itu semakin landas. Dengan segera ia berpindah tempat dengan berlari menghampiri Jungkook. "Jungkook awasss!" Teriak Jeno. Tangannya berhasil meraih tubuh Jungkook dan menariknya dengan kuat, dan syukurlah Jungkook selamat.

"Gwaenchana?" Ujar Jeno.

"Aku baik baik saja, Terima kasih Jeno.. mobil siapa itu?" Jawab Jungkook, lalu menatap mobil merah itu yang terhenti. Kaca mobil itu terbuka, Jungkook terkejut siapa yang menyetir mobil itu. Sahabatnya sendiri, Mingyu. "Mingyu.." Kejut nya dalam hati.

...

Pada suatu malam, Jungkook sengaja datang kerumah Mingyu. Alangkah terkejut dan merasa bahwa ia sudah tak lagi ada dalam persahabatannya, melihat Mingyu bercanda tawa dengan Lee Know dihalaman rumahnya. Mereka sedang bermain bersama sembari minum soju.

Jungkook seperti orang asing yang datang ke kampung orang lain, tanpa ada yang menyapa dan hanya menjadi penonton kebahagiaan mereka. Mingyu melihat Jungkook namun ia mengabaikannya. Jungkook sangat sedih, ia menyimpan niatnya untuk bicara pada Mingyu karena melihat Mingyu begitu senang, ia tak ingin merusaknya.

Tanpa diusir, Jungkook kembali masuk kedalam mobilnya dengan raut wajah sedih itu. Setelah mobil Jungkook menjauh, keduanya kembali bermain musik. Namun, Mingyu tiba tiba terdiam jauh dari lubuk hatinya yang sangat dalam, ia masih menginginkan persahabatan dengan Jungkook. Namun apa daya, ucapan tipu daya Lee Know sudah meriset semua tentang Jungkook dibenak nya. Sampai detik ini ia masih bimbang, dengan ucapan Lee Know. Apakah benar? Atau hanya tipu daya?

Flashback..

"Kenapa Jungkook tidak menjawab pesanku?" Gumam Mingyu dibangku nya. Lee Know mendengarnya. Jungkook tidak menjawab pesan nya karena sibuk  menjaga hyungnya yang sedang kritis waktu itu. Mingyu terus berpikir, hingga akhirnya Lee Know mendekatinya.

"Kenapa?" Sahut Lee Know sambil duduk disamping Mingyu. "Tidak apa, kenapa kau bertanya?" Pekik Mingyu. "Sepertinya kau sedang ada masalah dengan Jungkook? Jungkook akhir akhir ini emang berubah sifatnya, aku melihat dia sering kasar padamu dan memintamu menjauhinya." Ucap Lee Know dengan seolah olah ia tidak terlibat dalam perselisihan antara Mingyu dan Jungkook.

"Apa maksud mu?" Ujar Mingyu.

"Kau tahu sebenarnya Jungkook ingin mengakhiri persahabatannya dengan mu. Jungkook membencimu, aku tidak tahu alasannya namun dia berkata seperti itu padaku." Jelas Lee Know mengarang cerita.

...

Sejak saat itu Mingyu mulai berpikir jika apa yang dikatakan Lee Know ada benarnya. Tapi entah mengapa sampai detik ini juga ia masih merasa ragu. Mungkinkah ia akan menjauhinya? Atau kembali memperbaiki persahabatannya.

"Kenapa kau diam?" Tanya Lee Know. "Emm, ani.. kurasa malam sudah terlalu larut sebaiknya kau pulang, aku juga merasa sangat dingin." Ucap Mingyu.

Tibalah Jungkook dirumah, raut wajah sedih itu masih dipasang nya. Ia berjalan masuk begitu saja menuju kamarnya, karena kedua orang tuanya sudah tidur. Tiba tiba saat ia membuka knop pintu, ia mendengar suara dari kamar Taehyung. Raut wajah sedih itu menjadi raut wajah panik, suara berulang kali dan tak beraturan. Dengan segera ia membuka pintu kamar hyungnya.

Seketika ia tercengang melihat Hyungnya duduk diatas lantai dengan lengannya yang berdarah, seperti goresan pisau. Benar saja, pisau itu berada tak jauh dari posisi Taehyung. Seperti yang Taehyung lakukan, ia berusaha berjalan namun karena kakinya yang masih kaki, membuatnya memainkan pisau itu.

"Hyung?" Sahut Jungkook, ia menghampiri Hyungnya. Ia pikir Taehyung pingsan namun ia masih sadar, dengan wajah frustasinya. "Hyung, apa kau gila?" Ujar Jungkook dengan pelan, karena ia tidak ingin membangunkan orang tua dan pembantu dirumahnya.

"Menurutmu?" Tanya Taehyung dengan tatapan sendu. "Sembuh itu butuh proses hyung, jika kau seperti ini kau akan semakin sakit tidak cepat pulih.Wae! wae kau lakukan ini!" Sontak Jungkook.

"Kenapa? Apa kau tidak akan melakukan hal yang sama, saat kau membenci seseorang dan ia mendapat kasih sayang lebih dari pada aku? aku.. berjuang seorang diri, mereka yang tak peduli bagaimana aku berusaha.. yang dipedulikan nya nilai yang bagus, dan sekarang dengan mudahnya dia memberikan orang yang ku benci sekolah impian? apa itu adil?" Gerutu Taehyung panjang lebar, mengungkapkan uneg uneg yang hampir meledak didadanya.

FELICITA (Jung kook) END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang