..
Resha mendengus, "Kenapa hujan?" batinnya mendesah lelah.
Resha belum sampai, Dia masih berada di sini, menunggu bus datang. Tapi belum juga datang, hujan turun dengan deras, membuatnya mau tak mau harus kedinginan disini.
Sembari menunggu bus, Resha akhirnya memilih untuk menyibukan diri dengan bermain ponsel, dan kemudian beberapa saat, Ia menyadari bahwa, rupanya ada Orang lain yang ikut berteduh bersamanya.
Lantas Resha dengan spontan mendongakkan kepala untuk sekedar ingin mencuri pandang. Namun kenyataan sedikit membuatnya tak nyaman.
Dia Axel, kekasihnya. barsama orang baru, Resha hanya menatap Axel lurus.
Dan ketika Axel membalas tatapannya, sekelebat terlihat mata bergetar milik Axel membuat Resha menaikkan sebelah alisnya, tapi Resha tidak menghiraukannya, Ia bangkit, dan hendak pergi meninggalkan laki-laki demgan perempuan tersebut.
Belum sempat melangkahkan kakinya, lengan Resha di tahan. "Mau kemana? Ini masih hujan, kamu bisa ngerepotin orang lain kalau nekat kaya gini"
Ujaran Axel pada akhirnya membuat Resha berada di tengah rasa tak nyaman, bagaimana perempuan yang ada di belakang Axel menatapnya penasaran, dan terlebih lagi, mengapa Axel harus mengatakan hal seperti ini?
Apa Axel kira Resha peduli? tidak.
"Maaf, .. kayanya kita ngga kenal satu sama lain, sampai-sampai kamu berani ngeluarin kata-kata ngga sopan ke saya." Balas Resha.
Membuang nafasnya sedikit keras, Resha bertatap mata dengan Axel sebenta. "Lagipula- urusin aja pacarmu itu yang lagi menggigil kedinginan." Tambahnya sembari melirik Wina dan Axel, dengan pandangan tak acuh.
Setelahnya melepaskan tangan Axel dari lengannya, dan kembali berjalan perlahan tanpa menghiraukan tatapan sulit yang dilayangkan oleh Axel bersama Wina terhadapnya.
..
"Sialan." Resha mengumpat, kenapa juga Dia harus menerobos hujan hanya untuk menghindari bajingan itu? Pikirnya.
Resha terus berlari memghindari tetesan air yang makin deras, Rumahnya bahkan masih jauh tapi hujan malah dengan senang hati menyerangnya, Ia yakin besok akan terserang demam.
"What is that?" Batinnya penasaran, suara aneh yang terdengar di balik suara hujan tentu saja membuat Resha kebingungan.
Jadi pada akhirnya, Resha celingukan, mencari dari mana asal suara tersebut.
Perlahan menusuri jalanan sempit, Ia melihat sekumpulan laki-laki, yang sedikit lebih tinggi darinya, melawan 3 orang sekaligus.
Resha masih kebingungan, harus bagaimana Ia bertindak? Jadi Dia hanya bisa termenung mengamati mereka dengan bodoh.
Netra berbintangnya yang tanpa sadar meliar, menangkap satu orang yang sudah limbung bangkit, dan membawa balok.
Dugaan Resha, sepertinya balok itu akan di gunakan untuk memukul laki-laki yang tengah di keroyok.
Resha kasihan, tapi Dia juga takut kalau-kalau Dia akan terkena imbasnya. Jadi sebagai ganti Resha berdehem, menyiapkan suara untuk berteriak.
"Polisi!" Suaranya melengking, mengisi rintikan yang terjatuh ke atas gang dan aspalan semen.
Melihat mereka semua berlari panik, Resha pun akhirnya lega, bersyukur bisa menghela nafas lega, mereka meninggalkan pemuda tersebut yang tengah berdiri mencari keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reshaya.
РазноеThe one and only. -Tidak di peruntukan bagi yang masih di bawah umur. Bijak dalam mencari buku yang akan di baca sesuai kebutuhan. Mohon kerja samanya.