23

7.1K 788 0
                                    



..

Tubuh Resha beku melihat wina ada di sini, padahal Resha masih belum cukup berani bertemu. Entah terbayang masa lalu, atau memang tidak pernah ingin bertemu dengannya.

Resha mengakuinya, bahwa ia terlalu cupu untuk menyangkut masalah perasaan, bisa di buktikan dimana dia mendapat masalah dengan Axel, dia bahkan tak mengusik Wina sama sekali.

Entah karna nuraninya, atau memang dia yang tidak berniat mempunyai banyak masalah.

Meskipun dia tau Wina tak peduli padanya, tapi di kenangan kehidupan Resha dulu, Resha benar-benar menganggap Wina sahabat sekaligus kakaknya sendiri- iya kakak.

Wina ini 3 tahun lebih tua darinya, Wina rehat sekitar 2 tahun untuk memasuki masa kuliahnya, akibat kecelakaan dan koma dengan waktu yang cukup lama.

Resha kurang paham spesifiknya bagaimana, tapi yang dia dengar dari Wina dulu, dia butuh terapi jalan hampir 2 tahun, dan membuatnya bener-bener harus menunda masa kuliahnya.

Resha memang belum berani secara lamgsung berinteraksi dengan Wina, dan Resha sekarang hanya bisa terpaku, tanpa bisa mengalihkan pandangannya dari wina.

Dia tak bisa membenci Wina, bukan begitu- benci sudah pasti bagaimanapun Wina penyebab dia menderita, tapi untuk membenci lebih banyak pada wanita itu, Resha rasanya belum, atau bahkan tak bisa, entah apa alasannya.

..


Wina duduk di depan perempuan yang menurut Nanda mirip dengan Resha, tak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi Resha harus tetap fokus untuk kerja lagi, sedangkan pelanggan makin malam makin ramai.

Sedangkan dari sudut pandang Wina, ia tau kalau laki-laki di meja kasir tengah mengamatinya, Wina sedikit tidaknya tau laki-laki itu, mantan dari kekasihnya sekarang.

Ngomong-ngomong, Wina bahkan belum bertemu Axel setelah dimana ia di bentak di kantin, Wina sudah mencarinya tentu saja, tapi Axel seolah menghilang dari bumi, tak tahu dimana pasti dia berada.

Dan Wina cukup tau diri, untuk tidak mengusik laki-laki itu.

..

Resha sudah sampai di rumah, dengan Jordan yang beberapa menit lalu mengantarnya pulang, semenjak mendengar pernyataan dari kedua Orang tua angkatnya, Resha mulai merasa canggung, tapi dia juga selalu berusaha keras untuk tak terlalu terlihat. Karna bagaimanapun, ia hanya ingin bertindak tidak tahu apa-apa.

Daripada membebani pikiran kedua orang tuanya. Itu sudah cukup.

Dan di sinilah, Resha duduk sembari memakan makanan ringan yang sangat tak biasa ada dimeja, bagaimanapun, dirumahnya jarang, atau bahkan belum pernah ada makanan di saji, terlalu tak memiliki uang.

"Belum tidur nak." Pernyataan dari Ibu Resha yang tiba-tiba itu membuatnya terlonjak kaget.

"Ibu ngagetin aja." Resha mengusap dada, Ibunya hanya terkikik.

"Gimana sama kuliahnya?" Resha diam sebentar.

"Biasa aja bu, ngga ada yang istimewa." Resha menaruh toples makanan ringannya, setelahnya ia menidurkan kepalanya di paha sang Ibu.

"Bapak mana?" Tanya Resha

"Bapak udah tidur, makanya kamu juga tidur." Memberi isyarat agar Ibunya mengusap rambutnya.

"Bu." Resha memejamkan mata sebentar, setelahnya menatap Ibunya.

"Kenapa Ibu biarin Resha suka sama laki-laki?" Usapan pada rambutnya terhenti, tapi setelahnya ia kembali merasakan kepalanya di usak.

"Semua yang ada pada Resha itu ada di tangan Resha, mau Resha suka laki-laki, Perempuan, atau tidak dua-duanya sekaliguspun itu sudah menjadi pilihan Resha, dan Resha harusnya tahu konsekuensinya kan?"

Resha menatap langit-langit ruangan rumahnya yang sudah terlihat kusam, kembali mendengar lanjutan dari jawaban sang Ibu.

"Ibu ngga ada hak buat ngelarang Resha, selama Resha nyaman, selama hal itu tidak merugikan orang lain serta diri sendiri, lakukanlah, ___semua ada di tangan Resha."

Resha tak tahu, jawaban dari Ibunya memang seratus persen menyerahkan keputusan pada Resha, atau memang karna mereka tidak mempunyai hak untuk melarang Resha sebab mereka bukan keluarga kandungnya.

"Kalo gitu Resha mau tidur ya Bu, udah malem, Ibu juga tidur ya." Bangkit dari kasur lantai itu, lantas meninggalkan sang Ibu yang memandang Resha sendu.

"Lebih dari itu, Ibu tidak berhak melarangmu, Ibu hanya bisa mendukungmu, Ibu tidak berani- namun jika itu yang terbaik, semoga Tuhan memberikan mu jalan terbaik nak."


..


Reshaya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang