26.

10.8K 751 17
                                    



Cw/(abuse&rape)


..


"Hai."

Tidak- hal ini tidak pernah Resha prediksi, kedatangan satu orang yang berpengaruh dalam hidupnya.

"Gimana kabarnya?"

Resha berjalan mundur, nafasnya terasa sesak, Ia harus bekerja keras hanya untuk mengais oksigen yang terasa makin  menghilang dari sirkulasi dalam tubuhnya.

Ia telah mengubah segala kebiasaan buruknya, lantas mengapa orang ini masih kembali dalam kehidupannya?

Resha berjalan mundur- setelahnya Ia berbalik, namun sayang- reflek perempuan tadi lebih cepat dari aksinya.

Dia berontak, ingin rasanya berteriak, namun ekspektasinya kalah dari realita.

Resha hanya bisa menangis sembari melawan dengan kekuatan tubuh kecilnya yang tak seberapa dengan kekuatan wanita dominan di depannya.

Reaha merutuki dirinya sendiri mengapa bisa dia kalah kekuatan dari perempuan didepannya?

Tangannya mengais udara mencari apapun yang dapat menahannya dari tarikan perempuan tersebut.

"Diem!" Sentaknya.

Suara itu membuat tubuh Resha makin bergetar, Dia benar-benar ketakutan, entah apa yang akan dia lakukan padanya kali ini setelah bertahun-tahun Resha bebas darinya.

..

Dan berakhir dengan Resha yang kini duduk terpojok diujung, mulut di ikat dengan kain yang melintang serta tangan serta kaki yang diborgol dengan rantai.

Resha kembali menitikkan air mata-nya, Dia tidak ingin menjadi lemah, Dirinya tidak ingin bertemu orang itu lagi, Ia tidak ingin melihat wajah itu lagi, ini semua terasa sangat menakutkan untuk Resha.

Apalagi dengan cahaya remang di tempatnya sekarang. "Honey~ how have you been?" Wanita itu mendekat, mengusap pipi berisi Resha dengan lembut, Resha tidak menghindar, Dia terdiam kaku ketakutan.

"Udah lama ya kita ngga ketemu." baju kemeja Resha di buka satu persatu, bunyi perpaduan antara besi terdengar akibat penolakan yang Resha tunjukkan, dagunya di apit kencang dengan satu tangan.

"Jangan nguji kesabaran aku, honey- kamu tau kan, aku bukan orang yang sesabar itu?" Resha lemah, dalam keadaan seperti ini Dia hanya bisa menangis, tanpa bisa melawan.

Lalu turun jemari kasar itu turun, Dia merinding, tubuh atasnya sudah tak memakai apapun, dadanya, punggungnya.

Tanpa absen, lalu tangan kasar itu beralih ke celananya- Resha menggelengkan kepalanya dengan kencang, hingga rambut penuh keringat itu bergoyang, menatap nanar si pelaku.

"Hm? ___kenapa? kamu emang ngga kangen aku hm?" Miciela- perempuan yang tengah menyekap Resha bertanya dengan datar, lalu melepas kain yang mengahalangi mulut Resha.

"Kak- maaf, tapi lepas-" Suara Resha tercekat akibat terhalang  isakannya.

"Aku gamau ___lepasin aku." gumaman keluar dari mulut Resha malah membuat Miciela menampilkan senyum lebarnya.

"Aww~ kenapa minta maaf?" Resha tak berani menatap wajah miciela, Ia hanya menundukkan wajah dengan tatapan ketakutan, serta bergumam kata maaf, bulir air meluncur dari ujung matanya.

"Jawab aku." Miciela mendesis, lantas mengangkat dagu Resha dengan kasar.

"Maaf- maafin aku." Bukannya mendapatkan jawaban, Miciela malah mendengar tangisan dengan rentetan gumaman.

"Dengar kamu nangis, buat libidoku tambah naik."

Resha menggeleng, lantas menutup mata erat.

"Minta maaf atas apa? ___ninggalin aku? milih Axel ketimbang aku? ___atau karna udah nyoba bunuh aku?" Pertanyaan beruntun keluar dari mulut Miciela.

"Ngga! ka-kapan aku coba bunuh kakak!" Miciel, mendekatkan wajahnya pada leher Resha.

"Ninggalin kakak sama aja ngebunuh kakak Resha."

Miciela meraih beberapa barang yang berada di kotak sebelah ranjang yang tengah Resha dan Miciela duduki.

Resha mengikuti arah pandang Micel matanya melotot. Barang itu- Resha makin panik, Ia berontak dengan sekuat tenaga- dan malah terlihat lucu di mata Miciel.

Resha berteriak Saat merasakan selatannya sakit, seolah di bedah paksa dengan senjata tajam.

Resha bahkan merasakan sesuatu mengalir dari bagian bawahnya, sangat sakit, matanya lantas beralih menatap ke bawah di mana tangan Miciela berada-

"Jangan! Mi- jangan tolong, Stop Mic! ini sakit!" Jeritan  Resha tak membuat Miciela berhenti dari kegiatannya.

Miciela menyunggingkan senyum "Kamu yang mancing aku Resha- jadi kamu juga harus nikmatin ini."

..

"Argh!"

Tidak ada rasa nikmat, meskipun orang yang menguasainya menyuruh Resha untuk menikmatinya.

"Kenapa nangis?" Tanya Miciel.

Resha tak menjawab, namun bisa dipastikan, jika bisa berbicara Resha akan berteriak sekuat tenaga dan meminta tolong pada siapapun.

"Hmph! __ngh! ah!"

Resha kesakitan setengah mati, pikir Ia akan mati jika ini masih harus berlanjut.

Dalam rontaannya, dalam usaha menolaknya untuk menyuruh Micel berhenti, benar-benar tidak berguna.

Ia dimasuki berkali-kali dengan berbagai barang yang berganti ganti- kakinya bahkan tak dapat digerakkan lagi. seperti berjalan beratus-ratus kilometer, kakinya mati rasa.

"Nafas honey~ jangan ketatin lubang kamu."

"Oh~ kamu ngga keluar?" Miciela mendekat pada telinganya. lalu berbisik.

"Atau ini kurang bagi kamu?" Tamparan- namun beserta kecupan ia dapatkan dari sekujur tubuhnya baik dari rambut maupun ujung kakinya.

Kemaluannya di lahap habis oleh micel- upaya membuat Resha nikmat- namun itu tidak berjalan dengan baik.

Buktinya hanya gumaman terakhir yang keluar dari mulut Resha, Dia terjatuh pingsan.

Meski begitu micel tak peduli, dengan Micel yang masih memakai tubuh Resha tanpa perduli- rasanya candu- sudah 2 tahun dimana Resha hilang dari jangkauannya.

Dan kali ini Ia mendapatkan Resha dengan utuh, ia yang pertama kali mendapatkan Resha- maka.

"Axel you should say good bye-" Teks yang telah ia kirimkan pada Axel.

Membuat orang yang diseberang sana mengamuk- karna orang terkasihnya telah di ambil oleh orang yang berbahaya untuk Resha.

Ini salahnya- tidak seharusnya ia menelantarkan Resha, yang sedangkan ia tahu bahwa miciel yang mana dia adalah mantan sahabatnya itu selalu mengincar Resha dimanapun Ia berada.

..

Reshaya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang