10.

14.9K 1.4K 40
                                    



..



Nanda menahan amarah sedari tadi, bagaimana pun Ia cemburu melihat kedekatan Resha yang duduk dipangkuan atasannya.

Dan rasa kesal yang muncul kala atasannya melemparkan senyum menyebalkan itu ke arahnya. Makin membuat suasana hatinya makin panas.

"Sial! Gue tau kalo ini akal-akalan si bajingan Andy minta gue buat anterin kotak p3k ke ruangannya biar bisa liat modusnya ke Resha." batinnya penuh kesal.

Saking kesalnya, Ia bahkan tanpa sengaja mengabaikan panggilan dari Resha.

Pikirnya juga mau dia pergi pun, Resha tidak akan pernah mengejarnya.

Berakhir memutuskan untuk naik ke rooftop, duduk dibawah sinar rembulan yang terlihat begitu terang- sama sekali tak menggambarkan bagaimana mendungnya hati Nanda saat ini.

Nanda bahkan sampai merasa hatinya benar-benar sakit, lalu tak berselang lama, Dia merasa ada langkah kaki pelan yang mulai mendekat ke arahnya. Nanda meliriknya, matanya melotot, tak percaya akan kedatangan Resha.

Begitu Merdu suaranya, sesaat Resha memanggilnya, Nanda akan sangat frustasi jika Resha benar-benar tak bisa menjadi miliknya.

Mendengarkan ocehan Resha, yang terdengar seperti anak kecil tengah mengadu pada orangtuanya yang salah paham itu, malah berakhir membuat jantung Nanda hampir meledak tak karuan.

Resha memang tak baik untuk jantungnya.

Nanda belum ingin menyahuti panggilan Resha, bahkan menyela sedikit saja Dia tidak ada niat. karna ini baru pertama kali Nanda mendengar rengekan keluar dari mulut Resha atau Resha yang baru kali ini berbicara secara panjang lebar.

Sampai dimana Dia mulai mendengar suara Resha yang mulai serak lalu setelahnya suaranya terputus-putus, meninggalkan isakan kecil.

Nanda dengan sigap mengalihkan pandangannya ke arah Resha. Melihat apa yang sedang di lakukan- didepannya ini Resha tengah menangis sembari memegang ujung baju miliknya, menggunakan tangan mungilnya.

"Yatuhan berat sekali cobaanmu!"

..


"Udah- ngga papa- sini peluk Nanda."
Resha mengangguk patuh.

"Demi tuhan! Resha imut banget." Sumpah Nanda yang lagi-lagi hanya bisa di ucapkan dalam hati.

Nanda bersumpah kalau baru kali ini Dia jatuh cinta sedalam ini.

Berakhir Nanda dan Resha menghabiskan waktu istirahat 30 menit hanya untuk berpelukan, dengan Resha yang tanpa sengaja tertidur di pelukan Nanda.

..


Sesaat setelah keluarnya Resha dari ruangannya, Andy melirik bagian bawahnya- ada yang tidak beres- pikirnya.

Resha cuma duduk doang padahal, baperan banget.

..


Seperti biasa, Resha akan pulang malam akibat jam kerja sorenya.

Berakhir duduk di halte di malam yang sedikit dingin. beruntung ada calon penumpang lain, jadi sekarang Resha tak perlu merasa begitu takut.

Lalu waktu berlalu dengan cepat, hingga 20 menit sudah berlalu Resha tak mendapati tanda Bus akan segera datang. Ini membuatnya khawatir.

Resha sudah mulai gelisah karna takut orang tuanya dirumah khawatir padanya juga.

Apalagi ini sudah hampir jam setengah dua belas malam, kalau-kalau ingin mengabari lewat internet pun mustahil, kedua Orang Tuanya tak memiliki ponsel satu pun.

"Permisi-"

Resha mendongak. "..Saya?" Menunjuk dirinya sendiri, memastikan apa kah orang didepannya berbicara padanya.

"Iya- saya perhatiin dari tadi kamu gelisah banget?" Kalau melakukan survei untuk seribu orang, Resha ini termasuk dalam golongan orang yang kewaspadaannya tinggi. Jadi Ia akan begitu kaku kalau suatu saat tiba-tiba ada orang asing mengajaknya berbicara.

"Saya ngga papa mba." jawabnya.

"Oh iya, kayanya bus ngga bakal lewat sini deh mba" Resha mengernyit.

"Berita siang tadi kalau ada masalah di jalan sebelum halte ini rusak, saya pikir susah buat kendaraan besar lewat sini." Tambahnya.

Ya kalo emang begitu kenapa juga mba mba ini masih disini. seakan tau apa yang ada dipikiran Resha, Perempuan itu segera menjawab. "Saya sih nunggu jemputan kerabat saya."

Duh, kalo gampang di tebak gini Resha kan jadi malu sendiri.

"Oh kalo gitu saya pulang aja deh." Kata Resha. Dia bangkit dari acara duduknya.

"Eh mba! Bisa tolong tungguin jemputan saya ngga?" Perempuan itu bertanya, lalu menatapnya canggung.

"Nanti saya anter kalo udah sampe kok mba" tawarnya, membuat Resha kembali mengernyitkan dahinya.

Resha merasa ada yang mengganjal dengan panggilan dari Perempuan di depannya.

"Saya laki-laki mba."

Bisa Resha lihat, kalau wanita didepannya ini melotot kaget, dan Resha hanya bisa tersenyum canggung.

"Maaf ya mas kalau menyinggung! Tapi sumpah saya kira mas nya cewek tomboy gitu" cicit Perempuan tersebut.

"Kalo boleh tau nama mas nya siapa ya?" Perempuan itu bertanya, Resha awalnya sedikit ragu, namun melihat Perempuan itu mengangkat tangan untuk meminta balasan darinya.

"Reshaya." akhirnya Dia membalas jabatan tangannya.

"Kaya cewek ya"

"Maaf?" Lirihan itu tentu saja tak terdengar jelas, jadi Resha hanya ingin memastikan apa yang baru saja di ucapkan Perempuan tersebut.

"Eh! Engga mas!- nah itu mas jemputan saya." terlihat panik, hingga Resha terdiam bingung. Namun ucapan Perempuan itu segera beralih topik.

Lalu mengangkat tangan kanannya untuk menunjukkan mobil yang baru saja datang tepat di depan keduanya.

"Ayo mas-" Resha ragu, dia tidak yakin dan tak ingin mencelakai dirinya sendiri, jadi Dia menghabiskan waktu setidaknya 5 menit sendiri untuk melamun.

Hingga Perempuan yang mengajaknya bersama hanya bisa tersenyum canggung.

"Loh? ... Mas?"







..

Reshaya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang