24.

7.3K 725 2
                                    

..


Karna hari ini jadwal Resha kosong, ia berniat meminta bantuan lagi pada Vano untuk kembali mencari tempat yang cocok ia pakai, dan di sini Resha berdiri.

Di depan halte bus, ternganga, melihat mobil mewah yang sudah ada didepan mata.

"kak- __ngapain kesini?"

Vino melempar senyum cerah pada Resha. "Mau jemput kamu lah Re." Resha mengangguk ragu.

"Ngapain di jemput kak- kan kita udah janjian ketemu di pusat A."

Vino keluar dari mobil, dan mendekat ke arah dimana Resha berdiri.

"Ngga papa ayo." sambil narik tangan Resha pelan.

"Kak- astaga saya ngga enak ini." Vino tak menanggapi, dia tetap jalan santai, setelahnya membuka pintu penumpang sebelah pengemudi.

"Udah ya, kita berangkat."

..

Di tengah perjalanan tak ada percakapan, tapi itu tak membuat suasana berubah menjadi canggung, karna lagu yang di putar Vino membuat suasana lebih terasa santai.

Resha yang paham sedikit irama dan lirik lagunya juga tak ayal ikut bernyayi, menyusul Vino yang sedari tadi menyanyikan senandung lagu.

"Suara kamu cantik." Resha secara tak sadar terdiam, setelahnya ia menatap wajah Vino dari samping.

"Mana ada suara cantik kak." jawab Resha terkekeh.

Vino senyum kecil. "Kan emang suaranya cantik."

Tak ingin hanya diam, Resha balik memberi sedikit apresiasi untuk Vino.

"Kak Vino suaranya juga keren hahaha." mereka berdua tertawa- memang receh, padahal tak ada yang lucu.

"Kamu udah makan?" Dengar pertanyaan dari Vino, Resha baru teringat ternyata dia belum makan sama sekali-

"Udah kak." memang mulut dan tubuh adalah perkara yang sulit di mengerti-

"Lah itu perut bunyi." Resha malu bukanain, perutnya berbunyi, dan membuat Resha mau tak mau hanya bisa menundukkan kepala- kepalang malu.

"Kita mampir aja dulu lah ya- didepan ada take away- kita bisa makan dimobil, sekalian sambil jalan."

Dan di balas anggukan ringan dari Resha, merah dipipinya masih belum hilang, malunya ngga ngotak kalo kata Resha,

..

"Gimana enak ngga?" Vino bersuara setelah sekian lama keduanya terdiam.

"Enak kok-" jawab Resha singkat.

"Res, atau ngga kamu ngga mau coba franchise aja?" Resha mengerutkan dahi, di barengi menelan makanan yang masih ada di mulutnya.

"Lah? Kenapa jadi franchise?" Vino ketawa pelan.

"Siapa tau kamu mau jalur yang lebih meyakinkan." Resha buang nafas kasar.

"Ngga bisa gitu lah kak- niat saya kan buka tempat makan atas nama jual punya saya."

"Kan sama aja, kamu kasih modal, penjualannya tetep punya kamu meskipun atas nama perusahaan lain."

Resha ngelirik Vino sinis, gini nih- Resha suka kesel sendiri sama perkataan Vino yang asal nyeletuk doang bisanya.

"Emang sih franchise itu punya presentasi sama keberhasilan yang tingkatnya itu ngga bisa di raguin, dan itu juga udah pasti- tapi sama aja, saya tetep mau ambil jalan buka tempat jual sendiri, dan atas nama yang saya daftarin sendiri." Vino menatap dalam mata Resha.

"Yaudah, keputusan ada ditangan kamu- jangan biarin usulan aku buat kamu kepikiran."

"Ya- atau nanti aku fikirin- aku masih punya keyakinan buat bikin tempat jual sendiri soalnya."

..

Dan di sini Resha dengan Vino tengah berbincang dengan pemilik tempat kecil yang sudah di timbang-timbang oleh Resha dan persetujuan dari Vino.

"Luas tanah 60m2 dan luas bangunan 30m2 jadi standar harga ya 85 juta pertahun." terang laki-laki dengan setelan rapih di depannya, Resha hampir saja menyerah mendengar harga sewa Ruko yang sudah ia incar.

"bagaimana kalo 50 juta pertahun pak?" Resha nengok kearah Vino, gila apa?! Nawarnya gila banget.

"Tidak bisa, peminat lain sudah ada yang mengusulkan 7,8 juta perbulan- kalo anda maunya seperti itu Saya tidak akan mendapatkan apa-apa."

"Apa tidak bisa di rendahkan lagi untuk harganya?" pak Toni pemilik bangunan menghembuskan nafas pelan.

"Tidak bisa, bangunan sudah termasuk Sangat luas- kalau harga turun drastis saya yang rugi." Vino dan Resha menatap satu sama lain.

"Yasudah? Kalau seperti itu, saya akan kembali lagi jika harga sudah bisa dipertimbangkan pak- saya mohon undur diri." Vino mengakhiri percakapan dengan sopan.

"Iya, tidak masalah-" Resha meraih tasnya, lalu ia sampirkan ke pundaknya.

"Kalau begitu permisi ya pak."

"Iya silahkan."

..


"Apa ngga rendah banget kak nawarnya?"

Resha mencoba memastikan pada Vino tentang usulan harga yang di tunjukan Vino mungkin terlalu rendah, sedangkan  Vino malah tertawa.

"Bisnis Re namanya- kamu masih awam, belum paham."

Resha meliriknya sinis. "Mang napa sie ___sombong amat."



...

Reshaya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang