13.

12.8K 1.3K 20
                                    


..

Resha memejamkan mata erat, pembuluh darah dilehernya bahkan sudah terlihat jelas, sedari hampir 10 menit berlalu, suara angkuh mengisi suasana mencekam di restoran tempatnya bekerja, jengkel rasanya.

"Pembeli itu raja, lo itu cuma perlu layanin gue aja apa susahnya sih?"

"Iya, maaf mas. Tapi kan di sini ngga sedia alkohol." pelayan perempuan yang akhir-akhir ini membuat keributan diantaranya itu hanya menjawab seadanya sembari menyatukan kedua tangannya di depan dada.

"Lo tuh ya, cuma pelayan di sini, babu. Tau ngga babu? Masa di restoran segede ini ngga ada alkohol? Gila ya lu? Mau ngibulin gue?" Pernyataan akngkuh itu tanpa sadar membuatnya mengangguk.

"Maaf ya mas, mungkin di restoran sebrang ada."

Laki-laki di depannya ini merotasikan bola matanya kesal. Lalu beberapa detik kemudian, menatap perempuan itu nakal. Mrnjilat bibir bawahnya dengan menjijikan. "Yaudah, kalo git bagi nomer lo aja."

Perempuan itu tentu mulai merasa terganggu. Dia menggelengkan kepalanya. "Maaf mas, silahkan ganti restoran saja kalau begitu."

"Jadi cewek ngga usah belagu lu!"

Suasana makin tidak kondusif, bahkan saat ada pelanggan lain yang mulai membantu untuk melerai, laki-laki yang sedari tadi mengamuk bahkan tak bisa di tenangkan.

"Maaf?" Pelayan tersebut pun, tak tahu apa yang harus Ia lakukan?

"Dasar cewek goblok lu! Panggil sana managerlu! Biar mampus lu di pecat!"

Kata-kata yang mulai terdengar menyebalkan itu membuat Resha tambah muak. Kenapa hal-hal seperti ini harus terjadi di depan matanya. Benar-benar membuatnya tak menginginkan dirinya untuk terlibat.

Namun mau bagaimana lagi?

Maka Resha hanya menghembuskan nafas pelan, lalu berjalan ke arah keduanya denganusahanya menenangkan diri. Mengambil pin di meja kasir.

"Ada apa ini?" Suara yang terdengar lembut itu akhirnya melayang, membuat mereka mengalihkan pandangan ke arahnya.

"Ngga usah ikut ikut lu! Kalian berdua ini sama aja- sama sama cewek ngga tau diri! Gue ulangi sekali lagi! Panggil Manager sini!" Resha mengernyit, kedua alis yang menyatu menggambarkan bahwa Ia heran dengan pernyataan tersebut.

"Saya?" Tanya Resha, menunjuk dadanya sendiri dengan jemari pendeknya.

"Haduh! Bisa-bisanya restoran segede ini pelayannya tolol semua!" Suara itu menggelegar, mau tak mau Resha harus memperdekat jarak antara Dia dan si laki-laki tersebut.

"Maaf ya mas, memangnya ada apa? Mengapa masnya berisik banget." Resha berujar dengan tenang, melemparkan raut wajah tak senangnya. Beberapa pelanggan terkikik atas pernyataan Resha.

"Heh anjing! Gue tuh mau beli Dia nih! Dia ini belagu." Ia mengalihkan tatapannya pada perempuan disampingnya.

Resha melirik teman kerjanya. "Ke pelelangan manusia aja pak- kenapa juga situ malah pergi ke restoran tempat makan?"

"Ap-apa?!"

"Kayanya dari tadi gue udah nyoba buat sopan sama lo ya- tapi lo ini malah ngelunjak." Resha mendekat, wajahnya sejajar dengan telinga laki-laki yang menatapnya tak percaya.

"Gue bisa aja nuntut lo atas laporan buat kekacauan disini, toh gue yakin, atasan gue ngga bakal buta bukti."

"Ngga usah sok iya lo anjing!" Tubuh Resha di dorong, mengakibatkan punggungnya menabrak meja kasir dengan sedikit kencang.

Reshaya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang