28.

5.5K 592 18
                                    

..

Sudah sangat lama mereka mencari- bertanya tanya pada toko yang buka 24 jam, atau seseorang yang lewat.

Berbagai upaya sudah Vino dan pertnernya kerahkan, namun belum ada hasil apa-apa.

Bahkan keduanya mencari cctv disekitar nya, namun entah sudah di rancang dengan baik atau memang sedang sial, keduanya tak mendapatkan petunjuk apapun kecuali barang yang tadi ditemukan kedua orang tua Resha.

Memangnya kenapa Resha bisa hilang?

Apakah Anak cantik itu diculik?

Tersesat atau bagaimana?

Jantungnya terus berontak tak karuan akibat terlalu panik memikirkan bagaimana sekarang keadaan Resha sekarang.

Vino bahkan sudah merasa kedinginan, dan juga mulai merasa lapar, tapi untuk sekedar memikirkan tubuhnya Ia tidak mau.

Melirik orang yang berada disampingnya.

"Ini gimana?" Keluhnya lesu.

Vino tidak akan mengeluarkan air mata, ia gengsi tentu saja. Memikirkan keberadaan Resha membuatnya makin lama makin lemas.

Vino makin gusar, Ia juga mengantuk matanya sudah perih akibat terlalu lama berada di luar.

Pikiran buruk bercabang dikepalanya, tentu itu bukan kemauannya- otaknya berproses secara mandiri, ia hanya ingin yang terbaik yang terjadi pada Resha kali ini, semisal dia menginap dirumah temannya atau sejenisnya, asal tidak mendapatkan kesialan.

Ia meremat kedua tangannya tanda gugup, bagaimana jika Resha sulit untuk ditemukan, Vino ingin menangis rasanya.

Vino tersentak kala tubuhnya di rengkuh, Ia berontak ingin melepaskannya, memukul-mukul dada si pelaku yang memeluknya, namun tubuhnya juag sudah mulai lelah.

lama-lama Ia menyamakan rengkuhannya, mengangkat kedua tangannya untuk ikut mendekap Pria didepannya.

"Ini gimana .. gue khawatir sama Resha."

Bahkan dari suara Vino terdengar lelah, Vino malu, bahkan belum 12 jam dia mencari Ia sudah terlihat lemah.

"Berdoa, semoga Resha ngga kenapa-kenapa." Vano tidak menjawab, Ia hanya menunduk.

"Kita cari besok lagi ya ... kamu butuh istirahat." Bujuk Pria yang masih memeluknya.

Vano sigap melepas pelukannya kala mendengar usulan laki laki di depannya.

"Ngga bisa anjir! Nanti kalo Resha kenapa-kenapa gimana?" Kata Vino, suaranya meninggi.

"Vin- tubuh kamu butuh istirahat, kalo kamu kenapa-kenapa malah repot nanti."

Sedangkan yang memeluk Vino makin mengeratkan pelukannya agar Vino tak lepas dari rengkuhannya.

Tentu saja, Vino pun sadar, dia sudah kelelahan, dia butuh istirahat, namun dia juga tak akan bisa beristirahat dengan tenang, jika kabar dari Resha saja masih sulit di dapatkan.

"Lo ngremehin gue?" Vino bertanya dengan sinis.

Si pemeluk menghela nafas lelah, terbiasa dengan sikap dominan pasangannya.

"Jangan kaya anak kecil deh Vin, gua tau lu pinter, ngga mungkin lu bisa ngelanjutin ini, sabar."

Bukannya tenang, Vino malah makin murka, dia marah. Dia menatap laki-laki itu tajam.

"Gue khawatir lo tau ngga sih anjing?!"

Vino yang ganpa sadar membentak, terkejut atas ucapannya sendiri. Menyesal karna telah membentak dan mengutuk orang di hadapannya.

"Maaf." Sesal Vino.

Pria itu menggeleng, lantas menuntun kepala Vino agar bersandar di bahunya.

"Ngga apa- ayo kita pulang dulu ... yang khawatir bukan cuma kamu doang kok Vin."

Vino mengedip, lalu menatap pasangannya. "Lo juga kan?"

"Meh."

"Udah- ayo pulang, kita lanjut besok sayang."

..

Reshaya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang