..
Resha pagi-pagi sekali sudah menyiapkan makanan untuk bekal pagi ini, iya. Jam kuliah Resha hari ini berlanjut pagi sampai siang- jadi ya fikirnya Ia takkan sempat membantu Ayah dan Ibunya.
Tentang Jordan yang satu hari lalu mengantarnya, tanpa singgah lebih dulu, Pria itu memilih untuk segera pulang.
'Katanya sih masih belum berani ketemu calon mertua- mertua apanya?!' Batin Resha meronta, pipinya bahkan terasa hangat lagi, Resha menepuk-nepuk Kedua Pipinya lagi, Ia terus merasa pipi serta telinganya memanas jika teringat perkataan tersebut.
"Ah! bisa gila gue kalo denger gombalan Jordan tiap hari."
Selesai dengan kegiatannya, Resha meraih tas berisi kebutuhan kuliahnya dan jalan keluar dari dapur. Meninggalkan kedua Orang Tuanya yang tengah membereskan ruang makan.
"Ibu! Ayah! Resha duluan ya!"
Setelahnya Ia berlari menuju halte, takut-takut bus sudah sampai.
Namun ternyata sesampainya di halte, belum ada tanda-tanda bus sudah lewat- memyesal sudah berlari dengan tergesa.
"Esha!"
"Ah!" Resha menjerit kaget, kakinya mundur saat tahu siapa yang telah memanggil namanya.
"Sayang- please dengerin aku dulu." Resha mengernyit jijik.
"Apaan sih lo!" Menepis tangan Axel yang meremat jemarinya, terasa sakit.
"Kok kamu kaya gitu sih, sha aku gamau putus sama kamu. __Aku masih sayang sama kamu." Resha merotasikan bola matanya.
"Sayang-sayang ndasmu! tuh, dari pada bikin gue badmood si wina urusin!" Resha melepaskan genggaman Axel dengan kasar.
"Sayang please kali ini! Maafin aku! Aku janji! Aku bakal berubah!"
"Berubah buat apa? __Xel ... mau lo berubah ataupun engga, sekarang urusan kita usah selesai, ngga ada apa apa lagi diantara kita. Jadi tolong. stop gangguin gu- akh!" Resha kembali menjerit, lengannya di tarik paksa, membuat pergelangan tangannya merasa terkilir.
"Axel! Lepasin!" Resha memberontak.
Axel tak peduli akan berontakan Resha. Wajar pikirnya, jika Reshaya marah. Dia memang sedikit salah kali ini. Memasang wajahnya memelas, Axel memohon pada Resha.
"Sayang.. udah ya, ngga enak diliatin orang-orang." Resha makin jijik, menatap Axel nyalang.
"Ngga papa mba, ini masalah keluarga kok." Ucap Axel saat beberapa orang menginterupsi kegiatannya. Mengundang rasa mual dari Resha.
"Keluarga matamu! Kita udah ngga ada apa-apa! Kuping pake jangan cuma jadiin gantungan!" Resha ingin mengumpat, sahang sekali dia terlalu sayang dengan mulutnya.
Beruntung, setelah Resha berkata seperti itu bus datang, membuat nya dapat mengalihkan Axel dan segera melepas genggaman erat tersebut. bersyukur karna tak ada hal yang membuatnya merasa lebih muak ketika melihat kondisi Axel yang sekarang terlihat makin gila.
"Gue udah benerkan?" Resha bertanya pada dirinya sendiri sesaat setelah berdiri dipintu masuk.
"Iya mba udah bener kok." Resha berjengit kaget, mengusap dada ratanya, sabar.
"__astaga pak, jangan ngagetin dong."
"Loh saya pikir nanya saya." Jawab sang supir, menggaruk dahinya canggung.
"Kimi ninyi." Resha mencibir kesal. 'Apes banget hidup gue!' Batin Resha melas.
Di perjalanan Resha masih sibuk memperhatikan pemandangan di luar jendela, tapi belum juga lama kendaraan bergerak, bus tiba-tiba berhenti.
Tentu membuat Resha menoleh ke arah supirnya bingung, lantas memperhatikan sekeliling di mana sekarang masih dalam area yang cukup jauh dari kampus. "Pak kenapa ini?"
"Mogok neng!" Sang supir berteriak. Jawaban itu membuat Resha dan penumpang lain mengembuskan nafas kesal.
Namun saat sadar akan panggilan yang salah, Resha segera berdiri dan berkata dengan sewot. "Saya laki Pak!"
"Eh? __oh iya mas, mogok." jawabnya ulang, "Ya ngga usah di ulangin juga kali bang." kata Resha.
'Serba salah gue yaelah.'
"Haduh pak, ini saya bisa telat lho pak." Resha mengeluh, melihat jam di ponselnya.
"Ya gimana mas! ini juga ngga tau montirnya ngga ngangkat telpon!"
"lah ngapa jadi situ yang lebih galak." ucap Resha mencicit.
"Diem ah." Resha hanya terdiam sebentar, lalu segera berjalan keluar dari dalam bus.
"Yaudah saya duluan ajadeh! Udah saya bayar lho ya tadi."
..Keringat sudah menetes, membuat bajunya basah akibat berlari takut terlambat.
"Eh pas udah mau nyampe ternyata masih lama sisa waktunya." Resha berujar dengan kesal.
Gedung Universitas sudah bisa di kata dekat, jadi Resha sudah mulai berjalan dengan santai, berjalan lebih lambat sembari mengipasi wajahnya yang seperti terguyur air.
Hingga tak menunggu waktu lama, Reshaya sudah berdiri tepat di depan gerbang.
Di dalam kampus Resha sedikit khawatir, takut-takut tubuhnya menimbulkan bau tak sedap. Karna penghuni kampus tak absen memperhatikannya sedari Ia sampai di depan pagar.
"Duh pikiran gue kan langsung bercabang- mana gue ngga punya parfum anjir!"
Ketika pikirannta berkecamuk memikirkan apakah, tubuhnya benar-benar bau. Pundaknya ditepuk- Resha segera menoleh ke arah si pelaku, didepannya terdapat 3 perempuan yang tengah menatapnya, tajam?
"Salah apa?" Pikirnya.
"Lo Resha kan?! Lo udah bikin pacar gue belok!" Resha mengernyit heran, ditatapnya lagi perempuan tersebut dengan bingung.
"__Belok kemana?" 'Gue kan bukan tukang parkir'
Mendengar jawaban Resha, salah satu dari mereka, dengan proporsi tubuh yang lebih tinggi menjelaskan.
"Maksudnya tuh dia putus gara-gara cowoknya jadi belok, dan suka sama lo."
Masih tak paham, Resha kembali bertanya. "Ok, terus?"
"Girls! bawa Dia ke rooftop." Perimtah perempuan dengan rambut pendeknya, berjalan mendahului mereka.
"Heh! Anj! Woy! Apa-apaan deh! Jangan narik-narik!" Resha meronta, ingin meminta tolong Ia bingung harus meminta pada siapa. Tapi yaudalah, yang penting udah minta tolong
Aduh kesialan apalagi yang udah siap menyambut Resha ya?
..
"Jawab!"
"Aduh! __Lepasin dulu bjir."
"Ngga! sebelum lo jawab!"
"Aduh! aduh! sakit!" Resha memekik kesakitan. Namun Ia merasa genggaman semakin kencang.
Jadi Dia pada akhirnya berteriak. "Heh! Jangan kekencengan goblok!"
Perempuan dengan poni rapihnya menyengir, melirik Resha. "Eh sorry maap."
"Ya makanya lepasin! Lagian gue ga bakal kabur juga!" Resha kesal bukan main, Ia kira ada apa, ternyata si satu geng ini hanya ingin menanyakan bagaimana caranya jadi cantik.
Ok. Resha mau ngenalin mereka dulu! Namanya Corla Stefanna, pacar- maksudnya mantan Nazal yang katanya suka sama Resha, sebelah kirinya ada Aliyah, dan satu lagi Jessica. Tuh yang paling tinggi ntu si Jessica.
Mereka berkata bahwa, ketiganya sahabat sejati, entah apa kerusakan otak yang mereka derita, yang pasti Resha hanya menunduk pasrah, Ia merasa akan gila kapan saja.
..
KAMU SEDANG MEMBACA
Reshaya.
RandomThe one and only. -Tidak di peruntukan bagi yang masih di bawah umur. Bijak dalam mencari buku yang akan di baca sesuai kebutuhan. Mohon kerja samanya.