..
Disini Resha berdiri, di depan meja kerja Andy.
jujur- detak jantung Resha terpacu hebat. degupannya begitu cepat, meskipun tidak dapat ditampik di manapun Resha berada seolah suasana mempersilahkan tentang penyimpangan seksualitasnya.
Tetap saja, di tempat seperti Restoran yang besar ini reputasi adalah segalanya, jadi Resha tengah menerka-nerka sanksi apa yang akan dia dapat dari atasannya tersebut.
"Kalau bukan cewek itu yang ngelaporin- siapa lagi?"
"Bagaimana?" Resha mendongak, menatap Bos nya takut-takut.
"Maaf?" Namun dengan begitu, Meski suaranya mencicit Ia tetap harus menjawabnya.
"Keadaan kamu?" Tanya Andy mengulang.
"Ya?" Tanya balik Resha, apa maksud dari atasannya ini?
"Kesini." Titahnya, menyuruh Resha untuk mendekat.
Sedangkan Resha hanya terdiam, apa Atasannya ini akan menghajarnya? karna ketahuan menyimpang?
Tapi kenapa tidak dipecat saja? pikirnya. Apa dia juga harus dipukuli? bukankah itu termasuk tindak pidana?
Resha spontan melangkah mundur sesaat setelah melihat Andy berjalan ke arahnya.
"Pak santai aja Pak." Resha yang bingung harus bagaimana supaya tidak dipukul itu mencoba memberhentikan atasannya.
"Kamu ini kenapa mundur-mundur?"
"Ugh? Pak?" Alih-alih menjawab, Andy lebih memilih membenarkan posisi duduk Resha di atas pahanya.
"i-ini posisinya umh- agak."
"Udah diem dulu-" Resha sontak melebarkan kelopak matanya kala tangannya di tarik, dijadikan satu di bawah kendali Andy.
"Kenapa bisa luka kaya gini sih Res?" Setelah pertanyaam itu meluncur, Resha dilanda kebingungan kala wajahnya memanas, entah karna apa.
"Ini kenapa pak bos begini sih? nanti gue malah dikira lagi ngegodain bos kan bahaya." Batin Resha menjerit tak tenang ketika suara derak pintu terdengar.
Mampus!
Resha benar-benar merasa mau menghilang saja-
Resha dapat melihatnya, kalau Nanda memalingkan mukanya setelah melihat posisi Resha dengan Andy.
Dengan jelas, Ia sadar bahwa air muka Nanda terlihat suram- "Duh gue harus jelasin ini ke Nanda." Resha berujar dengan gelisah.
"Saya undur diri."
"Nanda!" Resha hanya bisa mengedipkan matanya berkali saat Nanda sama sekali tak merespon panggilannya.
Dan lebih memilih meninggalkan mereka dengan posisi yang masih terlihat ambigu seperti ini.
Mampus!
"Bapak tolong saya mau lanjut kerja pak" pinta Resha, benqr-benar memohon.
"Apa?" Tanya Andy
"Tolong pak." sekali lagi Resha memohon untuk di lepaskan, namun bukannya menurutinya, Andy malah balik bertanya padanya.
"Apa?"
"Nanti kalo ada yang liat gimana pak?
"Sebentar." Baik- Resha yang penurut itu benar-benar menunggu sebentar- lalu sadar kalau ternyata atasannya ini tengah mengoleskan antiseptik dengan merekatkan plaster luka ke jari-jari Resha yang penuh luka sebagai penutup.
"Loh jari saya kenapa?" Bingung Resha, seingatnya ia tidak melakukan apapun yang menjadikan luka menempel di seluruh jemarinya.
"Kamu amnesia ya?" memori Resha ternyata sedangkal itu.
"Gimana pak?" Andy gemas, demi tuhan meladeni Resha seperti meladeni bayi umur 3 bulan.
"Kamu kan tadi mungutin gelas pecah Resha."
"Oh! Astaga iya!" Terlekeh, Resha menggaruk tengkuknya canggung.
"Apa jangan-jangan kamu lupa nama saya?" Andy mengajukan banding, sembari melayangkan tatapan menyelidik ke pada Resha sebagai gurauan.
"Enggalah pak." kilahnya, ada-ada saja atasannya ini.
"Bagus lah- Nah sekarang udah."
"Iya makasih- Nanda!"
"Kamu kenapa bawa-bawa nama Nanda terus sih?"
"Bapak ini gimana sih?!- nanti kalo Nanda salah paham gimana aduh!" Resha panik, bagaimana jika Nanda salah sangka, atau paling parahnya anak itu marah padanya?
"Ya terus?"
"Engga! Demi Tuhan! Bos dulu itu ngga kaya gini, boro-boro, mau deketan sama gue aja gapernah." Batinnya bingung,
Akhirnya tanpa memikirkan sopan santun, Resha melompat dari pangkuan Andy.
Setelahnya lari keluar untuk sekedar mencari Nanda. "Dimana ya Nanda biasanya?"
Tidak ada- Resha tidak sedeket itu dengan Nanda sampai ia harus tahu, dan bertanya pada Nanda dimana tempat Favorit Nanda.
Kacau! benar-benar kacau!
"Nanda- hiks- gue gamau lo salah paham lagi" Resha panik hingga berakhir menangis sembari naik ke lantai atas dimana rooftop berada.
Pikiran Resha bercabang- bagaimana jika Nanda marah padanya- mengira Resha hendak memdeketkan diri kepada pak Andy?
Ia benar-benar menangis sampai akhirnya ia melihat ada bayangan dibalik sinar bulan.
"Nanda." suara bergetar Resha saking frustasinya dia nyariin Nanda.
"Nanda." Resha kalang kabut demi Tuhan.
Kenapa Nanda ngga jawab Resha? apa Nanda marah beneran? Engga, ngga bisa gitu- intinya Resha harus jelasin sedetail mungkin salah paham yang tadi dibuat sama si pak Bos.
"Nanda aku minta maaf ... aku- aku ngga sengaja tadi demi Tuhan! Tadi pak Andy sama aku ngga sengaja jatoh barengan!"
Kan bener dugaan Resha kalo Nanda marah sama dia, kebukti, waktu Nanda malah malingin mukanya kearah lain.
"Nanda sumpah- tadi bukan sengaja- aku ngga ada hubungan sama pak bos! Percaya Nan." Nanda ngga ngerubah posisi dan malah bikin Resha makin gusar.
"Sumpah demi- akutuh ngga ada apa apa sama pak bos!" Dan pada akhirnya, Resha menangis lagi.
..
KAMU SEDANG MEMBACA
Reshaya.
RandomThe one and only. -Tidak di peruntukan bagi yang masih di bawah umur. Bijak dalam mencari buku yang akan di baca sesuai kebutuhan. Mohon kerja samanya.