..
"Enak banget!"
Seruan dari Aliyah membuat Reshaya lagi-lagi menghela nafasnya jengah. Melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 2 siang.
Steffana mengangguk, setuju dengan pujian Aliyah. "Baru kali ini gue ngersain makanan seenak ini." Ujarnya semangat.
Di tambah ucapan berlebihan Steffana, Resha dengan gusar ingin mengusir mereka dengan segera.
"Duh! Enak banget!"
Terlebih lagi Jessica, dia tidak terlihat seperti Steffana yang ceroboh, dia sedikit terlihat berwibawa. Namun sekarang apa? Malah ikut menimbrung.
Resha memejamkan mata. Lalu berseru. "Apasih! Ngga usah pada lebay deh! heran gue."
Resha mencibir. "Norak lu pada."
Bagaimana ya? Resha hanya memasak nasi goreng. Iya, nasi goreng saja. Di hiasi telur mata sapi, di atasnya. Sudah itu saja. Tapi lihat respon mereka. Seolah Resha sudah membuatkan mereka hidangan istana, Ia sendiri yakin kalau mereka pasti juga sudah pernah makan yang bahkan Resha belum.pernah memakannya.
"Resha mah ngga asik~" Resha menengadahkan tangannya di depan mulutnya, seolah-olah akan muntah setelah melihat Steffana merengek.
"Ya lu pada lebay, ga like gue." kata Resha, menghiraukan Ibunya yang sedari tadi mengamati mereka dengan senyum senang.
Aliyah melirik Resha takut-takut, lalu berucap. "Tapi kan emang beneran enak."
Resha mendelik sewot. Menolak pujian sebelum di interuspia sang Ibu. "Yatap-"
"Resha ih, ngga boleh begitu, harusnya kamu seneng dong masakan kamu di puji."
Ibu Resha hanya bisa menggelengkan kepala setelah menegur Resha, anaknya ini denial apa bagaimana?
Jessica mengangguk. "Iya tuh Res, bener." Entah bagaimana tiba-tiba menjadi sok bijak.
Resha mengangkat tangannya. Berancang-ancang menonjok mereka. "Ngoceh.. Ape lo! Gue tonjok lo."
"Yaudah Ibu mau ke kedai lagi ya- ayah sendirian kasian dia." Resha mengangguk, mengiyakan perkataan Ibunya, memperhatikan Ibunya keluar dari rumah dengan perlahan.
"Iya bu- hati hati." Setelahnya, dia melirik mereka. Melihat gilang yang tengah mengamatinya, Resha kembaki emosi.
"Apa liat-liat?!""Wes __santai dong Res!"
Gilang heran kenapa dia kena semprot padahal sedari tadi dia yang paling diam, yang hanya memperhatikan Resha sembari menikmati masakan Resha yang di lidah dia sudah cocok sekali- kalau sudah menikah dengan Resha tiap pagi cocok-cocok saja dimasakin masakan seperti ini, misalntya.
"Lo ngga ada niatan buka restoran?" Usul Gilang yang dengan cepat mendapat pukulan dipundaknya lumayan kencang dari Resha,
"Restoran mbahmu!"
"Yee gue kan cuma nanya." Bela Gilang sambil mengusap-usap bahunya yang sedikit sakit terkena pukulan Resha- Gilang perlahan mundur- takut kena gaplok lagi pikirnya.
"Restoran nih, kudu beli tanahnya, belum pajaknya tiap bulan- kudu riset segala macem, mikirin target promosi belum mikirin modal usaha sama lokasi, -baru mikir aja udah pusing duluan gue." Resha menjelaskannya dengan pelan.
"__iya juga sih- tapi kan lo juga kerja kan, lo pasti punya tabungan dong." Belum juga tobat, gilang maju lagi buat ngeluarin statement dia.
"Lah gue kan cuma paruh waktu, gajinya ngga segede itu- gaji juga gue sambi pake buat biaya kuliah."
Sejujurnya Resha tak ingin mengeluh- tapi kalau mereka berisik begini, Resha jadi ingin mengeluarkan uneg-unegnya. Just people pleaser things to do.
"Iya tau lang itu susah- karyawan mama gue yang kerjanya paruh waktu juga ngga segitu gede gajinya." Aliyah yang Orang Tuanya punya Restoran terkenal itu ikut membela Resha yang seolah terpojok,
"Noh si Aliyah yang lemot aja paham"
"Heh! Gue ngga lemot ya!" Aliyah sudah membela masih kena juga
"Gue kan kata Gilang." Bohong Resha enteng
"What?! Ngga sumpaah Al! Res- AHHH ADUH IYA IYA SORRY LEPASIN RAMBUT GUE AL!" Gilang kalang kabut, Aliyah menarik-narik helaian rambutnya.
Meninggalkan kedua orang yang tengah sibuk berdebat dan bertengkar di belakang sana-
"Kenapa ngga lo coba dulu- modal kan masih bisa dipikirin, saat saat ini coba cari lokasi dulu- kalo udah selesai resetnya baru deh mikirin modal." Jessica yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara
"Takut keburu nafsu gue- ntar malah utang." Kata Resha, kepalanya menengadah menatap langit-langit kamarnya.
"Enggalah- coba aja dulu." Jessica mencoba untuk meyakinkan Resha- supaya ia setidaknya mau untuk berfikir ulang, menimbang kesempatan emas.
"Iya deh Res- kaka gue juga punya jasa cari lokasi bangunan- dan rata rata tempatnya biasanya keliatan strategis."
Lagi-lagi Jessica membubuhkan kata-kata yang membuat iman Resha goyah.
"Meskipun gitu ngga ngejamin usaha gue bakal sukses lah."
"Kan gue ngga bilang begitu- sukses atau engga nya kan dari diri lo sendiri Res."
"Gue bantu-" Steffana menatap lurus Resha.
"Huh? Bantu apa?" Bingung Resha, kenatap Steffana bingung.
"Proses lo nganalisis tempat." Steffana menatap Resha yakin.
"Tenang aja, gue ngga bakal minta timbal balik kok- gue cuma mau bantuin lo-" Steffana dengan percaya diri mengajukan bantuan.
Resha menatap lamtai kosong. "Kenapa lo baik sih?"
"__kita bakal bantuin lo." Jessica yang memiliki simpati tinggi terhadap Resha akhirnya ikut menimbrung, berniat bergabung untuk membantu Resha.
"Ngga tunggu tunggu- kalian kenapa deh- baru siang tadi kita kenal, masa lo segitu mudahnya mau bantuin gue."
"Ya emang kenapa? Kita kan cuma mau bantuin lo doang- lo ga mau?" Jessica berbicara seolah olah perkataan itu benar-benar dari lubuk hatinya.
"Alasannya?" Jessica bingung, mereka ingin membantu Resha secara cuna-cuma tapi Reshaya menolaknya?
"Karna gue mau tau, seberapa susahnya belajar sendiri."
"Fine."
Jesica menoleh ke arah Steffana, setelahnya ia mengalihkan pandangannya pada Resha kembali.
"Kalo ada apa apa- kita bakal ada buat lo."
"Kalian terlalu naif, jangan kaya gitu lagi- nanti kalo suatu saat ada yang manfaatin kalian gimana?" Jelas Resha.
"Ngga ada." Steffana menunduk.
"Hah?"
"Satu satunya kemungkinan orang yang manfaatin gue itu cuma lo." Jesica tersenyum miring sembari menatap Resha. "Lah? Kalian nuduh gue dong." Resha menunjuk dirinya sendiri.
"Bukan itu- karna satu satunya harapan bakal gue kasih ke lo doang- gue punya kriteria buat bantu orang." Steff lagi-lagi membuat Resha kehilangan kata-kata
"Ya- seenggaknya dia harus lebih tinggi dari kita." Resha makin bingung mendengar penjelasan Jessica
"Lah Resha kan ngga lebih tinggi dari mereka?" Pikirnya.
..
KAMU SEDANG MEMBACA
Reshaya.
RandomThe one and only. -Tidak di peruntukan bagi yang masih di bawah umur. Bijak dalam mencari buku yang akan di baca sesuai kebutuhan. Mohon kerja samanya.