Kesendirian mengajarkanku, bahwa tak selamanya keramaian itu menjadi jalan yang tepat untuk mendapatkan ketenangan. Merenunglah dalam kesendirian, agar kamu tahu betapa hebatnya dirimu untuk tetap berdiri diatas kaki sendiri.
@Harin_Ainara
***
"Berapa dek tambal ban-nya?" tanya seorang laki-laki tua.
"25 ribu, Pak." jawab gadis berambut pirang yang sedang merapikan alat tambal ban.
Lelaki berumur itu memberikan uang kertas berwarna ungu dari dompetnya. "Ini."
"Saya ambil kembalian dulu."
"Gak usah, dek. Kembaliannya buat Neng aja."
"Serius, Pak?" tanyanya dengan mata berbinar.
Lelaki kepala putih itu mengangguk-angguk.
"Alhamdulillah. Terimakasih banyak, Pak."
"Sama-sama. Bagi-bagi rezeki soalnya dagangan saya laris manis hari ini."
"Semoga dagangan bapak makin laris."
"Aamiin. Saya pulang dulu, kamu semangat-semangat kerjanya."
"Siap, Pak!"
Gadis berseragam khas pegawai bengkel itu menekan pinggang, lumayan juga uang tip dari pengguna jasa tambal tadi. Ia memang beruntung hari ini, banyak pengunjung bengkel otomotif ini yang memberinya uang tip. Memang tidak banyak tip yang ia dapat kadang lima ribu, sepuluh ribu, dan paling banyak dua puluh lima ribu seperti bapak tadi, tergantung orang yang menggunakan tenaga dan jasanya menservis motor, ia tidak mengharap sebab pekerjaannya menservis motor dan hasil dari pekerjaan itu telah menjadi gajinya.
"Harin?" panggil seseorang.
Gadis itu menoleh karena merasa namanya dipanggil. "Iya bos!"
"Sini!"
Dengan cepat ia berjalan menghampiri lelaki bertubuh tambun yang berada didepan ruko. "Kenapa, Bos?"
"Ini." Sang Bos memberikan sebuah wadah cup plastik bening yang berisi kuah cabai.
"Makasih, Bos." Gadis itu antusias menerimanya.
"Cuci tangan sebelum makan!" Peringatan tidak diberikan saat tangan kumal penuh oli itu hendak mengambil isi didalam cup.
"Iya, Bos." jawabnya kemudian pergi ke samping ruko untuk mencuci tangan. Gadis itu duduk di kursi kayu, memakan lahap bakso ceker mercon yang diberikan sang bos, tanpa peduli orang-orang disekitar menatap.
Ruko ini terletak di depan pasar, tempat yang sangat strategis untuk menjalankan usaha karena berada dipusat ibu kota kabupaten. Toko otomotif ini selalu, selain menservis motor, toko ini juga menjual barang-barang otomotif lainnya karena persediaan alat-alat disini lengkap.
"Cantik-cantik kerjaan begini."
"Jijik gue liat cara dia makan."
Gadis itu tersenyum miring tanpa peduli ocehan yang jelas-jelas ia dengar dari kumpulan gadis yang berada di gedung sebelah. Gedung itu adalah cafe, tempat dimana para anak muda suka berkumpul dan menghabiskan waktu.
"Pelan-pelan woi makannya!! Bikin jijik tau!!"
"Kayak gak makan setahun!!"
"Cantik tapi jorok!! Tangan kotor makan kayak kesurupan!!"
Teriakan-teriakan itu disambut gelak tawa mengejek.
Gadis itu menghirup kuah sambal itu, melemparkan wadah bakso yang masih terdapat kuah tepat di kumpulan gadis-gadis yang mengejeknya hingga kuah itu menyembur mengenai baju-baju bersih mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐎𝐑𝐕𝐀𝐍𝐄𝐓𝐒
General Fiction@Harin_Ainara *Bahagia bukan harapan, tidak juga menjadi tujuan, hanya sebuah bayangan. Rasa sakit itu familiar bukan hanya kalimat semu, tapi sebuah kenyataan* @Lettu (Pnb) Ashraf_Arrasyid *Bukan hadir untuk rasa sakit, bukan hadir untuk kecewa ta...