Upacara Pedang Pora upacara ini hanya dilakukan satu kali saja. Jikalau nantinya sang perwira menduda atau akan menikah lagi, Upacara Pedang Pora tidak akan dilakukan lagi. Dan Pedang Pora hanya diperuntukkan bagi perwira pria. Bagi perwira wanita, Pedang Pora hanya dilakukan apabila sang perwira menikahi seorang perwira pria.
"Gue gugup, Om." ucap Harin dengan suara sedikit bergetar. Bagaimana tidak di tenda, depan sana, begitu ramai tamu-tamu undangan yang memperhatikan mereka berdua.
"Tarik napas dan rileks."
Harin mencoba untuk tenang dengan mengikuti saran dari Ashraf. Namun, tetap saja yang namanya gugup bagi Harin tidak akan semudah itu untuk hilang.
"Siap, Sayang?"
"Iya, Om."
"Ayo."
Sepasang pengantin melangkah. Ashraf lelaki berseragam PDU TNI AU lengkap melangkah tegap begitupun dengan Harin wanita itu begitu anggun dengan balutan baju pengantin berwarna biru, selaras dengan seragam kebanggan Ashraf.
Hari ini akan di gelar upacara sakral. Dimana tradisi angkatan bersenjata yaitu Pedang Pora akan di gelar. Harin menggandeng tangan Ashraf berjalan berdampingan keluar dari pintu rumahnya.
Di karpet merah dengan formasi banjar saling berhadapan yang terdiri dari 12 perwira Pasukan Pedang Pora berseragam lengkap. Komandan Regu akan melapor kepada Ashraf bahwa pasukan sudah siap.
"Laporan di terima."
Secara serempak pasukan menghunuskan pedang. Harin dan Ashraf mulai berjalan melewati Gapura Pedang yang terhunus ke atas. Langkah kaki mereka pelan tapi tegas. Setiap langkah maju diiringi Pedang Pora yang di angkat secara perlahan oleh perwira. Formasi banjar yang melambangkan kegembiraan rekan dan adik angkatan sang perwira sekaligus bukti loyalitas mereka.
Saat kedua mempelai melewati Gapura Pedang, hal ini juga mencerminkan doa untuk keduanya. Gapura Pedang Pora juga memiliki arti bahwa kedua pengantin memasuki gerbang baru di kehidupan mereka. Dan memohon perlindungan Tuhan.
Dalam suka dan duka di kehidupan sang perwira akan melibatkan sang istri. Dengan selalu bersikap dan berjiwa ksatria, kedua pengantin akan selalui siap dalam mengatasi berbagai rintangan dan hambatan yang akan ditemui di kehidupan pernikahan mereka dengan bekerjasama.
Sampai pada saatnya di bawah Payung Pedang Pora, Ashraf menyematkan cincin pernikahan di jari manis Harin. "Temani saya sampai maut memisahkan." Ashraf mencium sekilas tangan wanita itu.
Penyerahan pakaian seragam Persit (Persatuan Istri Tentara) PIA Ardhya Garini kepada Harin oleh istri komandan satuan. "Selamat untuk adik sudah sah menjadi bagian PIA Ardhya Garini. Saya harap adik bisa betah hidup bermasyarakat dengan semua anggota PIA Ardhya Garini." ucap Istri komandan.
"Siap, Bu." jawab wanita berpakaian pengantin itu.
"Tegakkk grakkk!" Komandan Regu akan menyerukan aba-aba.
Prosesi di lanjutkan dengan pembacaan puisi oleh MC.
"Semburat merah di ufuk barat. Petanda engkau akan berangkat. Lantunan merdu kicau burung perindu. Menjadikan hati tertunduk syahdu. Biarkan mentari mengurai pelangi. Karna hendak undur diri. Inilah hari yang dinanti mempelai. Untuk memulai rumah tangga sendiri. Berdikari diatas kaki sendiri." Setiap bait dan kalimat puisi saat di bacakan oleh MC laki-laki.
"PIA Ardhya Garini. Aku datang memenuhi panggilanmu. Mendampingi suamiku.
Terimalah aku. Sebagai bagian darimu. Akan ku gapai harapanku bersamamu. Laksana ombak beriring ke pantai. Karna cita dan cinta hendak ku gapai. Meski harus bersabar untu mengurai." Bait puisi dilanjutkan oleh MC wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐎𝐑𝐕𝐀𝐍𝐄𝐓𝐒
General Fiction@Harin_Ainara *Bahagia bukan harapan, tidak juga menjadi tujuan, hanya sebuah bayangan. Rasa sakit itu familiar bukan hanya kalimat semu, tapi sebuah kenyataan* @Lettu (Pnb) Ashraf_Arrasyid *Bukan hadir untuk rasa sakit, bukan hadir untuk kecewa ta...