Keluarga adalah orang-orang yang sangat sulit dijauhi, meskipun pada kenyataannya mereka adalah orang-orang yang sangat ingin kujauhi.
@Harin_Ainara
***
"Kamu saya pecat, Harin." ucap laki-laki tambun dengan wajah sinis.
Harin melotot kaget. "Lho Bos kok saya di pecat?"
"Ini pesangon kamu, besok kamu udah gak kerja lagi disini." Si Bos mengacungkan amplop putih didepan gadis berpakaian merah lusuh.
Harin tidak mengambil amplop itu melainkan membiarkan tangan dan amplop mengatung di udara. "Utang saya gimana, Bos? Kok berhenti-henti aja?"
"Utang kamu udah lunas, di bayar sama calon suami kamu." jawab si bos dengan santai.
"Ambil ini." Bos menarik tangan Harin dan meletakkan amplop di telapak tangan itu. "jangan lupa undang saya nanti, semoga lancar segala urusan dan semoga bahagia dan."
Harin mematung ia tidak menyangka akan benar-benar berhenti bekerja dari sini.
"Cepat pulang, urus pernikahan mu." usir Bos dengan mengayunkan tangannya.
"Ayo pulang." Harin berbalik, tampaklah lelaki berwajah datar dengan tangan yang dilipat didada.
"Sudah di jemput suami Harin, pulang sana!"
Harin menggeleng.
"Malah geleng-geleng. Pulang! Mau ngapain lagi disini!" Bos meninggikan suaranya.
"Gak mau di pecat, Bos."
"Ayo pulang." Tangan Harin di genggam dan tarik tanpa persetujuan.
Harin panik, gadis itu memberontak dengan menarik-narik tangannya untuk melepaskan genggaman. "Lepasin, Om! Gak mau pulang."
Ashraf tidak peduli ia menarik Harin menuju parkiran tanpa peduli gadis itu terus memberontak dan tatapan manusia-manusia yang melihatnya. Pintu mobil berwarna silver laki-laki itu buka. "Masuk."
Gadis berambut pirang itu menggeleng. "Gak."
Mata Ashraf menyipit. "Sebelum menikah tidak masalah kamu menolak perintah saya, tapi jika sudah menikah jangan harap berkata tidak. Cepat masuk!" Laki-laki itu menekan kalimatnya.
"Biarin gak mau pokoknya."
"Kamu mau saya mengumumkan jika kamu akan menjadi istri kedua saya." ancamnya
Harin terbahak. "Satu istri aja lo susah nyari Om apalagi mau dua." ejeknya.
Ashraf menatap horor calon istri yang telah mengolok-olok dirinya. Perlahan mata besar itu melebar dan tajam, Harin di pelototi tapi gadis itu malah semakin keras tertawa.
"Masuk! Atau malam pertama nanti saya akan membuat kamu tidak bisa berjalan." ucapan itu terucap pelan tapi mampu membuat otak Harin traveling.
Harin bersedekap dada, berlagak sok berani untuk menutupi rasa gugup dan takutnya jika sampai dirinya dibuat seperti itu. "Siapa takut?"
"Kamu menantang?" Ashraf menebar senyum mesum. "baiklah kamu sudah siap untuk malam pertama. Saya jadi tidak sabar untuk segera menikah dan memboxing kamu."
"Ayo sayang." Tangan Harin di tarik.
Harin memberontak, wajahnya pucat dan gugup. Kalimat Ashraf barusan barusan benar-benar membuat gadis ini takut bagaimana kalau ia di 'grepek-grepek' Om ini didalam mobil nanti. "Gak mau, ntar Om apa-apaan gue!" Harin berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐎𝐑𝐕𝐀𝐍𝐄𝐓𝐒
General Fiction@Harin_Ainara *Bahagia bukan harapan, tidak juga menjadi tujuan, hanya sebuah bayangan. Rasa sakit itu familiar bukan hanya kalimat semu, tapi sebuah kenyataan* @Lettu (Pnb) Ashraf_Arrasyid *Bukan hadir untuk rasa sakit, bukan hadir untuk kecewa ta...