17 Rumah Dinas Cat Sama

330 70 7
                                    

Saya bukan pacar tentara, istri tentara tapi insyaallah kalo jodoh, keluarga tentara, pokoknya gak ada tentara-tentaranya. Ane cuma anak warga sipil.

Nah! Dan yang chat saya, request tentang kehidupan di Asrama tentara saya gak tau banyak, kegiatan apa aja yang dilakuin istri tentara sama juga saya gak tau banyak. Gak pernah juga masuk Asrama TNI palingan cuma lewat depan doang. Gak banyak informasi tentang kehidupan di sana, jadi saya gak bisa ngasih informasi disini. Tapi yang saya tau, saya buat dalam bentuk cerita.

Jangan lupa ya like dan komentar! Cerita ini saya lama up bukan cuma karena revisi cerita RAYNOR tapi karena males! Tugas sekolah numpuk segudang! Mana mau kelulusan nantinya! Makin banyak kegiatan! Sepi pembaca dan vote yang makin menurun jadi saya gak semangat! Komentar palingan cuma NEXT, gak semangat saya 😴

Gak maksa sih, tapi cuma minta di semangatin doang sama ayang-ayang Readers!

Dahlah sekian terimakasih! Makin banyak yang komen, bakalan cepet up!

***

Harin menatap sepanjang jalan perumahan dinas TNI AU ini. Rumah dinas yang sama bentuk dan warnanya sepanjang deretan jalan. Mereka telah meninggalkan Pos Provost setelah melapor tentang kedatangan Ashraf dan sang istri. Laporan ini harus dan wajib, tidak boleh tidak melapor tentang kedatangan ini.

Ashraf membelokkan mobil kekiri, cukup lama mengendarai mobil ini akhirnya berhenti pada sebuah rumah sama bentuknya, hanya yang sedikit membedakan ada pohon mangga didepan rumahnya.

Harin membuka pintu mobil, akhirnya berhasil menginjakkan kaki lagi di tanah setelah sekian lama berada di mobil. Harin menghirup sebanyak-banyaknya udara. Segar yang ia rasakan, ia kagum dengan kebersihan dan kerapian rumah dinas tentara ini, sekelilingnya tidak ada sampah plastik sama sekali, hanya ada beberapa helai daun mangga yang telah gugur. Sangat disiplin.

Tapi ada yang aneh menurutnya, rumah disini sama bentuk dan warnanya, kenapa tidak beda bukankah punya sendiri untuk mengubah warnanya, kenapa harus sama? Atau memang harus kompak? Harin menatap suaminya yang tengah menatap rumah dinas miliknya. "Kok rumahnya sama, Om?"

"Namanya juga rumah dinas." jawab Ashraf yang membuka pintu belakang mobil.

"Aneh tau, Om. Kan ini rumah punya lo, kenapa catnya harus samaan? Biar apa coba?"

Ashraf tertawa pelan, ditepuknya pipi Harin. "Ini bukan rumah saya, tapi punya negara."

Harin mengerutkan kening. "Kok ...."

"Cuma numpang tinggal dan harus dijaga." jawab Ashraf seakan menjawab keheranan Harin.

"Ayo masuk." Ashraf menggandeng tangan istrinya. Ia mengeluarkan kunci rumah di dalam tas, membuka pintu dan membawa istrinya masuk.

"Sayang duduk dulu. Saya mau ambil koper."

Harin menjatuhkan tubuhnya di sofa mini rumah dinas ini. Matanya melihat keluar rumah, tampak suaminya mengambil dua koper besar yang terdapat di bagian belakang mobil, menyeret dua koper itu masuk ke dalam rumah.

Koper diletakkan di pinggir sofa dan Ashraf ikut duduk di samping Harin, merentangkan tangannya hingga dapat merangkul sang istri. "Capek, Sayang?"

"Gak usah rangkul gue. Gue gak mau lo ...." Harin tidak jadi melanjutkan kalimatnya bahkan ia menghentikan gerak secara refleks, saat sang suami mencium bibirnya.

"Kamu bicara tidak jelas." ucapnya dengan senyum yang begitu manis.

Plak!

Harin memukul kuat bahu Ashraf, suaminya itu bukannya marah malah terbahak. Matanya menyipit dan kening lebarnya sampai mengerut, Ashraf tertawa sampai suaranya menggelegar dirumah dinas kecil ini.

𝐒𝐎𝐑𝐕𝐀𝐍𝐄𝐓𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang