Rose sedari tadi asik memantau sosial media miliknya. Entah apa yang dilihat gadis itu sampai sang kekasih yang sudah ada dari 20 menit yang lalu sama sekali tidak digubris oleh dirinya. Merasa kesal minghao sengaja meletakan gelas berisi coklat panas miliknya dengan sedikit kasar di mejanya sehingga terdengar bunyi cukup nyaring karena gelas yang berbenturan dengan meja.
"Hati - hatii, Minghao. Tanganmu bisa terluka jika isi coklat itu tumpah dan mengenai tanganmu," berhasil, akhirnya rose meningalkan handphonenya dan mengambil tangannnya, mengeceknya supaya tidak ada luka disana.
"Aku baik, lagian kau sedang melihat apa? Sampai aku diangguri sedari tadi?" Minghao bertanya dengan nada yang sedikit dia buat seperti merajuk.
Rose tertawa dan memeluk pinggang minghao. "Kau kesal? Mian oppa, aku hanya sedang melihat fancam Jisung, karena tiba - tiba saja nama dia viral. Aku kira itu karena apa tapi ternyata karena dia ikut menarikan lagu resonance." Rose bercerita hal yang membuat dia sangat fokus dengan ponselnya itu.
"Sayang sekali kita tidak bisa datang, padahal sangat ingin." Tambahnya dengan bibir yang mengerucut.
Minghao mengusap rambut rose dengan sayang. "Heem, kalo mau kita bisa menyusup saat smtown tokyo nanti."
Ucapan minghao dibalas tonjokan kecil dari rose, "cari mati itu namanya, bagaimana ada rumor nantinya?" Rose bertanya lumayan sewot.
"Yakan aku hanya bilang apa yang ada di dalam otak ku. Ngomong - ngomong Jisung akan langsung flight ke LA ya?" Minghao bertanya.
"Sepertinya besok pagi, kasian sekali adikku itu. Tapi ngomong - ngomong bukannya besok kau ada jadwal? Kenapa masih disini?" Rose bertanya heran, karena setaunya besok minghao memiliki jadwal untuk syuting dengan na PD untuk programnya game carteers.
"Aku bisa menyusul besok, aku ingin menginap disini." Minghao berujar kalem.
"Aku tidak keberatan, tapi bilang dulu kepada manager atau setidaknya Scoups atau Jeonghan Oppa." Rose berpesan agar nantinya para member seventeen tidak mencari sang kekasih.
"Jun-hyung sudah tahu, ngomong - ngomong sepertinya hari ini adalah hari terakhir kita bertemu, sebelum besok jadwalku sudah mulai padat. Aku tak yakin bisa melihatmu setiap hari. Itu sebabnya aku memilih menginap." Minghao berujar.
Rose mengangguk paham. "Tidak apa - apa, penggemarmu pasti sangat ingin bertemu kalian, jangan mengeluh begitu. Bertemu dengan ku bisa kapan saja, tapi comeback dan melihat penggemar itu agak susah." Rose tersenyum yang membuat minghao refleks ikut tersenyum.
"Baiklah, kemari aku belum memelukmu hari ini," minghao merentangkan tangannya dan langsung saja rose ikut berbaring disebelah minghao sambil memeluknya.
****
"Eommaaaa!!" Jisung tersenyum lebar saat sampai diruang tunggu dan ibunya menunggunya dengan bunga ditangannya.
Para member dream yang kebetulan ada dibelakang Jisung ikut membungkuk dan menyapa. "Annyeongasheo Eommaniem."
"Ne, anyyeongasheo. Aku juga membelikan bunga untuk kalian satu - satu, kalian boleh mengambilnya disebelah sana. Maafnya eomma hanya memegang untuk jisung."
"Aish gwencanaa, eomaa sudah repot - repot membawakan ini untuk kami." Renjun tersenyum.
"Ah sebenarnya bunga itu dari noona Jisung, dia menyesal tidak bisa hadir." Jisung yang mendengar itu makin dibuat bersemangat.
"Ahh titipkan salam pada noona eommaniem, lain kali kami ingin bertemu juga." Chenle berujar semangat.
"Pasti, nanti kalo noona jisung sudah tidak sibuk kalian boleh menemuinya." Eomma park tersenyum manis.
"Ah ngomong - ngomong eomma tidak akan lama, kalian harus beristirahat. Jangan terlalu menfonsir kalian ya, usahakan nanti tidur didalam pesawat." Eomma park memberi nasihat.
"Nah kalau begitu, eomma akan pulang sekarang. Sampai bertemu lagi di tokyooo dreamies," Eomma park memeluk satu persatu member dream dan terakhir mencium kening Jisung. Setelahnya eomma park diantar staf keluar. Dan member dream pun disuruh mengikuti staf untuk langsung pulang karena paginya mereka harus flight ke LA.
"Yah, kita harus berpisah lagi. Haechan-hyung, Mark-hyunggg hwaitingggg!!" Jisung memberi semangat sebelum benar - benar masuk kedalam mobil mengikuti yang lain.
Mark yang gemas langsung saja mengacak - ngacak rambut adiknya itu. "Jangan terluka, hyung akan menonton kalian di tv nanti."
"Oke hyung, hyung juga jangan lupa menjaga kesehatan."
Setelahnya Jisung benar - benar masuk kedalam mobil.
"Hapeku ada di hyung tidak?" Jisung bertanya pada Jeno yang sedang mengotak ngatik hpnya.
"Tidak tuh, tadi kan semuanya diambil manager-hyung."
"Manager-Hyung ada di mobil sebelah, jadi hanya aku yang belum mendapatkan handphoneku kembali?" Jisung bertanya dengan nada merajuk.
"Jisung-ah kau tidur saja. Istirahat, memangnya ada apa di dalam handphone mu itu? Besok pagi juga bisa kok main hpnya," Jaemin berujar. Jisung menghela nafas kasar, apa boleh buat. Jisung tidak bisa mendebat Jaemin, jadi akhirnya Jisung pasrah dan menyenderkan kepalanya di bahu Renjun yang kebetulan duduk disebelah kanannya.
"Jisung kenapa tidak menyender padaku saja? Bahu Renjun kan kecil." Ucapan Jeno disambut tabokan tidak terima dari Renjun.
"Cemburu kan kamu, Jisung lebih milih aku." Renjun memeletkan lidahnya kearah Jeno.
"Apaan, enggak tuh, lagian aku kasian sama Jisung nanti tidak nyaman. Kalo bersandar diaku kan lebih enak." Jeno ngeles sambil sedikit memalingkan wajahnya.
"Jangan didengerin Jeno, pundak dia mah otot semua isinya jadi keras gak empuk!"
Dan mobil dreamies pun berjalan didominasi oleh perdebatan Jeno dan Renjun tentang Jisung yang lebih baik bersandar dipundak siapa.
Tbc