Baik Minghao maupun Rose tidak pernah berfikir jauh mengenai hubungan keduanya, mereka hanya menjalaninya. Tidak benar - benar merencanakan sebuah pernikahan apalagi memiliki seorang anak. Namun, sekarang ini mereka sudah memiliki pangeran kecil mereka.
Bayi tampan itu diberi nama Jeongwoo, atau panggil saja baby J.
Saat itu dikediaman Minghao dan Rose cukup ramai orang yang datang, mereka sedang mengadakan pesta kecil - kecilan yang dihadari para member grupnya masing - masing, orang tua Minghao dan Rose juga tentunya beberapa anak 97L juga. Ini sudah sejak dua bulan baby J lahir, mereka baru sempat mengadakan acara seperti ini sekarang ini.
"Baby J mirip sekali dengan Minghao dan Rose,"
Pernyataan Lisa itu disambut tatapan aneh dari Jungkook, "Jika mirip kau dan aku maka itu nantinya akan menjadi anak kita," Ujarnya yang langsung saja disambut oleh cubitan Lisa diperut Jungkook. "Jangan bilang seperti itu jika kau saja belum melamarku," ujarnya lalu berlalu untuk bergabung dengan yang lainnya.
Sementara Mingyu dan Dokyeom yang melihat kejadian itu tertawa ngakak, terutama Dokyeom. "Cepat lamar Lisa kook, sebelum Lisa malah balikan sama Ten-hyung!" Mingyu berujar sambil menepuk bahu Jungkook.
"Kau beruntung bisa menikah dan memiliki anak bersama rose,"
Minghao menoleh, dirinya sedang menggendong baby J sekarang ini, "Kau masih belum move on dari istriku?" Tanyanya langsung.
"Aku bahkan kalah sebelum berjuang, dan lagi pula hubungan ku dan rose bahkan hanya sebagai teman tak lebih,"
Minghao menatap salah satu temannya itu prihatin, "Kau terlalu terpaku pada seseorang yang kau sukai Jae, coba lihat. Aku rasa ada yang menyukaimu sama besarnya seperti kau menyukai istriku,"
Tak lama setelah mengatakan itu, Rose datang dengan memakai gaun terusan berwarna putih tulang, rambutnya diikat ditengah, menambah kesan manis dan elegan di waktu yang bersamaan. "Apakah J menangis?" Rose mencoba mengambil alih gendongan J ditangan Minghao, setelah berpindah dirinya menepuk - nepuk sang bayi, tak lama atensinya teralihkan pada pria yang sejak tadi mengobrol dengan Minghao.
"Oh Jaehyun, apa aku menganggu kalian berdua?"
Jaehyun menggeleng sambik tersenyum, menampilkan dimple yang dimilikinya. "Tidak kok, aku hanya sedang bernostalgia dengan Minghao,"
Rose menggangguk paham, tak lama Jennie datang dan mengajak Rose untuk bergabung dengan para wanita, karena mereka ingin melihat baby J secara lebih jelas. "Kalian lanjutkan saja ya, aku di gazebo bersama yang lain." Setelahnya Rose berlalu mengikuti Jennie menuju tempat berkumpulnya para wanita.
"Aku rasa sebaiknya kita juga bergabung dengan yang lain,"
*****
"Banyak sekali hadiahnya," Minghao yang baru saja selesai mandi bergabung dengan Rose yang sedang membereskan hadiah dari teman - temannya.
"Hm, banyak sekali. Sepertinya kita butuh waktu untuk membuka ini semua," Rose berujar yang diangguki oleh Minghao.
"J sudah tidur?"
"Baru saja, aku baru memberinya asi barusan dan dia sudah tidur dengan lelap,"
Minghao mengangguk paham, "Apa kau bahagia?" Tanyanya tiba - tiba.
Rose yang sedang memisahkan antara kado besar dan kecil sontak terhenti, memincing menatap kearah Minghao yang dudum dikasur. Posisinya dia lesehan di karpet bulu kamar mereka. "Pertanyaan macam apa itu? Aku tentu bahagia, sangat bahagia."
"Syukurlah, jadi bukan hanya aku yang bahagia dengan pernikahan ini. Rasanya seperti mimpi, tapi aku sadar, kau ada disini berarti kau nyata. Begitupun dengan J."
Rose tersenyum geli, "Aku jadi ingat pertama kali kita bertemu, itu sangat awkard."
"Apa itu saat Left and Right? Atau Home Run? Lagi pula kenapa juga kau bisa masuk ke toilet pria? Untung saja waktu itu hanya ada aku." Minghao ikut terkekeh mengingatnya.
"Ah, aku merasa sangat malu jika mengingatnya lagi." Rose cemberut, kali ini dia ikut duduk dikasur. Tapi tak lama kemudian mereka malah berbaring sambil melihat kearah platfom kamar mereka.
"Harusnya aku yang bilang seperti itu, kau melihat ku sedang buang air dengan posi--,"
Ucapan Minghao terpotong karena tiba - tiba saja tangan milik Rose sudah membungkam mulutnya. "Jangan membahas itu, itu sangat memalukan. Mataku hampir ternodai kau tau?!!!"
Minghao tertawa ngakak setelahnya. "Tapi jika dipikirkan ekspresi muka kita saat itu sangat lucu. Ah, setelahnya banyak sekali kebetulan - kebetulan yang terjadi. Dari bertemu di kafe, kelas melukis yang sama, bahkan mobil mogok. Hal - hal itu tanpa sadar membuat kita menjadi dekat,"
Pikiran Rose melayang ke masa yang disebutkan Minghao tadi. Benar mata Minghao, pertemuan mereka terjadi atas ketidaksengajaan. Tapi hampir setiap momen pertemuan mereka adalah ketidaksengajaan, saking seringnya mereka akhirnya menjadi teman lalu berkencan. "Kau ingat kau pernah menyebutku pembohong,"
Minghao menyerit heran. "Maksudmu?"
"Saat pertama kali aku bilang jika Park Jisung adalah adikku, kau bilang aku adalah seorang fangirl yang sedang Halu." Rose menceritakannya sambil kesal.
Minghao membalikan posisi tidurnya menjadi miring, menghadap kearah Rose yang masih menatap langit - langit kamar mereka. "Yaa habisnya sangat tidak masuk di otakku saat itu, tapi pada akhirnya aku percaya kan kalau jisung adalah adikmu."
"Ya, tapi aku harus menujukan bukti dulu padamu saat itu,"
"Omongan tanpa bukti hanyalah omong kosong." Minghao kembali mengeluarkan kata yang membuat rose skak.
"Haaahhh terserahlah." Rose membalikan posisi tidurnya menjadi memunggungi Minghao, Minghao yang melihat Rose terlihat kesal hanya terkekeh geli, rose sangat mengemaskan ketika sedang marah. Maka dengan perlahan dirinya mempersempit jarak keduanya dan memeluk Rose dari belakang.
"Kenapa jadi kesal hm? Kita kan niatnya mengenang masa lalu dengan bahagia, bukan dengan kesal seperti ini."
Rose merenung, benar juga. Tak lama Rose kembali membalikan posisi tubuhnya, sekarang mereka berdua sudah berhadapan, posisinya tangan Minghao masih setia memelum Rose. "Maaf," Rose menenggelamkan kepalanya di dada bidang Minghao. Satu tangan Minghao mengusap sayang rambut blonde Rose.
"Ingin melakukan sesuatu yang menyenangkan? Ini sudah dua bulan lebih sejak kau melahirkan," Minghao berbisik tepat di samping kuping milik Rose, Rose yang mendengar perkataan Minghao sontak memerah, tapi dia tetap tersenyum yang diartikan Minghao sebagai lampu hijau.
Tanpa ba bi bu Minghao mulai berguling, menindih tubuh mungil Rose dan membawa tangannya di sisi wajahnya. Memiringkan wajahnya dan mengecup bibir pink Rose yang terlihat sangat lezat di matanya saat ini.
Saat ciuman minghao akan turun ke leher, aktivitas keduanya harus berhenti karena tiba - tiba saja baby J menangis dengan keras, hal itu sontak saja langsung membuat keduanya kelabakan, menjauhkan badannya masing - masing.
Oke guys, ingatkan mereka bahwa sekarang mereka sudah memiliki buntut.
.
.
.Dah yaaa yang penasaran awal mula pertemuan Minghao sama Rose wkwkwk
Jangan lupa cek ceritaku yang lain:))