71. Gengsi (part lengkap)

392 14 0
                                    

Suara kamera fotografer mengiringi beberapa gerakan pose romantis mereka berdua, Dee yang meminta untuk memfoto mereka berdua sebagai kenangan untuk pernikahannya karena selama ini ia tak pernah mengabadikan foto romantis menggunakan gaun pernikahan, karena mereka menikah secara terpaksa dan mendadak karena itulah dia ingin mengabadikan moment tersebut pada hari ini, meskipun jaya menolaknya namun apa dayanya jika istrinya itu merajuk kepadanya sehingga membuatnya mau tak mau ia harus menuruti kemauan istri tercintanya

Selesai pemotretan bersama sang suami, kini Dee bergabung dengan keluarga besarnya yang sedang berkumpul di sana, papanya dan pamannya sedang mengobrol bersama .

"Aku gak nyangka bang, ternyata jaya itu menantu Abang" ucap pram kepada kakanya,Hartono hanya mengangukan kepalanya menangapi ucapan adiknya

"Padahal aku berencana menjodohkannya dengan putriku Mega, tapi ternyata dia adalah suami keponakan ku"ucapan itu membuat Hartono terkejut dengan niat adiknya itu, seandainya hari ini gak terjadi, apa jadinya jika perjodohan Mega dan jaya benar terjadi, lalu bagaimana perasaan putrinya yang saat itu mungkin sangat hancur, sedangkan dia gak pernah menyetujui pernikahan mereka meskipun waktu itu ia sendiri yang menuntut pria itu untuk mengakui anak yang dikandung putrinya.

Pram menepuk pundak abangnya "kenapa Abang gak menyukainya, menurut ku kalau masalah segi ekonomi itu masih bisa di atasi dengan mengajarinya berkerja di kantor Abang,dan apakah Abang tau betapa cerdiknya dia di bidang bisnis, saya saja sangat takjub dengan keahlian dia dalam mengurus berkas yang cukup sulit di tangani namun dengan cekatan ia mengerjakannya berkas itu secara cepat dan tepat waktu" ucapnya menatap abangnya yang keras kepala itu "seharusnya Abang sangat beruntung Dee memiliki suami sehebat dan sangat bertanggung jawab seperti dia" sambungnya lalu meninggalkannya bergabung dengan istrinya dan juga anaknya yang terdiam dengan raut wajah datar namun dia bisa mengetahui pikirannya, karena ia tahu bahwa putrinya itu memiliki rasa pada jaya, ia sendiri sangat terkejut dan ada rasa sedikit kecewa bahwa selama ini ternyata mereka memiliki hubungan yang sah di mata agama namun mereka begitu pandai dalam menyembunyikan semua itu di tempat umum.

Dee berjalan menemui mamanya yang sedang mengobrol santai dengan  Tante nirwana istrinya paman Pram,

"Hey sayang, dimana suamimu" panggilnya saat melihat Dee berjalan menghampirinya

Dee tersenyum "itu di sana" tunjuknya kepada jaya yang duduk santai sembari memakan hidangan di meja,sebenarnya Dee mengetahui bahwa dia terlihat sangat jenuh dan gak biasa dengan tempat seperti ini, ia sedikit melirik ke arah Mega yang enggan untuk menatapnya, namun ia ingin memberi waktu sepupunya itu untuk berfikir jernih baru ia bisa menjelaskan semua kepadanya.

"Kok gak di ajak ke sini" tanya tante nirwana yang tersenyum manis kepadanya.

Dee membalas senyuman tantenya dengan ramah"enggak Tante, sebenarnya Dee ke sini itu mau pamit ke atas, dan beristirahat sudah seharian aku gak bisa duduk tenang dan kini saatnya aku untuk beristirahat" jelasnya menatap mereka semua satu per satu.

Anton datang saat mendengar perkataan adiknya "Halah gak usah bicara istirahat, bilang saja mau berduaan di kamar biar gak ada yang ganggu dan gak tidur semalaman" ledek Anton membuat pipi Dee bersemu merah menahan malu

"Anton, jangan ledek adikmu, biarinlah dia bersenang-senang dengan suaminya apalagi sudah lama tak bertemu," bela mamanya sembari memeluk putrinya.

"Sirik aja, mending kakak cepetan menikah deh, dari pada kerjaannya  godain adiknya terus yang gak ada bosan-bosannya sama sekali" teriaknya tertahan, Anton hanya cengengesan saat mendengar perkataan adiknya itu.

Tiba-tiba jaya bergabung dengan mereka semua dengan sedikit menyunggingkan senyuman  di bibirnya.

" Bu saya mau pamit pulang ke rumah, apalagi ini sudah malam dan besok saya harus kembali bekerja" pamitnya tak enak kepada mereka semua, Dee sangat terkejut mendengar ucapan yang keluar dari mulut jaya

"Apa apaan sih kamu" sahut Dee cepat menatap tak percaya dengan apa yang di katakan pria itu.

Herlina menyadari rasa kecewa Dee di manik matanya " kamu tinggal di rumah ini saja nak, ini juga rumah kamu" ucapnya menenangkan menantunya itu.

"Tapi Bu..." Belum sempat jaya menyelesaikan ucapannya pak Hartono menghampirinya dan menepuk pundak jaya "kamu tinggal di sini dulu, nanti kalau kalian berniat punya rumah sendiri ya gak apa, tapi kali ini papa mohon kalian tidur di rumah ini" jelasnya menatap menantunya itu yang kini sudah berkeringat dingin dan tak berani menatapnya.

Tak banyak kata Dee langsung mengeret jaya ke atas menuju kamarnya tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka berdua.

Kini mereka berdua sudah berada di kamar Dee, sedangkan jaya langsung ke kamar mandi untuk berganti pakaian setelah Dee mengambil baju ganti milik kakaknya di kamarnya, ia keluar dari kamar mandi dan melihat istrinya yang sedang kesusahan membuka resleting di belakang gaun yang di pakainya.

Pria itu tersenyum menatap istrinya yang sedang frustasi karena tanganya gak mampu menggapai puncak resleting gaun yang dikenakan, jaya melangkah pelan lalu mengambil alih resleting itu dan menggerakkan ke bawah, namun ia meneguk ludahnya saat matanya tak sengaja melihat punggung milik Dee yang putih mulus  yang langsung membuat juniornya langsung menegang, astaga jaya sadar, istrimu lagi marah padamu mana mungkin dia memberikanmu jatah malam ini, batin jaya bergejolak menahan gairahnya yang mulai memuncak malam ini.

Selesai membuka resleting Dee, ia langsung beranjak ke ranjang untuk membaringkan tubuh lelahnya, hingga tak terasa ia terlelap ke dalam mimpi, namun ia terbangun saat merasa gerakan di sampingnya dan sedikit melihat ternyata Dee baru saja selesai mandi, wanita itu mengenakan kaos tipis tanpa bra karena dadanya terlihat sangat menonjol di tambah panties  yang di gunakan sangat lah pendek sehingga memperlihatkan paha jenjangnya yang mulus dan bersih terawat.

Terlihat Dee sedang membaringkan tubuhnya dan melihat ke arah suaminya yang sudah tertidur, ia tidur membelakanginya, namun saat ia akan memejamkan matanya, tepat tidur di sampingnya terus bergerak gelisah sehingga membuat Dee membalikan tubuhnya, ia langsung terkejut saat melihat jaya sedikit menoleh ke arahnya dengan keringat di dahinya yang membasahi wajahnya.

"Kamu kenapa" tanyanya khawatir sembari memegang dahi pria itu.

Matanya tak sengaja melihat ke celana kolor yang di pakai suaminya, celana itu terlihat mengembang dan menyembul membuatnya sedikit tertawa pelan, namun pria itu masih enggan untuk membuka suaranya, membuat Dee kembali menata selimutnya.

"Ya udah kalau gak mau jawab, aku melanjutkan tidur lagi, nanti kalau butuh sesuatu jangan sungkan membangunkanku" ucapnya sembari membaringkan tubuhnya di samping suaminya.

Jaya menatap punggung Dee " kenapa sih kamu selalu membuatku menjadi gila seperti ini, padahal baru kemarin aku menyentuhmu tetap kenapa sekarang pengen lagi" ucapnya lirih "sadar jaya sadar,istrimu lagi marah denganmu mana mungkin dia mau memberikan jatah untukmu malam ini, jadi kamu juga harus bersabar jangan menyiksaku kayak gini" ucapnya pelan kepada dirinya sendiri

Sedangkan Dee hanya menyunggingkan senyumnya di bawah selimut tebal yang membungkus tubuh rampingnya, setelah terbangun dari tidurnya Dee memang gak bisa memejamkan matanya apalagi tidur lagi  setelah melihat keadaan suaminya yang menahan gengsinya untuk meminta jatah kepadanya sehingga membuatnya sekarang pura-pura tidur membelakanginya.

Married With Office Boy (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang