Sebuah mobil berjalan dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah sakit, di dalam mobil itu terlihat Dee sedang menangis memangku tubuh lemas jaya yang sudah tak sadarkan diri, stelan kerja yang tadi di pakainya kini sudah berlumuran darah.
"Pak lebih cepat lagi" ucap Dee dengan sedikit sesengukan kepada seorang pria paruh baya yang tadi datang menolongnya hingga Dee meminta tolong kepada pria itu untuk mengemudikan mobilnya dan mengantarkannya ke rumah sakit terdekat.
"Iya mbak, sabar ya. Ini juga sebentar lagi sampai" jelasnya dengan sedikit menambah laju kecepatan mobil.
Sesampainya di rumah sakit, Dee keluar dan meminta pertolongan kepada perawat agar segera membawa suaminya ke ruangan untuk segera di tangani oleh pihak medis.
Jaya sedang di periksa oleh dokter dan beberapa perawat di UGD , terlihat dari luar suaminya kini tergeletak tak berdaya di sebuah ranjang rumah sakit, Perawat sedang membersihkan darah dan melihat beberapa luka tembak di punggung, hingga mereka sedikit berembuk.
Lalu tak lama kemudian dokter keluar dari UGD dan menghampiri Dee.
"Maaf, pasien harus segera di operasi untuk mengambil beberapa peluru di punggungnya, jadi mbak berdoa dan berikhtiar, semoga pasien bisa kami selamatkan karena punggung pasien penuh dengan peluru jadi kami perlu waktu lama untuk operasi dan silahkan urus biaya administrasinya terlebih dahulu"
Dee hanya bisa mengangguk, karena bibirnya kini tak mampu berkata apa-apa setelah mendengar penjelasan dokter tentang tembakan yang begitu banyak dengan keselamatan yang bisa di bilang 20% itu membuat Dee tak mampu menopang tubuhnya hingga kini dia terduduk di kursi tunggu rumah sakit. Ia harus bisa menuju ke ruang administrasi agar suaminya di tangani dengan cepat.
Setelah selesai mengurus biaya adminitrasi, ia berjalan linglung dengan membawa surat persetujuan. Namun ia melihat kedua orang tua jaya berjalan tergesa-gesa membuat ia menghampiri mereka berdua untuk sekedar menyapa dan memberitahu keadaan jaya.
Plakkkkkkk
Bukanya mendapat sambutan untuk menenangkan hatinya yang kalut. Malah Dee mendapat satu tamparan di pipinya dari ibu mertuanya, ia tahu sekarang pasti semua orang akan menyalahkannya karena dirinya jaya menjadi seperti ini.
"Ini semua itu gara-gara kamu, seandainya putraku tak mengenalmu dia gak akan terbaring tak berdaya di ruang operasi" ucapnya dengan air yang mengalir deras di pipinya,
Dee hanya bisa menangis, "maaf Bu, aku juga nggak tau kenapa tiba-tiba ada orang yang menembaknya, padahal selama ini kami tak pernah memiliki hubungan buruk dengan semua orang" jelasnya tak berani menatap kedua mertuanya itu.
"Omong kosong, ini semua berasal dari pihakmu, dan putraku yang terkena imbasnya" ucapnya lirih dengan tersedu-sedu.
"Kenapa kamu menikah dengan wanita yang berbeda dengan kita nak, apa yang ibu takutkan sekarang benar -benar terjadi, padahal ibu hanya ingin yang terbaik untuk masa depan dan kehidupanmu" lirihnya menatap jaya yang kini sedang di pindahkan menuju ruang operasi.
Pak Sulaeman menghampiri Dee yang hanya bisa terdiam dan menangis tak berani mendekat ke arah ibu mertuanya yang sedang begitu murka terhadapnya.
"Kamu pulang aja, jaya pasti gak suka melihat keadaanmu seperti ini dengan pakaianmu yang berlumuran darah" Dee menggelengkan kepalanya. "Dee di sini aja, dan menemani jaya" sahutnya lirih.
"Jangan seperti ini, ayah anterin pulang ya dan istirahat di rumah nanti kalau keadaan kamu sudah tenang kamu bisa ke sini lagi" jelasnya memberi pengertian menantunya.
Dan lagi-lagi Dee menggelengkan kepalanya, namun tiba-tiba matanya berkunang-kunang dan kepalanya pusing seperti berputar putar hingga membuat tubuhnya linglung dan terjatuh tak berdaya di pelukan ayah mertuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Office Boy (SELESAI)
RomanceBab yang sudah di revisi ada di karya karsa. Deana Araminta Wijaya, wanita mandiri yang berprofesi sebagai manejer sekaligus dosen di kampus swasta ternama di jakarta,Ia terpaksa harus menikah dengan seorang office boy di perusahaannya bekerja,karen...