Bab 5 - Appartemen Jonathan

2.9K 138 6
                                    

Kaina dan seisi kelasnya menggerutu sebal. Sudah satu jam menuggu di kelas namun dosen mata kuliah sosiologi hukum mengabari tidak bisa datang dan malah memberi tugas yang harus dikumpulkan besok pagi. Itu sangat mendadak, bahkan mereka juga belum punya buku nya.

"Kamu udah ada bukunya?" tanya Kaina pada Melviano yang sibuk menggulir layar ponsel.

Melviano menggeleng meskipun tidak mengalihkan pandangan. "Belom lah."

"Mau nyari bareng gak?"

"Duluan aja deh, gue mau rapat. Paling nanti malem baru cari buku."

Kaina mendengus, Melviano si mahasiswa kura-kura semakin sibuk sekarang. "Sekarang tiap diajak nugas bareng bilangnya rapat mulu, kaya mau jadi DPR aja." cibirnya.

Hal itu mengundang gelak tawa Melviano. "Sewot aja lo! Makanya cari pacar biar ada temen nugas. Jangan ke gue mulu."

"Buat apa pacaran kalo cuma buat temen nugas?"

"Halah banyak alesan! Bilang aja lo gak ada yang deketin."

"Dih sok tau jadi orang!" sahut Kaina.

"Yaudah, kalo ada buruan pacaran sana! Jangan ngenes mulu tiap hari sendirian!"

"Ogah lah! Kenapa nyuruh-nyuruh?!"

"Lah kenapa ogah? Bilang aja gak ada yang mau sama lo. Galak sih!" olok Melviano kemudian laki-laki itu langsung kabur daripada mendapat umpatan.

Kaina berang, ia mengepalkan tangannya ke udara. "Enak aja tuh mulut! Aku cuma terlalu mahal ya buat dimiliki!"

"Biar saya nabung kalo gitu."

Kaina sontak menengok ke belakang mendengar suara berat tersebut. Ternyata pelakunya adalah Jonathan.

"Hehe, Pak Jo." cengir Kaina setengah malu. "Sejak kapan dibelakang saya?"

"Sejak kamu keluar lift." balas Jonathan disela senyuman. Keduanya berjalan beriringan keluar dari gedung fakultas. "Kamu mau pulang?"

Kaina menggeleng. "Belum Pak. Masih mau ke toko buku."

Jonathan membeo sejenak. "Nyari buku apa emangnya?"

"Sosiologi hukum. Buat tugas nya Pak Nafi."

"Yang kaya gimana bukunya?"

Kaina mengotak-atik ponsel sebentar lalu menunjukkannya pada Jonathan. "Kaya gini Pak. Katanya sih udah langka bukunya."

Jonathan mengangguk setuju. "Emang, itu buku lama jadi lumayan langka. Saya ada bukunya."

"Beneran Pak?" Kaina berbinar. Kalau di Jonathan ada, kan ia tidak perlu repot-repot mencari.

"Beneran, Na." Jonathan mengusap tengkuknya sembari menunjukkan cengiran. "Tapi besok saya ada seminar di luar kota 2 hari, dan bukunya mau saya bawa."

"Yahh.." desah Kaina kecewa. "Tugasnya dikumpul besok pagi, Pak."

Kaina berpikir sejenak mencari solusi. "Oh atau gini. Sekarang bukunya saya ambil ke appart bapak, terus nanti malem kalo udah selesai saya balikin lagi. Gimana?"

Tanpa pikir panjang Jonathan mengangguk. "Boleh. Berarti kamu ikut saya pulang?"

Kaina menyengir. "Iya, nebeng ya Pak."

***

Hujan turun begitu lebat ketika Kaina baru saja duduk di sofa ruang tamu Jonathan. Otomatis hal itu membuatnya ketar-ketir, bagaimana pulangnya nanti?

Menangkap ekspresi resah Kaina membuat Jonathan tertawa. "Kalo masih ujan disini dulu aja gapapa, Na. Saya gak akan usir kamu kok."

Reflek Kaina menetralkan ekspresi nya. "Bukan gitu Pak, tapi rencana saya tadi langsung balik buat ngerjain tugas."

OUR LECTURER - Mr.JoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang