Niat hati Kaina masih ngambek karena pertengkaran semalam, namun apa daya Jonathan terus memaksa agar mereka berangkat ke kampus bersama. Pria itu mengancam akan mengalpha sekelas kalau Kaina menolak.
Jadilah sekarang Kaina ada disini, di dalam mobil Jonathan yang baru saja sampai didepan kos nya. Kaina menghadap lurus ke depan, enggan sekali menatap Jonathan.
"Kamu masih marah ya gara-gara kemaren?" tanya Jonathan sambil meneliti ekspresi Kaina.
Tak mendapat jawaban, pria itu bergerak mengambil tangan Kaina dan menciumnya. "Maaf.. Omongan saya bikin kamu sakit hati. Gak seharusnya saya ngomong gitu."
Jonathan menarik tubuh Kaina kedalam dekapan, lalu membawa tangan Kaina ke pipinya. "Kalo kamu mau nampar saya boleh. Saya rela asal kamu gak diemin saya terus."
"Saya cuma mau minta satu hal." ujar Kaina, memposisikan dirinya sebagai mahasiswi bukan kekasih Jonathan.
"Apa?"
"Bapak diem. Daritadi ngomong terus gak berangkat-berangkat, yang ada saya telat mata kuliah!" ketus Kaina.
"Itu kamu, kalo saya ya terserah."
Kaina mendengus. Iya juga ya, kan Jonathan dosennya jadi terserah mau dia terlambat atau tidak masuk sekalipun, tidak ada yang protes.
"Oh iya!" Jonathan seperti teringat sesuatu, kemudian mengambil paperbag di kursi belakang. Pria itu mengeluarkan isinya untuk ditunjukkan pada Kaina.
"Saya buatin ini buat kamu, sebagai permintaan maaf." ujarnya dengan nada serta ekspresi memelas. Kalau begini, Kaina benar-benar melihat Harsa dalam diri seorang Jonathan. Sangat menggemaskan.
Kaina jadi tertarik untuk membuka kotak makan berwarna pink polos tersebut. Sontak saja ia menahan tawa ketika melihat, isinya adalah sandwich yang lebih mirip seperti hasil praktek memasak Harsa.
"Jangan terkecoh sama bentuknya, tapi fokus aja sama rasanya. Enak kok, saya buatnya dengan sepenuh hati."
"Dapur kamu gak kebakaran kan waktu buat ini? Appart kamu aman kan, Mas?" Lagi-lagi Kaina tak bisa menahan tawa ketika menanyakan hal itu.
Bagaimana Kaina bisa terus-terusan marah kalau tingkah pria ini terlihat lucu di matanya? Pria dewasa yang sebetulnya masih butuh sosok perempuan di hidupnya.
Jonathan mendadak ikut menahan tawa dan kesal secara bersamaan melihat tingkah Kaina. "Jangan ketawa, Na. Cobain dulu!"
"Iya, iya." Kaina mengalah dan memakan satu potong sandwich tersebut. Memang benar dengan istilah jangan menilai dari covernya, meskipun terlihat berantakan tapi rasanya masih masuk di akal.
"Gimana? Enak?"
"Not bad," komentar Kaina sambil manggut-manggut. "But not good."
Bibir Jonathan yang semula tersenyum langsung mengerucut. Kaina membuat terbang kemudian menjatuhkannya begitu saja.
"Bercanda, enak kok."
"Kalo gitu kasih saya hadiah!" Jonathan membuka tangannya lebar-lebar, ingin dipeluk oleh Kaina.
Tak ingin urusannya semakin panjang, Kaina memeluk Jonathan sembari mengusap punggung lebar pria itu. Meskipun sederhana yang penting usahanya.
"Udah kan? Ayo berangkat."
Jonathan mengerling nakal. "Apa kita balik ke appart aja? Gak usah ke kampus."
"Jangan ngada-ngada deh, Mas! Ini yang lain udah di kelas loh." kesal Kaina. Sudah dandan rapi masa iya tidak jadi berangkat.
Sebetulnya boleh saja sih, lagi pula hari ini kelas Kaina hanya ada satu mata kuliah yaitu ilmu hukum yang diampu Jonathan. Tapi tetap saja, effortnya bangun pagi jadi sia-sia kalau tidak jadi kuliah.
"Yaudah deh, kita berangkat. Tapi nanti pulangnya ikut saya ke appart ya?"
"Ngapain?"
"Ciuman sampe gak bisa napas!" Jonathan mendengus setelah mengatakan itu. Masa iya perlu dijelaskan apa tujuannya? Jonathan rasa Kaina sudah tau, hanya saja memancingnya untuk mengatakan dengan gamblang.
Jonathan menjalankan mobilnya menuju kampus. Perjalanan yang harusnya dua puluh menit, menjadi tak sampai lima belas menit karena Kaina menyuruhnya ngebut. Katanya sudah terlambat.
"Aku turun di gerbang depan aja." ujar Kaina ketika mobil Jonathan sudah mendekati area kampus.
"Kenapa? Jauh loh dari gedung fakultas."
"Gakpapa, daripada jadi omongan nanti."
"Peduli banget kamu sama omongan orang." Jonathan tak menggubris permintaan Kaina dan tetap menjalankan mobilnya sampai depan gedung fakultas.
Jelas saja itu mengundang protesan Kaina. "Tuh, gedung lagi rame Mas! Kalo ada yang liat pasti mereka mikir yang macem-macem."
"Kalo ditanya, bilang aja tadi ketemu di jalan terus saya ajak bareng. Kalo gak ditanya, yaudah biarin aja."
Akhirnya Kaina menghela napas pasrah. Ia turun bersamaan dengan Jonathan dan benar saja, semua atensi langsung tertuju padanya. Jonathan juga menyadari hal itu, sehingga memilih berjalan mendahului Kaina.
"Cepetan jalannya! Kamu udah telat malah nyantai. Coba kalo gak saya kasih tumpangan, yang ada kamu baru dateng waktu kelas udah selesai!" ujar Jonathan dengan keras, sehingga menimbulkan bisik-bisik dari mahasiswi yang melihatnya.
Terserah kalau mereka menilai Jonathan jahat karena memarahi Kaina didepan umum, yang penting bukan Kaina yang mendapat gunjingan.
Sampai di kelas, semua orang memandang Kaina penuh tanya karena datang terlambat bersama Jonathan, namun tidak dengan Melviano yang sudah mengetahui hubungan keduanya. Laki-laki itu sudah menduga kalau mereka berangkat bersama.
"Lain kali jangan diulangi. Kamu penanggungjawab mata kuliah, harusnya tidak boleh sampai terlambat." ujar Jonathan dingin sembari melihat kearah Kaina yang sudah duduk disamping Melviano.
Kaina hanya mengangguk. "Iya, Pak."
Melviano sontak saja mendengus melihat drama itu. "Kalian berdua pantes dapet piala Oscar."
"Husttt, diem deh!" sentak Kaina karena Jonathan sudah siap memulai kelas.
Jonathan membuka perkuliahan dengan berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing, kemudian sedikit menyentil materi minggu lalu karena berhubungan dengan materi minggu ini. Pria itu melempar pertanyaan dan beberapa mahasiswa menjawabnya berdasarkan catatan yang dimiliki.
Merasa cukup dengan materi minggu lalu, Jonathan beralih ke materi baru. Awalnya pria itu menjelaskan secara lisan, kemudian menuliskan poin-poin pentingnya di papan tulis agar bisa dicatat oleh mahasiswanya.
Saat sedang sibuk menulis, tiba-tiba Jonathan berhenti sejenak untuk membuka kancing lengan kemeja dan menggulungnya hingga perbatasan siku. Pria itu takut kalau bagian pergelangan tangan nya terkena noda spidol yang menempel di papan.
Namun Jonathan tak sadar kalau aksinya itu membuat salah fokus, karena otot lengan bawahnya terekspos begitu saja. Bukan hanya Kaina yang salah fokus, tapi hampir seluruh mahasiswi nya. Bahkan Lena dan Keyla yang ada didepan Kaina, langsung terlihat segar setelah ngantuk-ngantuk.
"Body nya Pak Jo diliat-liat oke juga." bisik Lena sambil sedikit menengok ke belakang, sehingga Kaina dan Melviano juga bisa mendengar.
"Iya, cocok jadi sugar daddy. Dia udah nikah belom ya?" imbuh Keyla.
Lena mengendikkan bahu. "Kalo pun udah nikah, gue tetep mau jadi sugar baby nya. Liat aja tuh modelannya, mau kepala tiga tapi masih gagah."
"Heem.. gagah perkasa, jadi pengen ngeremes!" sahut Melviano yang membuat Lena dan Keyla bergidik ngeri dan enggan melanjutkan pembicaraan mereka. Takut Melviano keterusan jadi gay beneran.
Sementara Kaina merasa dongkol setengah mati dalam hati, karena tak rela asetnya menjadi konsumsi publik. Rasanya ingin maju sekarang juga untuk menurunkan lengan kemeja Jonathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR LECTURER - Mr.Jo
FanficBermula dari pertemuan tidak sengaja hingga membuat mereka terjebak dalam rumitnya hubungan beda usia. Siapa sangka, seorang pria yang Kaina temui di bar adalah dosennya. Sebab pertemuan yang intens, membuat mereka saling terbiasa satu sama lain. H...