Bab 18 - Petunjuk Kedua

1K 85 0
                                    

"Nanti saya transfer DP nya, Bu." ujar Kaina.

"Iya Mbak cantik. Seluang nya aja gakpapa."

Karena tak ada jam mata kuliah hari ini, Kaina kembali mengunjungi tempat Bu Yuli. Ia datang bersama Jonathan itung-itung meminta pertimbangan dan ternyata pria itu setuju. Katanya disana cukup strategis, karena belum banyak cafe jadi tak banyak pesaing.

"Lalu untuk renovasi nya dapat dimulai kapan, Bu?" tanya Jonathan.

"Setelah ini saya laporkan ke pemiliknya, Pak. Agar dicarikan tukang dan renovasi nya segera dilakukan."

Jonathan sedikit tak nyaman dengan panggilan Bu Yuli namun ia menutupinya dengan senyuman. "Tolong diusahakan selesai dalam seminggu kedepan ya, Bu. Karena kita mau memasukkan barang-barang juga kesini."

"Baik Pak. Saya usahakan."

"Kalau begitu saya permisi dulu Bu. Terimakasih atas bantuannya." pamit Kaina lalu menyalami tangan Bu Yuli, disusul dengan Jonathan.

"Sama-sama Mbak Cantik dan Bapak."

Kaina dan Jonathan kembali ke mobil yang terparkir tak terlalu jauh. Sesampainya didalam, Jonathan mendengus disela kegiatannya memasang sabuk pengaman.

"Sama kamu manggil 'Mbak Cantik', sama saya manggil 'Bapak'. Memang saya setua itu dimata dia?"

Kaina sedikit tertawa dan mengusap lengan Jonathan. "Paling karna Mas keliatan lebih dewasa dari aku, jadi Bu Yuli sungkan."

"Sungkan ya sungkan, Na. Tapi jangan ngatain dong! Panggil Mas kan bisa. Itu juga sopan."

"Sensitif banget kamu Mas masalah panggilan!" ledek Kaina sembari mengelus pipi Jonathan.

Namun Jonathan enggan menanggapi. Pria itu menyalakan mobilnya dan langsung tancap gas menuju toko furniture yang cukup lengkap.

***


Sampai di toko furniture yang dimaksud keduanya langsung mendatangi tempat meja bar. Kaina sengaja mencari meja yang ukurannya tidak terlalu besar, mengingat ukuran tempat yang minimalis.

"Yang ini gimana Mas?" tanya Kaina pada Jonathan ketika melihat meja bar dengan warna hijau dan coklat.

"Yang ini gimana Mas?" tanya Kaina pada Jonathan ketika melihat meja bar dengan warna hijau dan coklat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jonathan menelitinya sejenak. "Emang gak kurang besar buat mesin kopi dan peralatan lainnya?"

"Menurut aku, gak sih Mas. Soalnya aku mempelajari dari tempat kerja kemaren, kalo menu lebih baik dibuat di dapur daripada di depan. Kalo di depan itu lumayan nyusahin karena alat-alat nya harus rapi terus, gak bisa berantakan."

"Oh begitu.. ada benarnya juga sih. Terus ini etalase memang kamu perlu?"

"Kalau itu pesenannya Sekar. Dia bilang, karena ini coffee shop jadi harusnya lebih banyak jual dessert daripada makanan berat."

OUR LECTURER - Mr.JoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang