Ctak
Jonathan meletakkan beberapa cup minuman dan donat yang ia bawa disebuah meja kecil. Matanya mengedar ke sekeliling melihat tempat baru itu.
"Naaaa!" panggilnya lumayan keras sambil mendongak keatas karena mengira Kaina berada di lantai dua.
Namun ternyata perempuan itu keluar dari arah dapur. "Mas, aku disini!" ujarnya menghampiri.
Jonathan tersenyum dan membawa tubuh Kaina kedalam dekapannya. "Saya kira kamu diatas."
"Gak, aku di dapur sama yang lain."
"Yang lain? Ada siapa aja emang?"
"Sekar sama tiga temennya. Yang satu, barista yang kemaren aku ceritain."
Jonathan membeo. "Kamu sudah makan?"
"Udah tadi pulang kampus."
"Makan siang dong berarti?"
Kaina mengangguk enteng, karena memang tidak merasa lapar setelah makan siang tadi. "Sekarang belom pengen makan."
"Mana mungkin Na? Terakhir makan tadi siang, harusnya sekarang sudah lapar."
"Mungkin gara-gara sibuk Mas jadinya gak laper."
"Jangan begitu!" tegur Jonathan kemudian tangannya mengusap kepala Kaina penuh kelembutan. "Meskipun sibuk tapi kamu harus inget makan, biar gak sakit. Jangan terlalu sibuk menyiapkan semuanya sampe lupa makan. Kalau kamu sakit, persiapan kamu bakal tertunda juga." omelnya.
Melihat tak ada respon dari Kaina membuat Jonathan geregetan sendiri. "Ck! Saya jadi gak suka lihat kamu sibuk kalau gini caranya."
Kaina hanya menunduk lesu menyesali perbuatannya—ah tidak, ia menyesal karena menceritakannya. "Jangan marah Mas. Nanti habis ini kita makan bareng ya."
"Gak. Saya sudah marah sama kamu!"
Kaina sontak mendongak menatap Jonathan, memastikan apakah pria itu benar-benar marah.
"Peluk dulu biar gak marah lagi." lanjutnya.
Seketika senyuman Kaina mengembang dan langsung memeluk tubuh tinggi Jonathan. Tangan mungilnya mengelus-elus punggung lebar pria itu. "Jangan marah sayang."
Jonathan melepas pelukan Kaina dan menatapnya kebingungan. "Coba ulangi."
"Hah?"
"Tadi kamu panggil saya apa?"
"Sayang!" jawab Kaina sembari meringis.
"Saya jadi merasa kita seumuran." Jonathan menangkup kedua pipi Kaina dengan gemas. Ia hampir mendaratkan sebuah kecupan di pipi perempuan itu namun gagal karena sebuah suara.
"Na—maaf Pak, saya ndak tau!" seru Sekar kemudian bocahnya cepat-cepat berbalik arah, kembali ke dapur. Niatnya memanggil Kaina tapi yang didapat malah live mesra-mesraan.
Jonathan dan Kaina kompak saling pandang lalu tertawa bersama. Memang tak seharusnya mesra-mesraan disini, tapi namanya orang kasmaran mana tau tempat.
"Bentar ya Mas, kaya nya ada yang penting."
"Tunggu," Jonathan menyerahkan bawaannya tadi pada Kaina. "Ini bawa ke dapur sekalian, biar yang lain ikut makan."
"Makasih Mas."
Kaina memasuki dapur dan meletakkan bawaan Jonathan di meja yang tak jauh dari tempat berkumpulnya orang-orang tersebut. "Guys, ini ada minuman sama donat. Makan aja gakpapa."
"Iya Mbak, Makasih."
"Dibawain Pak Jo?" tanya Sekar yang dibalas Kaina dengan anggukan.
"Tadi kenapa Kar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR LECTURER - Mr.Jo
FanficBermula dari pertemuan tidak sengaja hingga membuat mereka terjebak dalam rumitnya hubungan beda usia. Siapa sangka, seorang pria yang Kaina temui di bar adalah dosennya. Sebab pertemuan yang intens, membuat mereka saling terbiasa satu sama lain. H...